Daud pernah mengalami saat-saat ketika dirinya merasa memiliki banyak musuh (ay. 2). Bukan raja dan pasukan dari negeri lain yang menjadi musuh Daud, namun justru anak kandung dan rakyatnya sendiri yang menjadi musuhnya. Namun, Daud memberi respons yang benar ketika Absalom berikhtiar untuk merebut tahta dan membunuh ayahnya.
Daud tidak tenggelam dalam ketakutan dan kesedihan. Sebaliknya, ia justru bermazmur dan berdoa dengan memberikan pengagungan kepada Tuhan (ay. 4). Daud juga mengerti bahwa Tuhan akan memberikan pertolongan dan jawaban atas semua masalah yang tengah ia hadapi (ay. 5). Oleh karenanya, ia tidak merasa takut terhadap berapa pun musuh yang ia hadapi (ay. 7); ia justru menunjukkan kasih kepada Absalom (2 Sam 18:33).
Bagaimana dengan kita? Apakah kita memiliki respons seperti Daud terhadap musuhnya? Atau, justru musuh kita membelenggu pikiran dan perasaan kita? Jika kita melakukan kehendak Tuhan, namun ada yang memusuhi kita, berapa pun jumlahnya, inilah saat yang tepat bagi kita untuk mendoakan mereka dan meminta Allah untuk memberikan pertolongan kepada kita. Dan, yang tidak kalah penting, kita tetap menunjukkan kasih kepada mereka.
TIDAK
ADA ALASAN UNTUK TAKUT DAN MEMBENCI ORANG
YANG MEMUSUHI DAN MEMBENCI KITA.
YANG MEMUSUHI DAN MEMBENCI KITA.