Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

31 Mei 2015

Teladan Untuk Anak-anak

Mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel? (1 Samuel 2:29)

"Tindakan kita berbicara lebih keras daripada perkataan kita." Ungkapan ini mengajarkan bahwa tidaklah cukup jika kita hanya memberikan pengajaran yang baik melalui nasihat, tanpa menyertainya dengan teladan.

Imam Eli adalah pemimpin rohani bangsa Israel. Sungguh sayang, kedua anaknya, yang juga menjadi imam, tidak bertingkah laku sepatutnya seorang imam. Mereka tidak menghormati kurban persembahan kepada Tuhan; mereka mengambil paksa daging kurban persembahan sebelum dimasak dan dibakar untuk Tuhan. Hal ini menjadi pergunjingan di tengah umat Israel dan sampai juga ke telinga Imam Eli. Imam Eli berkali-kali menasihati mereka, agar mereka menghentikan dosa tersebut, tetapi nasihatnya tidak mereka hiraukan. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Imam Eli tidak bersikap tegas sehingga tingkah-laku mereka yang jahat semakin menjadi-jadi (ay. 29). Tetapi, ada alasan lain lagi, yakni imam Eli tidak memberikan teladan selaras dengan peringatannya kepada kedua anaknya. Hal ini nampak dalam teguran Tuhan tentang "menggemukan badannya dengan kurban persembahan bagi Tuhan" (1 Sam 4:18). Jadi, Imam Eli turut dalam dosa anak-anaknya dengan memakan daging persembahan yang berlemak, yang diambil oleh kedua anaknya dengan paksa.

Imam Eli menasihati dan menegur kedua anaknya, tetapi ia sendiri tidak memberikan teladan akan hal tersebut. Tidak heran jika kedua anak itu tidak menghiraukan perkataan ayahnya. Bagaimana keteladanan kita bagi anak-anak kita? 

NASIHAT KITA TIDAK AKAN ADA MANFAATNYA
APABILA TINDAKAN KITA TIDAK MENEGUHKANNYA.

Kebung Anggur

(Bacaan Injil Misa, Peringatan S. Yustinus, Martir [+165] – Senin, 1 Juni 2015)
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan, “Ada seseorang membuka kebun anggur dan membuat pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian Ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. Kemudian ia menyuruh lagi seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Demikian juga dengan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Masih ada satu orang lagi padanya, yakni anaknya yang terkasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Inilah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi baru penjuru: Hal ini terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena tahu bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak. Mereka membiarkan Dia, lalu mereka pergi. (Mrk 12:1-12)

Bacaan Pertama: Tb 1:3;2:1a-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-6
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/


Dari Yesaya (5:1-7) kita mendengar nubuatan tentang kebun anggur terpilih, … dinanti sang pemilik kebun anggur untuk menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam (Yes 5:2) … “Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?” (Yes 5:4). Rencana TUHAN (YHWH) terdapat dalam Yes 5:5-6). … “Sebab kebun anggur YHWH semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran” (Yes 5:7).

Demikianlah halnya dengan perumpamaan Yesus yang menjadi bacaan Injil kita hari ini, ..…. seperti “air susu yang dibalas dengan air tuba” (Mrk 12:1-8). Yesus bertanya: “Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu?” …… “Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain” (Mrk 12:9).

Seperti umat terpilih yang sedang berjalan di padang gurun menuju tanah terjanji, kita pun makan makanan rohani yang sama dan minum minuman rohani yang sama, diberi makan dan minum dari batu karang rohani yang adalah Kristus. Sekarang, haruskah apa yang ditulis oleh Santo Paulus berlaku juga bagi kita: “Sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada sebagian besar dari mereka”? (lihat 1 Kor 10:3-5).

Sekarang, lihatlah diri kita (anda dan saya) sendiri. Begitu seringnya kita merasa tersinggung (katakanlah: sakit hati) ketika perbuatan (bahkan niat baik) kita dibalas dengan sikap dan tindakan yang sebaliknya. Dalam hati kita mengharapkan bahwa mereka yang telah menerima kebaikan dari kita seharusnyalah membalasnya dengan sikap dan perbuatan baik. Wah, ini pamrih namanya, namun itulah yang biasanya terjadi. Orang yang tidak berterima kasih dengan cara sepantasnya sungguh menyakitkan hati, sekali pun kita masih mengingat “Sabda Bahagia” Yesus dan ajaran-ajaran-Nya dalam “Khotbah di Bukit”.

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Memang sah-sah saja bagi kita (anda dan saya) untuk “merasa sakit” karena sikap dan perlakuan yang mencerminkan tidak adanya rasa terima kasih dari para sahabat, teman, anggota keluarga besar atau komunitas kita, bahkan saudara kandung kita sendiri. Mengapa saya katakan: “sah-sah saja”? Karena dalam “rasa sakit” ini kita dapat belajar tentang segala “rasa sakit” orang-orang lain yang disebabkan oleh kita masing-masing. Dalam sikap tidak tahu terima kasih orang-orang lain terhadap kita tercerminlah sikap dan perilaku kita yang suka tidak berterima kasih atas apa saja kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita. Jadi dalam sakit yang kita rasakan, kita belajar tentang berbagai rasa sakit dengan intensitas berbeda-beda pada orang-orang yang telah disebabkan oleh kesalahan kita.

Saudari-Saudara yang dikasihi Kristus, setiap kali kita berpikir dan bersikap negatif terhadap orang-orang yang membalas dengan air tuba untuk air susu yang kita berikan kepada mereka – seperti para penggarap kebun anggur yang jahat itu – maka marilah kita berkata dengan segala kebenaran: “Itulah gambaran diriku. Itulah yang kulakukan kepada-Mu, ya Tuhan, dari hari ke hari. Itulah balasanku terhadap rahmat yang telah Kaulimpah-limpahkan kepadaku.

