Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

31 Mei 2015

Kebung Anggur

(Bacaan Injil Misa, Peringatan S. Yustinus, Martir [+165] – Senin, 1 Juni 2015)
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan, “Ada seseorang membuka kebun anggur dan membuat pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian Ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. Kemudian ia menyuruh lagi seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Demikian juga dengan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Masih ada satu orang lagi padanya, yakni anaknya yang terkasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Inilah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi baru penjuru: Hal ini terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena tahu bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak. Mereka membiarkan Dia, lalu mereka pergi. (Mrk 12:1-12)

Bacaan Pertama: Tb 1:3;2:1a-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-6
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/


Dari Yesaya (5:1-7) kita mendengar nubuatan tentang kebun anggur terpilih, … dinanti sang pemilik kebun anggur untuk menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam (Yes 5:2) … “Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?” (Yes 5:4). Rencana TUHAN (YHWH) terdapat dalam Yes 5:5-6). … “Sebab kebun anggur YHWH semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran” (Yes 5:7).

Demikianlah halnya dengan perumpamaan Yesus yang menjadi bacaan Injil kita hari ini, ..…. seperti “air susu yang dibalas dengan air tuba” (Mrk 12:1-8). Yesus bertanya: “Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu?” …… “Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain” (Mrk 12:9).

Seperti umat terpilih yang sedang berjalan di padang gurun menuju tanah terjanji, kita pun makan makanan rohani yang sama dan minum minuman rohani yang sama, diberi makan dan minum dari batu karang rohani yang adalah Kristus. Sekarang, haruskah apa yang ditulis oleh Santo Paulus berlaku juga bagi kita: “Sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada sebagian besar dari mereka”? (lihat 1 Kor 10:3-5).

Sekarang, lihatlah diri kita (anda dan saya) sendiri. Begitu seringnya kita merasa tersinggung (katakanlah: sakit hati) ketika perbuatan (bahkan niat baik) kita dibalas dengan sikap dan tindakan yang sebaliknya. Dalam hati kita mengharapkan bahwa mereka yang telah menerima kebaikan dari kita seharusnyalah membalasnya dengan sikap dan perbuatan baik. Wah, ini pamrih namanya, namun itulah yang biasanya terjadi. Orang yang tidak berterima kasih dengan cara sepantasnya sungguh menyakitkan hati, sekali pun kita masih mengingat “Sabda Bahagia” Yesus dan ajaran-ajaran-Nya dalam “Khotbah di Bukit”.

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Memang sah-sah saja bagi kita (anda dan saya) untuk “merasa sakit” karena sikap dan perlakuan yang mencerminkan tidak adanya rasa terima kasih dari para sahabat, teman, anggota keluarga besar atau komunitas kita, bahkan saudara kandung kita sendiri. Mengapa saya katakan: “sah-sah saja”? Karena dalam “rasa sakit” ini kita dapat belajar tentang segala “rasa sakit” orang-orang lain yang disebabkan oleh kita masing-masing. Dalam sikap tidak tahu terima kasih orang-orang lain terhadap kita tercerminlah sikap dan perilaku kita yang suka tidak berterima kasih atas apa saja kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita. Jadi dalam sakit yang kita rasakan, kita belajar tentang berbagai rasa sakit dengan intensitas berbeda-beda pada orang-orang yang telah disebabkan oleh kesalahan kita.

Saudari-Saudara yang dikasihi Kristus, setiap kali kita berpikir dan bersikap negatif terhadap orang-orang yang membalas dengan air tuba untuk air susu yang kita berikan kepada mereka – seperti para penggarap kebun anggur yang jahat itu – maka marilah kita berkata dengan segala kebenaran: “Itulah gambaran diriku. Itulah yang kulakukan kepada-Mu, ya Tuhan, dari hari ke hari. Itulah balasanku terhadap rahmat yang telah Kaulimpah-limpahkan kepadaku.

DOA: 
Bapa surgawi, aku mohon ampun kepada-Mu karena seringkali aku tidak menerima sikap dan perilaku tidak berterima kasih dari orang-orang yang pernah aku tolong dengan penuh kebaikan. Namun Engkau tetap mengasihi umat-Mu walaupun mereka bertumbuh menjadi pemberontak dan pembangkang. Kasih-Mu memang tidak mengenal batas/akhir. Engkau mengutus sendiri Putera-Mu yang tunggal ke tengah dunia untuk memperbaiki segala kerusakan yang terjadi, bahkan sampai mati di kayu salib, dengan demikian manusia dapat diperdamaikan dengan Engkau dan menjadi anak-anak-Mu yang Kaukasihi. Oleh kuasa Roh Kudus, perbaikilah diriku agar menjadi insan yang tahu berterima kasih kepada Penciptanya. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.