Cara yang lebih baik untuk menggambarkan surga adalah ia itu seseorang. Seseorang itu adalah Bapa. Tuhan mengundang kita untuk berada bersama-Nya dalam kebahagiaan abadi.
Pernahkah kamu memperhatikan bahwa jika kamu sedang bersama dengan seseorang yang mencintaimu dan yang kamu cintai, tidak jadi masalah kalian berada di mana? Kebersamaan itu sendiri adalah sesuatu yang indah serta menyenangkan.
Bukan dinding serta dekorasinya yang membuat suatu bangungan menjadi rumah. Istana yang paling indah pun dapat menjadi “neraka” jika mereka yang tinggal di dalamnya saling membenci. Suatu bilik sederhana dapat menjadi “surga” jika mereka yang tinggal di dalamnya saling mengasihi.
Daripada bertanya seperti apakah surga, sebaiknya kita bertanya seperti apakah Tuhan itu? Tuhan adalah Bapa yang Pengasih, seorang Sahabat, seorang yang Sangat mengasihimu sebagai suatu pribadi. Tuhan akan melakukan apa saja agar kita aman dan bahagia.
Secara sederhana, Tuhan adalah pribadi yang paling keren. Memang bukan suatu istilah yang tepat, tetapi Allah itu sungguh amat baik.
APA ITU API PENYUCIAN? Dalam salah satu audiensinya Bapa Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa api penyucian adalah keadaan yang kita alami setelah kita meninggal di mana kita dibersihkan dari segala noda dosa sebelum akhirnya diperkenankan masuk ke dalam surga. Bapa Suci menambahkan bahwa setiap orang yang hidupnya belum sempurna tetapi diperkenankan masuk ke surga harus terlebih dahulu tinggal dalam api penyucian. "Sebelum kita masuk dalam Kerajaan Allah, setiap noda dosa dalam diri kita harus dibersihkan, setiap cacat dalam jiwa kita harus disempurnakan. Itulah sesungguhnya yang terjadi di api penyucian,” kata Bapa Suci.
Paus melanjutkan bahwa api penyucian juga bukan merupakan suatu tempat, "Api penyucian tidak menunjuk pada suatu tempat, melainkan suatu kondisi kehidupan. Mereka yang, setelah meninggal, tinggal dalam keadaan penyucian telah dibenamkan dalam kasih Kristus, yang akan mengangkat mereka dari sisa-sisa ketidaksempurnaan."
Paus mendorong umat Kristen untuk berdoa dan melakukan perbuatan-perbuatan baik demi jiwa-jiwa di api penyucian.
Untuk mempermudah pemahaman kita, mari kita menggunakan suatu perumpamaan. Coba bayangkan: kalian diundang untuk menghadiri suatu pesta yang agung. Setiap orang yang hadir mengenakan pakaian serta gaun mereka yang terindah, rambut mereka tertata rapi, dan tubuh mereka bersih serta harum. Tuan rumah membuka pintu dan mempersilakan kalian masuk. Tetapi kalian berdiri di depan pintu dengan pakaian gembel yang bau, rambut kalian acak-acakan, tubuh kalian dekil dan perlu dibersihkan. Apakah kalian akan masuk ke dalam ruang pesta?
Jika kalian bersikeras bahwa api penyucian itu tidak ada, saya akan bertanya: Apa yang membuat kalian yakin bahwa kalian benar-benar bersih dan tanpa noda dosa pada saat kalian meninggal dan dihadapkan ke pengadilan akhir? Bukankah kita semua orang berdosa, yang setiap hari terus-menerus melakukan dosa-dosa kecil yang hanya tampak oleh Allah saja? Oleh karena itu bersukacitalah atas api penyucian di mana kita dapat membersihkan diri kita dari segala dosa sebelum memasuki kemuliaan surgawi yang abadi!
Api Penyucian memang secara spiritual amat menyakitkan sebab jiwa-jiwa yang tinggal di sana sangat ingin berada bersama dengan Allah, tetapi tidak bisa. Pada saat yang sama dalam api penyucian ada sukacita besar sebab jiwa-jiwa yang tinggal di sana percaya bahwa setelah masa tinggal mereka di api penyucian berakhir, maka mereka pasti diperkenankan masuk ke dalam surga.
Sebuah buletin berjudul “The Holy Souls Will Repay Us a Thousand Times Over"(Jiwa-jiwa Akan Membalas Kita Seribu Kali Lipat), mengatakan, “Ketika pada akhirnya jiwa-jiwa di api penyucian telah terbebas dari penderitaan mereka dan menikmati sukacita surgawi, mereka tidak akan melupakan saudara-saudarinya yang masih ada di dunia. Ungkapan rasa terima kasih mereka tidak mengenal batas. Sujud menyembah di hadapan Tahta Allah, mereka tak henti-hentinya berdoa bagi saudara-saudarinya yang telah mendoakannya. Dengan doa-doanya, jiwa-jiwa itu melindungi saudara-saudarinya dari mara bahaya serta dari segala kejahatan yang mengancam. Dan kelak, ketika saudara-saudarinya itu tiba di api penyucian, jiwa-jiwa itu akan mendoakan mereka sehingga masa tinggal mereka di api penyucian dapat dipercepat dan diperingan atau bahkan mereka dapat memperoleh pengampunan SEUTUHNYA.”
"Yesus, Maria, aku mengasihi-Mu, selamatkanlah jiwa-jiwa."