DOA: 
Bapa surgawi, aku mohon ampun kepada-Mu karena seringkali aku tidak menerima sikap dan perilaku tidak berterima kasih dari orang-orang yang pernah aku tolong dengan penuh kebaikan. Namun Engkau tetap mengasihi umat-Mu walaupun mereka bertumbuh menjadi pemberontak dan pembangkang. Kasih-Mu memang tidak mengenal batas/akhir. Engkau mengutus sendiri Putera-Mu yang tunggal ke tengah dunia untuk memperbaiki segala kerusakan yang terjadi, bahkan sampai mati di kayu salib, dengan demikian manusia dapat diperdamaikan dengan Engkau dan menjadi anak-anak-Mu yang Kaukasihi. Oleh kuasa Roh Kudus, perbaikilah diriku agar menjadi insan yang tahu berterima kasih kepada Penciptanya. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Dimanakah Keadilan ?

Allah adalah Hakim yang adil. (Mazmur 7:12)

Seorang pengamen di Jakarta Selatan melaporkan kasus pembunuhan ke polisi, tetapi malah ditangkap dan dipukuli agar mengaku sebagai pelakunya. Kejadian serupa dialami lima temannya, empat di antaranya sesama pengamen. Kini, ia menghirup udara bebas setelah setahun mendekam di penjara, sedangkan empat temannya masih dikerangkeng. Ia terbukti tak bersalah.

Di dunia sering terjadi ketidakadilan. Alkitab pun mencatat banyak orang yang mengalami ketidakadilan. Yusuf diperlakukan tidak adil oleh saudara-saudaranya yang iri hati (Kej 37) dan oleh istri Potifar (Kej 39). Pada puncaknya, ketidakadilan tak terperikan ditimpakan pada Kristus Yesus. Dia dijatuhi hukuman mati melalui dusta dan pengadilan yang tidak sah. Pilatus yang mengadili-Nya tidak berani membela kebenaran (Yoh 18:38-40).

Syukurlah, Tuhan itu Maha adil. Pemazmur bersyukur atas keadilan Tuhan (ay. 18). Nabi Yesaya menyatakan bahwa orang yang menanti-nantikan keadilan Tuhan akan diberkati (Yes 30:18). Tuhan mendorong kita untuk memikirkan keadilan dan berlaku adil, terutama kepada mereka yang lemah (Fil 4:8; Mi. 6:8; Kol 4:1).

Bisa jadi saat ini kita sedang diperlakukan tidak adil. Nah, kepada siapa lagi kita akan berseru dan meminta pertolongan kalau bukan dari Tuhan? Marilah kita bertekun menantikan waktu Tuhan menyatakan keadilan-Nya. Seperti nyanyian pemazmur, "Aku tahu bahwa Tuhan akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin" (Mzm 140:13). 

MESKIPUN DI DUNIA BANYAK TERJADI KETIDAKADILAN, 
PADA AKHIRNYA KEADILAN TUHAN YANG BERJAYA.

30 Mei 2015

Minggu, 31 Mei 2015 "Hari Raya Tritunggal Mahakudus"

Hari Raya Tritunggal Mahakudus

 
Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat". Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putra, Putra yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putra adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat". "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" 


Antifon Pembuka

Terpujilah Allah Bapa, Putra Allah yang Tunggal, serta Roh Kudus: karena besarlah kasih-Nya bagi kita. 
Doa Pagi

Allah Bapa, dengan mengutus Sabda Kebenaran dan Roh Pengudus ke dalam dunia, Engkau telah mengungkapkan kepada manusia misteri-Mu yang mengagumkan. Semoga dengan iman yang benar kami mengakui kemuliaan Tritunggal yang kekal dan menyembah keesaan-Nya dalam keagungan kuasa-Nya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
  
Bacaan dari Kitab Ulangan (4:32-34.39-40)
   
"Hanya Tuhanlah Allah di langit dan di bumi, tidak ada yang lain!"
    
Dalam perjalanan di padang gurun Musa berkata kepada bangsa Israel, "Cobalah tanyakan dari ujung langit ke ujung langit, tentang zaman dahulu sebelum engkau ada, sejak saat Allah menciptakan manusia di atas bumi, apakah pernah terjadi sesuatu hal yang demikian besar, atau apakah pernah ada terdengar sesuatu seperti ini? Pernahkah suatu bangsa mendengar suara Allah yang bersabda dari tengah-tengah api, seperti yang kaudengar dan engkau tetap hidup? Atau pernahkah suatu allah mencoba datang untuk mengambil baginya suatu bangsa dari tengah-tengah bangsa yang lain, dengan cobaan, dengan tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat dan peperangan, dengan tangan yang kuat dan lengan yang perkasa, dan dengan kedahsyatan yang besar, seperti yang dilakukan Tuhan, Allahmu, bagimu di Mesir, di depan matamu? Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain. Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baiklah keadaanmu dan keadaan anak-anakmu di kemudian hari. Maka engkau akan hidup lama di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu untuk selamanya."

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 33:4-5.6.9.18-19.20.22)
  1. Firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
  2. Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh napas dari mulut-Nya diciptakan segala tentara-Nya. Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.
  3. Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya. Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut, dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
  4. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan, Dialah penolong dan perisai kita. Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (8:14-17)
    
"Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah; oleh Roh itu kita berseru, ‘Abba, ya Bapa!’"
        
Saudara-saudara terkasih, semua orang yang dihimpun oleh Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu menerima bukan roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, melainkan Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, 'Abba, ya Bapa!' Roh itu memberi kesaksian bersama-sama roh kita, bahwa kita ini anak Allah. Dan kalau kita ini anak, berarti kita juga adalah ahli waris, yakni ahli waris Allah sama seperti Kristus. Artinya: jika kita menderita bersama dengan Dia, kita juga akan dipermuliakan bersama dengan Dia.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, kanon, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus, kepada Allah yang ada sejak dahulu, kini dan sepanjang masa.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (28:16-20)
     
"Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus."
          
