Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

27 Mei 2015

Jalan Yesus Adalah Jalan Salib

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VIII – Rabu, 27 Mei 2015)
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/
Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya. “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya. Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa lain, dan Ia akan diolok-olok, diludahi, dicambuk dan dibunuh, tetapi sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”

Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya, “Guru, kami harap Engkau melakukan apa pun yang kami minta dari Engkau!” Jawab-Nya kepada mereka, “Apa yang kamu kehendaki Kuperbuat bagimu?” Lalu kata mereka, “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi kata Yesus kepada mereka, “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum atau dibaptis dengan baptisan yang harus kuterima?” Jawab mereka, “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka, “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang yang baginya hal itu telah disediakan.” Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Lalu Yesus memanggil mereka dan berkata, “Kamu tahu bahwa mereka yang diakui sebagai pemerintah bangsa-bangsa bertindak sewenang-wenang atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk 10:32-45)

Bacaan Pertama: Sir 36:1,4-5,10-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 79:8-9,11,13
Apakah yang timbul dalam pikiran anda apabila berpikir tentang seorang pemimpin? Seseorang yang memiliki banyak kekuasaan? Ataukah seorang pelayan yang rendah hati? Seperti yang diajarkan Yesus kepada Yakobus dan Yohanes, Ia ingin mengajar kita bahwa cara-Nya bukanlah cara dengan cara/jalan dominansi, melainkan cara/jalan pelayanan kepada mereka yang hendak diselamatkan-Nya. Yesus ingin mengajar kita Jalan Salib, yaitu sebuah jalan yang sangat kontras dengan cara/jalan yang kita cenderung pikirkan.

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Sayang seribu sayang, pada titik ini, Yakobus dan Yohanes masih belum memahaminya, walaupun mereka telah segalang-segulung dengan Yesus sekitar tiga tahun lamanya. Sesungguhnya, walaupun setelah Yesus telah mengatakan kepada pada murid-Nya bahwa diri-Nya akan ditolak dan dihukum mati, dua orang bersaudara anak-anak Pak Zebedeus itu ingin mengabaikan penderitaan Yesus dan mau langsung berbicara mengenai bagian penuh kemuliaan dari misi-Nya. Dengan lembah lembut Yesus mengingatkan mereka bahwa apabila mereka mau mengikuti jejak-Nya, maka mereka juga harus mengalami penderitaan dan kesulitan lain seperti yang Ia alami. Apabila orang-orang yang sudah cukup lama hidup sehari-hari bersama Yesus masih saja disibukkan dengan pemikiran tentang pencapaian kemuliaan dan kekuasaan yang mereka harap-harapkan, kiranya lebih parah kasusnya dengan kita pada zaman sekarang. Kita harus senantiasa mengingat dalil ini, yaitu bahwa tidak ada kebangkitan tanpa didahului oleh kematian. Tidak ada peninggian tanpa didahului oleh perendahan. Tidak ada hari Paskah tanpa didahului oleh hari Jumat Agung.

Seperti Yakobus dan Yohanes, kebanyakan dari dari kita akan berbahagia untuk langsung mengalami “kebangkitan” tanpa harus mengalami “kematian lewat Salib”. Kita lebih senang untuk menghindari berbagai pencobaan dan penderitaan Salib. Kita lebih menyukai menghindari berbagai pencobaan dan penderitaan yang diminta Allah kepada kita dan melalui pencobaan/penderitaan mana Dia mengembangkan karakter Yesus dalam diri kita. Akan tetapi, apabila Tuhan Yesus telah memikuil salib-Nya, dan kita adalah para murid-Nya, mengapa kita harus berpikir bahwa kita harus mengalami hal yang berbeda? Memang tetap ada pengharapan. Dalam segala pencobaan kita, kita dapat melihat karakter Kristus dibentuk dalam diri kita. Kita dibuat serupa dengan Juruselamat kita yang tersalib dan bangkit! Untuk setiap kematian yang kita alami, juga ada suatu “kebangkitan” yang menantikan kita – baik sekarang maupun di surga sana.

Pada waktu Roh Kudus turun atas para rasul/murid pada hari Pentakosta Kristiani yang pertama, Dia mulai menyatakan kebenaran-kebenaran ini kepada mereka, kebenaran-kebenaran sama yang ingin dinyatakan oleh Roh kepada para murid Yesus pada segala zaman. Allah ingin mentransformasikan kita menjadi serupa dengan Yesus. Ia ingin membuat kita serupa dengan Dia yang tidak memikirkan diri sendiri, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Marilh kita mohon Yesus untuk merobek hati kita masing –masing dengan kasih-Nya sehingga dengan demikian kita dapat memanggul salib kita seperti Dia memanggul salib-Nya, dengan demikian kita dapat bangkit bersama-Nya ke dalam hidup baru.

DOA: 
Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Ampuni aku, ya Tuhan Yesus, karena aku seringkali mencoba untuk menghindari salib yang harus kupikul. Transformasikanlah diriku dan berikanlah sebuah hati yang sungguh ingin mengikut Engkau tanpa syarat. Ajarlah aku agar dapat menjadi pelayan/hamba seperti Engkau. 
Amin.

---ooOoo---

Banyak kisah dan kesaksian orang yang memutuskan menjadi murid Kristus. Menjadi orang Kristiani dan dibaptis ternyata harus disertai pengorbanan meninggalkan keluarga besarnya. Tak jarang ia menghadapi perlawanan dari orang tua, sanak saudaranya. Pada budaya tertentu bahkan ada yang sampai dikucilkan, dicabut haknya atau warisan, tanah dan rumah serta dibuang sebagai anggota keluarga. Situasi pengikut Kristus yang seperti ini bisasanya sungguh serius dengan iman pilihannya. Dia tidak akan main-main mempertahankan imannya, hal mana seringkali bertolak belakang dengan orang-orang yang terbaptis sejak bayi karena faktor keturunan, justru acapkali tidak seteguh dalam beriman.

Seperti halnya Petrus yang menyatakan curhatnya pada Yesus, "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu demi Engkau. Apa kiranya yang akan kami dapatkan?" Yesus kemudian menjanjikan upah seratus kali lipat. Ini adalah sebuah jaminan yang sungguh sangat melegakan, bahwa tidak akan pernah kita merasa rugi kalau kita mengikuti Yesus.

Di mata dunia, kita mungkin akan dipandang rugi jika mengikuti Yesus karena harus meninggalkan segala jaminan dan kemapanan duniawi. Namun Yesus ganti memberikan jaminan bahwa kita akan mendapatkan lebih lagi seratus kali lipat. Janji Yesus sungguh-sungguh terbukti. Oleh karenanya janganlah kita takut mengikuti Yesus. Apa yang sudah kita lepaskan demi mengikuti Yesus, akan mendapatkan kelimpahan dan gantinya.
  1. Apakah kita masih sering hitung-hitungan dalam beriman pada Kristus?
  2. Sejauh mana kita setia pada iman Katolik yang kita miliki?