Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

03 Mei 2015

Murid Yesus Yang Berbuah Banyak

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH V [Tahun B], 3 Mei 2015)
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yoh 15:1-8)  
Bacaan Pertama: Kis 9:26-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 22:26-28,30-32; Bacaan Kedua: 1Yoh 3:18-24
Dalam Perjanjian Lama, Israel seringkali diibaratkan sebagai pohon anggur. Allah menanam pohon anggur itu dan memeliharanya, namun pohon anggur itu menjadi jelek dan akhirnya diinjak-injak: “Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan, sebagai benih yang sungguh murni. Betapa engkau berubah menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar!” (Yer 2:21). Sebagai perbandingan, bacalah juga Mzm 80:8-15; Yes 5:1-7; Yeh 19:10-14. Pohon anggur liar memang sangat berbeda dengan pohon anggur yang dipelihara dalam kebun anggur. Pohon anggur liar menghasilkan buah-buah anggur berukuran kecil dan pahit sedangkan pohon anggur yang dipelihara dalam kebun anggur menghasilkan buah-buah anggur yang relatif berukuran besar dan terasa manis.

Yesus menyatakan diri-Nya bahwa Dialah “pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya” (Yoh 15:1). Dalam diri Yesus dan para pengikut-Nya, Bapa akan menemukan jenis buah anggur yang dihasrati-Nya. Tugas kita adalah untuk tetap terhubungkan dengan pokok anggur yang merupakan sumber makanan dari Kristus sendiri. Adalah tugas Bapa surgawi untuk memelihara pokok anggur agar dapat berbuah banyak. Pernyataan ini terdengar begitu eksplisit sehingga kita dapat luput melihat kebesaran dari tantangan dan janji yang diberikannya.
Tanaman besar (bukan tanaman perdu) tidak hanya bertunas dan bertumbuh, namun harus menghasilkan buah. Yesus bersabda, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, ……  Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku” (Yoh 15:5-8).
Kristianitas bukanlah sebuah agama negatif yang terdiri dari peraturan-peraturan “jangan ini/itu atau tidak boleh ini/itu” atau sekadar menghindari dosa, melainkan sebuah agama yang berisikan ajaran untuk melakukan hal-hal yang baik dan positif. Yesus dengan jelas menghendaki kita – para pengikut-Nya – untuk menghasilkan buah secara berlimpah, yaitu buah-buah dari pekerjaan-pekerjaan baik kita. Santo Paulus menulis: “… bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mepunyai arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih” (Gal 5:6). Jadi menghasilkan buah dapat disingkat sebagai upaya pelayanan sederhana menolong, memperhatikan, berbagi dengan orang-orang lain.
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Dalam “perumpamaan tentang penghakiman terakhir” (Mat 25:31-46), Yesus mengatakan bahwa hanya mereka yang dengan setia menjalankan tugas pelayanan Kristiani mereka dalam menolong, memperhatikan dan berbagi dengan “orang-orang yang hina-dina”, yang akan mengalami “hidup kekal”.
Ketika kita (anda dan saya) menghadapimoment of truth “penghakiman terakhir”, maka kepada kita sang Hakim tidak akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini: Berapa kali kamu telah menghadiri Perayaan Ekaristi? Berapa banyak doa yang telah kamu panjatkan ke hadirat Allah? Berapa banyak dosa yang telah kamu berhasil hindari? Sebaliknya, kepada kita akan ditanyakan satu pertanyaan penting dan menentukan: “Apa yang telah kamu lakukan untuk orang-orang yang hina-dina?”
Dengan demikian, apakah kehadiran dalam Misa Kudus, kegiatan doa, dan ketaatan kepada Gereja tidak penting? Penting, namun buah dari doa-doa kita, buah dari keikutsertaan kita dalam liturgi gerejawi, buah dari studi Alkitab kita, pencaharian akan kebenaran yang kita lakukan lewat studi teologi dlsb., di ujung-ujungnya harus terwujud dalam pelayanan kasih kepada sesama.
Ada cerita tentang seorang yang membayangkan dirinya sedang “antri” mau masuk surga. Dia berkata, “Apa yang kutakuti adalah jika aku harus berhadapan face to face dengan Allah dalam kehidupan yang akan datang. Bunda Teresa dari Kalkuta datang melapor dan Allah berkata, ‘Teresa, seharusnya engkau melakukan lebih banyak lagi pekerjaan baik.’ Dan bayangkan, saya berdiri tepat di belakang Bunda Teresa!”
Kita diajar untuk taat kepada kehendak Allah – melakukan apa yang diperintahkan oleh-Nya – yang  adalah jalan satu-satunya untuk berhasil dalam hidup ini. Bibir kita mengucapkan semua ini hari demi hari, namun sampai berapa seringkah kita bertindak seturut apa yang kita ucapkan? Walk the talk! Atau hanya sekadar “nato” atau “omdo”?
Saudari dan Saudaraku terkasih. Kita semua mempunyai niat-niat baik terhadap orang-orang lain. Kita mempunyai niat mengampuni. Kita mempunyai niat untuk berdamai. Kita mempunyai niat untuk memperbaiki komunikasi. Kita mempunyai niat untuk setia kepada pasangan hidup kita. Kita mempunyai niat untuk memberikan donasi kepada sebuah karya karitatif. Kita mempunyai niat untuk mengunjungi anggota keluarga yang sudah lama kita tidak kunjungi. Kita mempunyai niat memberikan sedekah, dlsb. Pada hari Minggu ini, marilah kita lupakan semua niat itu, kecuali satu saja. Lalu kita laksanakan! JUST DO IT!
DOA: 
Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau  berbagi kehidupan ilahi-Mu dengan kami masing-masing. Biarlah segala sesuatu yang kami lakukan  dipimpin oleh pengenalan akan kebenaran-Mu. Ingatkanlah kami, ya Tuhan, bahwa sebagai murid-murid-Mu – umat Kristiani – berarti kami harus banyak melakukan pekerjaan baik, teristimewa bagi mereka yang hina-dina.  Amin.