Sesudah Yesus bangkit dari antara orang mati, kesebelas murid berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
  
Renungan
  
KESATUAN KASIH ALLAH TRITUNGGAL

Pada hari ini Gereja merayakan hari raya Tritunggal Mahakudus. Perayaan ini adalah bagian inti dari iman Kristiani. Kita percaya pada satu Allah dengan tiga pribadi yang berbeda, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Menurut Katekismus Gereja Katolik dikatakan bahwa pengakuan iman ini pertama kali diucapkan pada saat Pembaptisan. Jadi, pengakuan iman adalah pengakuan Pembaptisan karena Pembaptisan dilakukan dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (Mat 28:19). Maka, kebenaran-kebenaran iman yang diakui waktu Pembaptisan disusun sesuai hubungannya dengan Tiga Pribadi Tritunggal Mahakudus (KGK, 189). Dengan dasar ini, maka setiap hari kita selalu menyapa Tritunggal dalam doa-doa kita, khususnya saat membuat Tanda Salib.

Saudara-saudara, iman akan Tritunggal Mahakudus adalah iman akan satu Allah. “Hanya Tuhan Allah di langit dan di bumi, tidak ada yang lain” (Ul 4:39). Namun, Allah yang tunggal itu terdiri atas tiga pribadi, yaitu: Allah Bapa (Pribadi pertama), Allah Putra (Pribadi kedua), dan Allah Roh Kudus (Pribadi ketiga). Ketiga pribadi tersebut merupakan satu kesatuan (Yoh 5:7). Yesus menunjukkan persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah Bapa, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9). Allah Bapa sendiri menyatakan bahwa Yesus adalah Anak-Nya yang terkasih, yaitu pada waktu pembaptisan Yesus (Luk 3:22) dan waktu Yesus dimuliakan di atas Gunung Tabor (Mat 17:5).

Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang dijanjikan-Nya kepada para murid dan disebut-Nya sebagai Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa (Yoh 15:26). Roh Kebenaran ini adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran. Yesus menegaskan kembali pada pesan terakhir-Nya sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus…” (Mat 28:18-20).

Kesatuan Bapa, Putra dan Roh Kudus yang adalah tiga Pribadi Allah yang Tunggal, didasari oleh kasih yang sempurna demi keselamatan manusia. Karena kasih-Nya yang begitu besar, Allah Bapa menciptakan manusia dan menghendaki agar manusia ciptaan-Nya itu selamat (bdk. LG, 2). Kenyataannya, manusia jatuh ke dalam dosa yang menyebabkan kematian dan manusia tidak dapat mengatasinya. Namun, kasih Allah tetap berlaku. Ia tetap menghendaki keselamatan bagi manusia. Oleh karena itu, Bapa mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk menebus manusia. Melalui wafat dan kebangkitan Yesus, Sang Allah Putra, terlaksanalah karya penyelamatan umat manusia (bdk. LG, 3). Sesudah Yesus bangkit dan naik ke surga, diutuslah Roh Kudus untuk meneruskan karya keselamatan Allah dengan membimbing peziarahan hidup kita menuju keselamatan abadi (bdk. LG, 4).

Oleh karena itu, merayakan Tritunggal Mahakudus berarti merayakan dan mengalami misteri kasih Allah yang Tunggal demi keselamatan kita. Karya keselamatan itu, direncanakan dan dikehendaki oleh Allah Bapa, dilaksanakan oleh Allah Putra, dan diteruskan serta dijamin oleh Allah Roh Kudus. Demikianlah, ketiga pribadi Tritunggal mewahyukan Diri masing-masing dalam tugas yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan karena ketiganya merupakan satu kesatuan.

Perintah Yesus hari ini untuk pergi, menjadikan semua bangsa murid-Nya, dan membaptis dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus, tidak perlu ditafsirkan sebagi perintah untuk“mempertobatkan” atau menjadikan semua orang menjadi Katolik. Tidak. Tetapi, perintah ini dapat dimengerti, misalnya, “Kalian akan pergi ke mana-mana dan menjumpai berbagai macam orang; perlakukanlah mereka itu sebagai murid-Ku!”

Jadi, tekanannya adalah agar kita memperlakukan semua orang sebagai sesama murid. Dengan demikian, kita selalu terbuka untuk saling belajar bagaimana menjadi murid yang baik dengan hidup yang benar dan suci.

Antifon Komuni (Gal 4:6)

Karena kamu adalan anak, Allah telah mengutus Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru, "Ya Abba, ya Bapa!"

Since you are children of God, God has sent into your hearts the Spirit of his Son, the Spirit who cries out: Abba, Father. 

Data est mihi omnis potestas in cælo et in terra, alleluia: euntes, docete omnes gentes, baptizantes eos in nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti, alleluia, alleluia.

atau Laudate Dominum de cælis.

“Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah” (St. Agustinus)

Yesus Ditinggikan di Salib

Tempat Yesus disalibkan disebut tempat Tengkorak. Dalam bahasa Ibrani tempat ini disebut Golgota. Letaknya di atas bukit dekat kota. Yohanes melukiskan bahwa banyak orang melihat Yesus yang tergantung di salib itu.

Karena itu, orang-orang berpengaruh dalam masyarakat Yahudi mengusulkan kepada Pilatus agar tulisan yang terpampang di atas kepala Yesus diubah. Banyak orang membaca tulisan itu, sehingga akan mempermalukan mereka. Mengapa? Karena mereka berani menyalibkan raja mereka sendiri. Semestinya seorang raja mendapatkan tempat terhormat dalam masyarakat Yahudi.

