Ordo Santa Klara (OSC & OSCCap.) – Peringatan B. Baptista Varani, Perawan-Biarawati Ordo II
Lalu Yesus dan murid-murid-Nya datang lagi ke Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu? Jawab Yesus kepada mereka, “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari surga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata, “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapa kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!” Mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus, “Kami tidak tahu.” Kata Yesus kepada mereka, “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Mrk 11:27-33)
Bacaan Pertama: Sir 51:12-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-11
Untuk keempat kalinya, Yesus masuk ke kota Yerusalem dan Bait Suci. Selagi Dia berjalan di halaman terbuka Bait Suci, sejumlah pemuka Yahudi mendatangi-Nya dan berkonfrontasi dengan Yesus secara tidak simpatik. Dalam kelompok itu ada para imam, para ahli Taurat dan tua-tua orang Yahudi. Mereka mewakili elite agama, orang-orang terpelajar dan kepentingan bisnis. Mereka ingin mengetahui dari Yesus, dengan otoritas yang mana Dia menghentikan kegiatan jual-beli hal-hal yang diperlukan untuk acara persembahan kurban dan ibadat penyembahan. Implikasinya adalah bahwa Yesus membutuhkan otoritas dari Allah sendiri untuk tindakan-tindakan sedemikian.
Yesus hanya akan menjawab pertanyaan para pemuka Yahudi itu apabila mereka menjawab pertanyaan yang diajukan oleh-Nya kepada mereka. Membalas pertanyaan dengan pertanyaan bukanlah hal yang aneh karena hal tersebut merupakan praktek di kalangan rabi-rabi Yahudi. Pertanyaan Yesus mengenai baptisan Yohanes membuat para pemuka Yahudi tersebut untuk melakukan kaji ulang atas motif-motif dan ketulusan hati mereka sendiri sehubungan dengan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Yesus. Hal tersebut memaksa mereka untuk melihat ketiadaan iman mereka sendiri akan Allah, yang sebenarnya merupakan akar dari oposisi mereka yang penuh kebencian terhadap tindakan-tindakan Yesus dalam membersihkan Bait Suci.
Sejak Yohanes Pembaptis memproklamasikan dirinya sebagai bentara sang Mesias, maka pertanyaan Yesus tentang Yohanes Pembaptis juga berimplikasi pada pertanyaan tentang identitas-Nya sendiri sebagai sang Mesias dari Allah. Menjawab pertanyaan Yesus memang serba salah bagi para pemuka Yahudi tersebut, dan apa pun jawaban mereka, maka hal itu akan mengungkap ketiadaan iman yang sejati mereka akan Allah. Orang banyak berpandangan bahwa para pemuka Yahudi tersebut tidak menerima Yohanes Pembaptis sebagai seorang nabi sejati, hal mana bertentangan dengan pandangan orang banyak.
Ketika para pemuka Yahudi tersebut menjawab “Kami tidak tahu” kepada Yesus, maka Yesus juga tidak mau memberikan jawaban-Nya. Seperti orang-orang lain yang melihat apa yang dilakukan oleh Yesus dan mendengar apa yang diajarkan-Nya, para pemuka Yahudi tersebut harus menentukan sendiri “siapakah Yesus itu”. Apakah Yesus sungguh datang dari Allah dengan otoritas Allah sendiri? Apakah Yesus sungguh-sungguh diutus untuk menyatakan kuat-kuasa Allah di tengah dunia?
Bacaan Pertama: Sir 51:12-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-11
Untuk keempat kalinya, Yesus masuk ke kota Yerusalem dan Bait Suci. Selagi Dia berjalan di halaman terbuka Bait Suci, sejumlah pemuka Yahudi mendatangi-Nya dan berkonfrontasi dengan Yesus secara tidak simpatik. Dalam kelompok itu ada para imam, para ahli Taurat dan tua-tua orang Yahudi. Mereka mewakili elite agama, orang-orang terpelajar dan kepentingan bisnis. Mereka ingin mengetahui dari Yesus, dengan otoritas yang mana Dia menghentikan kegiatan jual-beli hal-hal yang diperlukan untuk acara persembahan kurban dan ibadat penyembahan. Implikasinya adalah bahwa Yesus membutuhkan otoritas dari Allah sendiri untuk tindakan-tindakan sedemikian.
Yesus hanya akan menjawab pertanyaan para pemuka Yahudi itu apabila mereka menjawab pertanyaan yang diajukan oleh-Nya kepada mereka. Membalas pertanyaan dengan pertanyaan bukanlah hal yang aneh karena hal tersebut merupakan praktek di kalangan rabi-rabi Yahudi. Pertanyaan Yesus mengenai baptisan Yohanes membuat para pemuka Yahudi tersebut untuk melakukan kaji ulang atas motif-motif dan ketulusan hati mereka sendiri sehubungan dengan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Yesus. Hal tersebut memaksa mereka untuk melihat ketiadaan iman mereka sendiri akan Allah, yang sebenarnya merupakan akar dari oposisi mereka yang penuh kebencian terhadap tindakan-tindakan Yesus dalam membersihkan Bait Suci.
Sejak Yohanes Pembaptis memproklamasikan dirinya sebagai bentara sang Mesias, maka pertanyaan Yesus tentang Yohanes Pembaptis juga berimplikasi pada pertanyaan tentang identitas-Nya sendiri sebagai sang Mesias dari Allah. Menjawab pertanyaan Yesus memang serba salah bagi para pemuka Yahudi tersebut, dan apa pun jawaban mereka, maka hal itu akan mengungkap ketiadaan iman yang sejati mereka akan Allah. Orang banyak berpandangan bahwa para pemuka Yahudi tersebut tidak menerima Yohanes Pembaptis sebagai seorang nabi sejati, hal mana bertentangan dengan pandangan orang banyak.
Ketika para pemuka Yahudi tersebut menjawab “Kami tidak tahu” kepada Yesus, maka Yesus juga tidak mau memberikan jawaban-Nya. Seperti orang-orang lain yang melihat apa yang dilakukan oleh Yesus dan mendengar apa yang diajarkan-Nya, para pemuka Yahudi tersebut harus menentukan sendiri “siapakah Yesus itu”. Apakah Yesus sungguh datang dari Allah dengan otoritas Allah sendiri? Apakah Yesus sungguh-sungguh diutus untuk menyatakan kuat-kuasa Allah di tengah dunia?
DOA:
Bapa surgawi, bersihkanlah diriku dari hal-hal yang tidak berkenan di mata-Mu. Semoga melalui sabda Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus, segala macam “jual-beli” dalam hidupku akan tersingkir, sehingga memberi jalan masuknya Kerajaan-Mu dalam hidupku.
Amin.