Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

01 Mei 2015

Renungan Jumat, 01 Mei 2015

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Pekan Paskah IV (P)  
HUT. Kongregasi SFS – Pekan Paskah IV (P)
St. Yusuf Pekerja; St. Yeremia;
St. Peregrinus Laziosi

Bacaan I: Kis. 13:26-33    
Mazmur: 2:6-7.8-9.10-11; R:7
Bacaan Injil: Yoh. 14:1-6

Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” Kata Tomas kepada-Nya: ”Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” Kata Yesus kepadanya: ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Renungan


Pasti kita pernah merasakan dan merindukan suasana keluarga yang penuh kedamaian dan kehangatan, khususnya saat Natal dan Paskah. Suasana keluarga seperti itulah yang diperjuangkan dan diperoleh Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi kita di rumah Bapa-Nya, sebab Ia ingin agar kita—orang-orang yang telah ditebus-Nya—selalu berada bersama-sama dengan-Nya.

Kematian dan kebangkitan-Nya menjadi jalan kebenaran yang harus diterima dan ditempuh untuk sampai kepada hidup sejati. Hidup sejati itu adalah hidup bersama dengan-Nya. Dan hidup sejati, terbebas dari dosa dan kematian kekal, telah mulai kita nikmati sejak saat pembaptisan; saat kita dilahirkan baru menjadi anak-anak Allah, saudara-saudari Kristus dalam Tubuh Mistik-Nya, yakni Gereja.

Martabat inilah yang senantiasa kita jaga dan isi dengan mempraktikkan Hukum Kasih, sehingga melalui kita setiap orang disambut dengan hangat, merasa tenteram dan sejahtera, menjadi dirinya sendiri dan termotivasi untuk berbuat baik dan benar karena sudah menjadi bagian Keluarga Besar Kerajaan Allah.


Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas anugerah Paskah yang indah. Bantulah aku agar setia menjadi anak-anak Allah yang beriman dan berpengharapan dalam kasih kepada-Mu. Amin.

--ooOoo---


Robert Greenleaf adalah tokoh pendiri gerakan modern Servant Leadership (kepemimpinan yang melayani). Gerakan ini berawal dari novel tulisan Hermann Hesse yang berjudul Journey to the East (1958), yang dibaca oleh Greenleaf dan begitu berkesan baginya. Tokoh utama bernama Leo, pembantu umum sebuah rombongan menuju ke Timur. Memang Leo hanyalah seorang pembantu, tetapi ternyata dia begitu rajin dan tekun menjalankan tugasnya, sehingga ia menginspirasi serta menguatkan anggota rombongan lainnya. Kadangkala ia tidak dianggap ada oleh yang lain. Tapi ketika Leo tidak ada di antara mereka karena suatu alasan, rombongan itu kocar-kacir tak beraturan. Akhirnya, rencana perjalanan ke Timur itu menjadi gagal total karena tidak ada Leo, sang pelayan.
St. Joseph pekerja adalah figur bapa angkat Yesus yang sangat berperanan dalam sejarah keselamatan. Memang ia hanyalah seorang tukang kayu sederhana dari Nazareth. Meski demikian St. Joseph menjalani tugasnya sebagai bapa Yesus dengan penuh kegembiraan. Seperti halnya Leo yang menginspirasi Greenleaf untuk membuat gerakan Servant Leadership, St. Joseph sesungguhnya juga adalah tokoh yang rela melayani keluarga kudus Nazareth dalam kesederhanaan, rela untuk tidak menonjol tetapi sesungguhnya dialah pemimpin yang sejati.

Yesus sendiri rela pergi sebagai pelayan untuk menyiapkan tempat di rumah Bapa bagi siapa saja. Yesus senantiasa menganggap dirinya sebagai hamba dan pelayan, yang datang untuk melayani dan bukan dilayani. Semangat dan inspirasi dari bapanya St. Joseph kiranya membentuk kepribadian Yesus untuk gemar menjadi pelayan di hadapan Allah BapaNya. Bagaimana dengan kita? (ps)
  1. Apakah kita takut direndahkan dan dianggap sebagai pelayan?
  2. Bagaimana sikap kita terhadap mereka yang melayani, apakah kita cukup respek pada mereka?