“Yesus, orang Nazaret, raja orang Yahudi.” Demikian bunyi tulisan yang dibuat dalam tiga bahasa itu. Pilatus memang menolak permintaan para pemuka Yahudi itu. Dia tidak ingin urusan dengan Yesus itu berlarut-larut. Cukuplah ia mengadili Yesus hingga menyerahkan-Nya kepada bangsa Yahudi untuk mengambil tindakan mereka sendiri. Bukankah ia sudah mencuci tangan sebagai tanda tak bersalah?

Di sisi lain mungkin Pilatus takut, karena seorang yang tak bersalah justru dihukum mati. Dia sendiri mempunyai andil dalam hal itu dengan menyerahkan Yesus ke dalam tangan bangsa Yahudi.

Namun mungkin alasan yang lebih besar bagi Pilatus untuk menorehkan tulisan itu adalah ia sungguh-sungguh sadar bahwa Yesus adalah seorang raja. Penerangan yang diberikan Yesus kepadanya dalam sidang pengadilan di istananya memberikan pemahaman baru baginya. Jam-jam setelah ia menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi menjadi suatu kesempatan berefleksi mengenai tokoh kontroversial itu.

Baginya, Yesus lebih dari layak mendapat gelar raja. Seorang raja itu mesti mendapatkan tempat yang terhormat. Ia mesti ditinggikan. Menurut Yohanes, Sang Pengarang Injil, Yesus ditinggikan di atas kayu salib supaya semua orang yang memandang-Nya memperoleh keselamatan .Yesus menjadi Musa baru yang menarik semua orang kepada keselamatan melalui diri-Nya. Musa yang lama meninggikan ular tembaga di padang gurun, sehinggaorang-orang yang dipagut oleh ular tedung mendapatkan kesembuhan dengan memandang ular tembaga itu.

Dengan peninggian Yesus di kayu salib itu, Yohanes mau menegaskan bahwa Yesus itu raja yang tetap menjadiandalan bagi semua orang yang mendambakan keselamatan. Yesus menjadi jalan bagisemua manusia. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”kata Yesus (Yoh. 14:6)

Di atas salib itu menjadi saat Yesus dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Mengapa? Karena Yesus mampu mengejawantahkan kasih Allah dengan kasih dan kesetiaan-Nya kepada Allah dan manusia, Yesus menyempurnakan tugas-Nya menebus manusia dengan mengorbankandiri, agar manusia mengalami keselamatan.

Tentu cara pemuliaan seperti inimerupakan sesuatu yang tragis bagi manusia yang cenderung mencapai kemuliaan melalui cara paling gampang alias tanpa korban. Namun inilah suatu pengajaran baru bagi manusia yang diberikan oleh Allah sendiri melalui peristiwa peninggian di salib itu. Peristiwa ini menjadi jalan rahmat bagi manusia. Kebahagiaan itu diraih melalui suatu perjuangan. Karena itu, kebahagiaan itusungguh bernilai dan bermakna bagi kehidupan manusia.

Menarik sekali bahwa ketikalambung Yesus ditikam justru mengalirkan darah dan air. Ini dua unsur yang menghidupkan. Peninggian di salib itu menjadi sarana pemberian diri Allah. Artinya, pemberian kehidupan bagi manusia. Manusia yang memandang kepada Diayang tertikam mendapatkan kehidupan baru.

Dengan menerima pemberian diri Allah melalui peristiwa peninggian di salib itu, manusia dibebaskan dari perhambaan dosa. Manusia yang dahulu menjadi budak dosa, kini menjadi makhluk tertebus. Semua mata yang memandang Dia yang dimuliakan di atas salib dengan darah dan air yang mengucur, menemukan Allah dalam Sang Sumber Kehidupan itu. “Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. Tetapi sekarang, sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kami dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?” kata St. Paulus mengenai orang-orang yangsudah mengenal Allah karena peristiwa peninggian Anak Manusia itu (Gal. 4:8-9).

Dewasa Ini: Yesus masih Ditinggikan

Suatu pagi, Aji, seorang anak kecil yang sering datang ke kantor saya, membuat saya sangat terpesona oleh pernyataannya. Pagi itu dia datang ke kantor dan menghidupkan salah satu komputer yang biasa dia senangi. Komputer itu mempunyai screen server seseorang yang duduk di sofa sambil menggoyangkan kakinya. Berkali-kali sebelum pagi itu saya sudah menakut-nakuti dia bahwa orang yang ada di layar komputer itu adalah hantu. Sebelumnya memang dia agak takut dengan lari mendekati saya sambil melihat dari jauh. Namun pagi itu sungguh luar biasa.

“Awas hantu,” saya mengganggunya.

“Tidak takut ah,” jawab Aji, anak berusia tiga tahun ini singkat.

“Kenapa kamu tidak takut sama hantu?” saya berusaha ingin tahu.

“Karena di rumah ada salib, romo,” kata Aji meyakinkan saya.

Saya sungguh terkejut mendengar pernyataan Aji, bocah ingusan itu. Anak sekecil itu sudah punya suatu pegangan hidup. Dari mana dia mendapatkan iman seperti itu? Yesus yang ditinggikan disalib rupanya begitu memukau hati Aji. Baginya, salib Yeus itu bukan sekadar dipampang di dinding rumah. Salib itu sungguh-sungguh meneguhkan hati Aji, sehingga ia tidak perlu takut terhadap bayang-bayang hantu. Sungguh luar biasa!

Dalam suatu perjalanan dari Jakarta menuju Yogyakarta, seorang ibu rumah tangga yang masih muda membuat tanda salib begitu bus yang kami tumpangi mulai bergerak dari stasiun. Baginya, tanda salib itu memberikan ketenteraman dan kenyamanan dalam perjalanan. Ia yakin keselamatan akan terjadi dengan perantaraan Kristus yang ditinggikan di kayu salib.

“Ibu katolik, ya?” tanya saya yang duduk di sampingnya.
“Ya, saya katolik,” jawabnya singkat, tanpa rasa takut.

Saya pun membuat tanda salib,tanda kemenangan Kristus. Lantas saya mengajak ibu itu untuk bersama-sama berdoa.

Dewasa ini banyak orang mengenakan salib di leher sebagai sebuah asesori. Mereka mau mengatakan kepada dunia bahwa mereka adalah orang-orang kristiani yang mengimani Tuhan Yesus. Bagi sementara orang, salib di dada itu sungguh memberikan kekuatan, karena peninggian Yesus di salib itu membawa kemenangan. Karena itu, ada suatu kebanggaan tersendiri menjadi seorang kristiani.

Namun ada sementara orang yang mengenakan salib di dada sekadar hiasan belaka tak bedanya dengan kalung berlian atau emas. Bagi mereka, seseorang yang mengenakan salib belum tentu mengungkapkan iman akan Dia yang ditinggikan di salib. Karena itu, salib di dada itu tidak terlalu berpengaruh dalam hidupnya.

“Ah, saya pakai salib ini kan sebagai suatu hiasan saja. Saya bisa ganti dengan hiasan lain yang lebih menarik,” kata seorang pemuda yang saya temui di sebuah swalayan.

Oke. Setiap orang boleh punya sikap yang berbeda terhadap sebuah palang bernama salib. Namun bagi seorang kristiani, Tuhan Yesus yang ditinggikan di kayu salib itu membebaskan manusia dari kematian kekal. Mereka yang memandang Dia yang tertikam akan mendapatkan kehidupan kekal.

Mau memperoleh hidup abadi? Pandanglah Dia yang tertikam yang ditinggikan di atas kayu salib itu.


Frans de Sales SCJ

Perintah Tuhan itu Murni, Membuat Mata Ceria

Hari Biasa Pekan VIII 
        
 Dalam gereja yang telah dipersembahkan atau diberkati secara legitim, dapat dilaksanakan semua kegiatan ibadat ilahi, dengan tetap menghormati hak-hak paroki. Hendaknya semua orang yang bersangkutan berusaha agar di gereja-gereja dipelihara kebersihan dan keindahan yang layak bagi rumah Allah dan agar segala sesuatu yang tidak cocok dengan kesucian tempat itu dijauhkan dari padanya. 
   
Antifon Pembuka (Mzm 19:9)

Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati. Perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.

Doa Pagi

Allah Bapa kami yang kekal dan kuasa, Engkau berkenan menggembirakan semua orang yang membuka hatinya terhadap sabda-Mu. Kami mohon, semoga daya pembebasan-Mu menguasai diri kami serta menjadikan kami orang-orang yang berkenan di hati-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
  
Pencarian dan pelaksanaan kebijaksanaan Firman Tuhan membuat hidup seseorang menjadi lebih tenang dan damai. Semakin dia mencari, dia juga semakin banyak ditunjukkan kepadanya nilai-nilai kebijaksanaan. Ini semua menjadi sumber syukur dan pujiannya kepada Tuhan.
    
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (51:12-20)
    
"Hatiku bersukacita atas kebijaksanaan."
      
Aku hendak bersyukur kepada-Mu ya Tuhan, dan memuji nama Tuhan. Pada masa mudaku, sebelum mengadakan perjalanan, kebijaksanaan telah kucari dengan sungguh dalam sembahyangku. Kebijaksanaan itu telah kumohon di depan Bait Allah, dan akan kukejar sampai akhir hidup. Hatiku bersukacita atas kebijaksanaan, karena bunganya yang bagaikan buah anggur masak. Kakiku melangkah di jalan yang lurus, dan sejak masa mudaku telah kuikuti jejaknya. Hanya sedikit saja kupasang telingaku, lalu mendapatinya, dan memperoleh banyak pengajaran bagi diriku. Aku maju di dalamnya, dan kuhormati orang yang memberikan kebijaksanaan kepadaku. Oleh karena aku berniat mengamalkannya, maka dengan rajin kucari yang baik, dan aku tidak dikecewakan. Hatiku memperjuangkan kebijaksanaan, dan dengan teliti kulaksanakan hukum Taurat. Tanganku telah kuangkat ke surga, dan aku menyesal karena belum cukup tahu akan kebijaksanaan. Hatiku telah kuarahkan kepada kebijaksanaan, dan dalam kemurnian hati aku menemukannya.

Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 853
Ref. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan.
Ayat. (Mzm 19:8.9.10.11; Ul: 9a)
  1. Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.
  2. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.
  3. Takut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selama-lamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selalu.
  4. Lebih indah daripada emas, bahkan daripada emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Kol 3:16a,17c) 
Semoga sabda Kristus tinggal dalam diri kalian secara melimpah. Bersyukurlah dengan pengantaraan Kristus kepada Allah Bapa kita.
    
Tindakan Yesus mengusir para pedagang dari halaman Bait Allah mendapat tentangan dari para pemimpin agama Yahudi. Mereka tidak mengakui otoritas yang dibawa oleh Yesus untuk mengembalikan fungsi Bait Allah sebagai tempat untuk berdoa dan beribadah.
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (11:27-33)
      
"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?
     
Beberapa waktu sesudah mengusir para pedagang dari halaman Bait Allah, Yesus dan murid-murid-Nya tiba kembali di Yerusalem. Ketika Yesus sedang berjalan-jalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan kaum tua-tua. Mereka bertanya kepada Yesus, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” Yesus menjawab mereka, “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepada kalian. Jawablah Aku, dan Aku akan mengatakan, dengan kuasa mana Kulakukan hal-hal itu. Pembaptisan Yohanes itu dari surga atau dari manusia? Jawablah!” Mereka memperbincangkannya seraya berkata, “Jikalau kita katakan ‘Dari Allah’, Ia akan berkata, ‘Kalau begitu, mengapa kalian tidak percaya kepada-Nya?’ Tetapi masakan kita katakan ‘Dari manusia’. Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Maka mereka menjawab kepada Yesus, “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus kepada mereka, “Jikalau demikian, Aku pun takkan mengatakan kepada kalian, dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
   
Renungan
      
Kuasa Yesus untuk melakukan pembersihan Bait Allah tidak dapat dipahami para imam, ahli-ahli Taurat dan kaum tua-tua karena mereka adalah hamba uang. Yang mereka pikirkan di sekitar Bait Allah ialah uang. Yesus berkuasa melenyapkan praktik kejahatan di tempat suci. Mari kita tidak menjadikan tempat suci sarang perdagangan. Kita punya kuasa untuk membersihkannya.
     
Antifon Komuni (Mzm 53:5-6)
Aku akan memuji Engkau seumur hidupku, menadahkan tangan kepada-Mu. Hatiku Kaukenyangkan dengan santapan lezat, mulutku memuji Engkau sambil bersyukur.
     
 Doa Malam

Allah Bapa Mahakuasa, Yesus Putra-Mu telah Kauutus memberi kesaksian dengan penuh kuasa. Kami mohon berilah kami Roh-Nya agar kami pun dapat memberi kesaksian dengan tabah dan penuh wibawa yang berasal dari pada-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin. 
    

“Rosario merupakan doa kontemplatif yang sangat indah. Tanpa dimensi kontemplatif ini, doa Rosario akan kehilangan maknanya” (St. Yohanes Paulus II)

Kebijaksanaan Allah

Pekan Biasa VIII; Sir 51:12-20; Mzm 19; Mrk 11:27-33
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Kebijaksanan hilang seketika karena kesombongan. Kebijaksanaan hendaknya dicari sejak seseorang masih muda. Tapi sayang, orang-orang muda kadang kurang tertarik dengan kebijaksanaan.Saya pernah mengalami pengalaman itu; keberanian dan kesombongan mengalahkan kebijaksanaan. Hasilnya, saya yang rugi dan menderita. Jika sudah begitu, apa yang saya lakukan? Menyalahkan Tuhan atau mencari Tuhan? Kecenderungan kita adalah menyalahkan Tuhan. Jika sudah mentok, baru kita kembali meminta pertolongan Tuhan.

Namun bila seseorang mencari kebijaksanaan sejak masa muda, Sirakh menjamin bahwa kasih dan kuasa Tuhan akan terus mengikuti. Yohanes Pembaptis yang mencari kebijaksanaan sejak masa muda memperoleh kasih karunia Tuhan. Ia membuka jalan bagi kedatangan Mesias. Para pemimpin agama Yahudi tidak berani mengusik Yohanes, karena banyak orang percaya bahwa ia utusan Allah. Pertanyaan Yesus kepada para pemimpin Yahudi seharusnya menyadarkan mereka agar mencari kebijaksanaan dulu sebelum bertindak. Cara mencari kebijaksanaan antara lain berserah kepada Tuhan, berpikiran terbuka, dan bersikap rendah hati..

29 Mei 2015

Berikan Aku Jawabnya

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VIII – Sabtu, 30 Mei 2015)
Ordo Santa Klara (OSC & OSCCap.) – Peringatan B. Baptista Varani, Perawan-Biarawati Ordo II

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/


Lalu Yesus dan murid-murid-Nya datang lagi ke Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu? Jawab Yesus kepada mereka, “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari surga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata, “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapa kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!” Mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus, “Kami tidak tahu.” Kata Yesus kepada mereka, “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Mrk 11:27-33)

Bacaan Pertama: Sir 51:12-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-11
Untuk keempat kalinya, Yesus masuk ke kota Yerusalem dan Bait Suci. Selagi Dia berjalan di halaman terbuka Bait Suci, sejumlah pemuka Yahudi mendatangi-Nya dan berkonfrontasi dengan Yesus secara tidak simpatik. Dalam kelompok itu ada para imam, para ahli Taurat dan tua-tua orang Yahudi. Mereka mewakili elite agama, orang-orang terpelajar dan kepentingan bisnis. Mereka ingin mengetahui dari Yesus, dengan otoritas yang mana Dia menghentikan kegiatan jual-beli hal-hal yang diperlukan untuk acara persembahan kurban dan ibadat penyembahan. Implikasinya adalah bahwa Yesus membutuhkan otoritas dari Allah sendiri untuk tindakan-tindakan sedemikian.

Yesus hanya akan menjawab pertanyaan para pemuka Yahudi itu apabila mereka menjawab pertanyaan yang diajukan oleh-Nya kepada mereka. Membalas pertanyaan dengan pertanyaan bukanlah hal yang aneh karena hal tersebut merupakan praktek di kalangan rabi-rabi Yahudi. Pertanyaan Yesus mengenai baptisan Yohanes membuat para pemuka Yahudi tersebut untuk melakukan kaji ulang atas motif-motif dan ketulusan hati mereka sendiri sehubungan dengan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Yesus. Hal tersebut memaksa mereka untuk melihat ketiadaan iman mereka sendiri akan Allah, yang sebenarnya merupakan akar dari oposisi mereka yang penuh kebencian terhadap tindakan-tindakan Yesus dalam membersihkan Bait Suci.

Sejak Yohanes Pembaptis memproklamasikan dirinya sebagai bentara sang Mesias, maka pertanyaan Yesus tentang Yohanes Pembaptis juga berimplikasi pada pertanyaan tentang identitas-Nya sendiri sebagai sang Mesias dari Allah. Menjawab pertanyaan Yesus memang serba salah bagi para pemuka Yahudi tersebut, dan apa pun jawaban mereka, maka hal itu akan mengungkap ketiadaan iman yang sejati mereka akan Allah. Orang banyak berpandangan bahwa para pemuka Yahudi tersebut tidak menerima Yohanes Pembaptis sebagai seorang nabi sejati, hal mana bertentangan dengan pandangan orang banyak.

Ketika para pemuka Yahudi tersebut menjawab “Kami tidak tahu” kepada Yesus, maka Yesus juga tidak mau memberikan jawaban-Nya. Seperti orang-orang lain yang melihat apa yang dilakukan oleh Yesus dan mendengar apa yang diajarkan-Nya, para pemuka Yahudi tersebut harus menentukan sendiri “siapakah Yesus itu”. Apakah Yesus sungguh datang dari Allah dengan otoritas Allah sendiri? Apakah Yesus sungguh-sungguh diutus untuk menyatakan kuat-kuasa Allah di tengah dunia?

DOA: 
Bapa surgawi, bersihkanlah diriku dari hal-hal yang tidak berkenan di mata-Mu. Semoga melalui sabda Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus, segala macam “jual-beli” dalam hidupku akan tersingkir, sehingga memberi jalan masuknya Kerajaan-Mu dalam hidupku. 
Amin.

28 Mei 2015

Terorisme

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan... tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (Roma 12:17, 21)

Terorisme merupakan masalah pelik, bukan hanya pada abad modern ini, melainkan masalah yang sudah setua peradaban umat manusia di dunia ini. Pelakunya bukan monopoli bangsa dan agama tertentu. Sejarah mencatat bahwa pelaku terorisme bisa berasal dari latar belakang apa saja. Tidak jarang kaum radikal itu melakukan tindakan kekerasan berdasarkan keyakinan "agamanya" untuk membasmi "lawannya". Mereka menjalankannya dengan suatu "niat luhur": demi menegakkan kebenaran dan keadilan menurut versi mereka sendiri (bandingkan dengan Yoh 16:1-4).

Kepada murid-murid-Nya, Yesus Kristus mengajarkan agar kita mengampuni dan berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kita (Mat 5:43-48). Arti mengampuni dan berdoa ini tidak berhenti hanya pada ritual ibadah dalam gedung gereja. Sebaliknya, karya kasih Allah yang mengampuni dan memulihkan ini mengundang kita untuk mewujudkannya dalam tindakan nyata hidup sehari-hari. Kasih Allah menyapa baik korban teror maupun pelakunya, dan juga menyapa semua orang (ay. 18).

Kita dipanggil untuk membawa damai di mana pun kita berada. Bila kita berdiam diri atau berhenti berbuat baik, kita akan menjadi pupuk penyubur terorisme. Sebaliknya, kita perlu secara aktif ikut berupaya untuk mewujudkan kebenaran, memperjuangkan keadilan, dan berbuat kebaikan untuk menghapus kemiskinan dan kebodohan. Bukan dengan senjata kekerasan, bukan pula dengan berpangku tangan dan hanya menyalahkan pemerintah dan pihak lain, melainkan dengan mengamalkan kasih. 


KEKERASAN TIDAK DAPAT DILAWAN DENGAN KEKERASAN;

KEKERASAN HANYA DAPAT DIPADAMKAN DENGAN KASIH.

Keragu-raguan Menantang Iman Kita


(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VIII – Jumat, 29 Mei 2015)
Ordo Fransiskan Sekular: Peringatan S. Maria Anna dr Paredes, Perawan Ordo III

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi karena hari hampir malam, Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.

Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia menemukan sesuatu pada pohon itu. Tetapi waktu tiba di situ, Ia tidak menemukan apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Kata-Nya kepada pohon itu, “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Murid-murid-Nya pun mendengarnya.

Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya, “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka mencari jalan untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, karena seluruh orang banyak takjub kepada pengajaran-Nya. Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.

Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Lalu teringatlah Petrus dan berkata kepada Yesus, “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.” Yesus menjawab mereka, “Percayalah kepada Allah! Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa pun berkata kepada gunung ini: Terangkatlah dan terbuanglah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: Apa saja yang kamu doakan dan minta, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya seseorang bersalah terhadap kamu, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kamu akan kesalahan-kesalahanmu.” [Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di surga juga tidak akan mengampuni kamu akan kesalahan-kesalahanmu.] (Mrk 11:11-26)

Bacaan Pertama: Sir 44:1,9-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 149:1-6

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Semuanya terlihat begitu sederhana bagi Yesus. Ia mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, dan pada keesokan paginya pohon itu sudah kering-mati. Yesus kemudian mengajar para murid-Nya bahwa apabila mereka mempunyai iman akan Allah, maka mereka dapat berkata kepada sebuah gunung agar terangkat dan terbuang ke dalam laut, dan hal itu akan terjadi. Apakah Yesus terlalu dramatis dalam hal ini? Apakah Dia dapat memandang kehidupan dengan cara seperti kita lakukan – dengan kesulitan-kesulitan, halangan-halangan, dan kelemahan-kelemahan yang menyebabkan kita tidak dapat mengetahui dan mengenal damai-sejahtera dan kuat-kuasa seperti yang diketahui dan dikenal-Nya?

Setiap hari kita (anda dan saya) menghadapi keragu-raguan yang menantang iman-kepercayaan kita. Dan kita dapat mempunyai alsaan-alasan yang sangat dapat dimengerti atas keragu-raguan kita itu. Barangkali di masa lampau kita belum merasakan kehadiran Allah pada saat-saat pencobaan atau kesulitan yang menimpa diri kita, atau belum pernah dikejutkan dengan tragedi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Barangkali kita merasa bahwa kita telah mengecewakan Allah dan tidak mempunyai alasan untuk mengharapkan apa-apa dari Dia. Barangkali kita tidak memiliki pengalaman atau kemauan untuk mempraktekkan iman kita. Apa pun alasannya, keragu-raguan dapat melumpuhkan kita dan membiarkan kita diperlemah dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari.

Keragu-raguan berarti pikiran kita mendua, ada dua perasaan tentang satu hal khusus. Double-mindedness atau keragu-raguan antara memilih janji-janji Allah dan menerima dunia seperti yang kita ketahui – inilah yang menjadi penghalang terhadap iman kita dan pertumbuhannya. Perspektif kita yang terbatas membuat kabur sabda Allah dan kesetiaan-Nya kepada kita dan membuat ekspektasi Yesus berkenan dengan iman kita menjadi tidak masuk akal.

Bagaimana seharusnya kita membuat terobosan? Bagaimana kiranya kita harus mematahkan lingkaran keragu-raguan yang ada? Semakin kita merangkul pikiran Allah dengan memperdalam permenungan kita atas sabda Allah dalam Kitab Suci, memperoleh kekuatan dari Sakramen-sakramen, dan mengembangkan suatu hidup doa pribadi kita, semakin penuh keyakinan kita akan kasih Allah kepada kita. Selagi kita memperkenankan Roh Kudus meyakinkan diri kita akan realitas hal-hal yang tidak kelihatan dan membuat pemikiran-pemikiran kita tertangkap oleh kebenaran sejati, maka damai sejahtera akan memerintah dalam pikiran kita dan keragu-raguan pun akan terusir pergi. Marilah kita menempatkan iman-kepercayaan kita tidak hanya pada apa yang Allah telah lakukan, melainkan juga pada apa saja yang telah dijanjikan untuk dilakukan-Nya bagi kita dan bagi Gereja.

DOA: 
Tuhan Yesus, aku percaya akan janji-janji-Mu. Aku percaya bahwa Engkau sangat realistis dalam ekspektasi-ekspektasi-Mu, karena Engkau sendirilah yang telah membuat fondasi dari kebenaran yang tak tergoyahkan untuk ekspektasi-ekspektasi-Mu itu. Aku akan memusatkan pandanganku pada perspektif-Mu dan akan berjalan bersama-Mu dalam iman. Amin.

JADWAL PETUGAS LITURGI BULAN JULI 2015

https://drive.google.com/file/d/0B-v9BnuLUS_EQno3MGFKeTVfWjQ/view?usp=sharing

Menolak Malas

Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: "Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu? (Yosua 18:3)

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Seorang penganggur meminta nasihat pada temannya. Dianjurkan berjualan siomai keliling, ia menolak dengan alasan gengsi. Dianjurkan buka usaha jus, ia menolak dengan alasan untungnya kecil. Dianjurkan jualan soto karena untungnya cukup besar, ia menolak dengan alasan capek. Dianjurkan jadi guru les privat, ia menolak dengan alasan pemalu. Temannya angkat tangan.

Kenapa si penganggur menolak semua nasihat itu? Bukan karena tidak mampu, melainkan karena malas. Orang malas menjadi beban bagi orang lain. Kemalasan juga menjangkiti umat Israel saat mereka memasuki tanah perjanjian. Sebagian suku sudah menerima bagian milik pusaka mereka, sedangkan tujuh suku belum (ay. 2). Penyebabnya, mereka bermalas-malasan (ay. 3). Karena itu Yosua mengumpulkan dan menegur mereka, meminta mereka mengajukan tiga orang dari tiap suku untuk menjelajahi negeri itu dan mencatat keadaannya, lalu kembali untuk melaporkan hasilnya (ay. 4). Ia tak ingin tujuh suku yang belum mendapat bagian wilayah itu tak jelas nasibnya. Ia lalu melakukan pembagian sisa tanah Kanaan di Silo (ay. 10). Yosua tak membiarkan umat Israel bermalas-malasan, dan menyuruh mereka bertindak.

Dalam setiap usaha pasti ada risiko rugi, dan mau tidak mau kita perlu ulet dan mau bersusah payah. Tuhan akan memampukan dan menguatkan kita menjalaninya. Jangan menunggu sesuatu menjadi mudah lebih dahulu, namun bertindaklah. Masalah gagal atau rugi, itu bisa diatasi sambil jalan dan menjadi bagian dari proses pembelajaran. 

ORANG RAJIN PUNYA 1001 ALASAN UNTUK BERUSAHA, 
ORANG MALAS PUNYA 1001 ALASAN UNTUK TAK MELAKUKAN APA-APA.

Renungan - Kamis, 28 Mei 2015

Pekan Biasa VIII (H)Sta. Margaretha Pole; St. Wilhelmus;
St. Bernardus dr Montjoux; St. Germanus dr Paris

Bacaan I: Sir. 42:15-25 
Mazmur: 33:2-3.4-5.6-7.8-9; R: 6a
Bacaan Injil: Mrk. 10:46-52

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Pada sustu hari, tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Renungan
Setelah cukup lama berjalan, melihat pekerjaan dan mendengar Sabda-Nya, para Rasul masih saja belum bisa ‘melihat’ siapa itu Yesus. Mereka belum juga sadar bahwa Yesus adalah Mesias, Putra Allah yang datang untuk menyelamatkan dunia. Kerdilnya iman dan pengenalan mereka dikritisi oleh Bartimeus.

Bartimeus adalah antitesa ‘kebutaan’ para Rasul. Dalam segala keterbatasannya, ia mampu mengenali Yesus sebagai Anak Daud, Guru dan Mesias. Imannya ini memberanikan dia untuk terus berseru tanpa malu. Ia pun rela membuang jubahnya, harta satu-satunya untuk melindunginya dari debu, panas dan dinginnya malam, ketika Yesus memanggilnya. Iman itu berhasil menggerakkan kerahiman Tuhan. Dan setelah penglihatannya pulih, ia mengikuti Yesus tanpa syarat, ke Yerusalem sekalipun. Bartimeus mengajarkan kita bagaimana cara terbaik untuk mengenali Yesus, yakni berdoa tanpa henti dan berani meninggalkan segalanya; memberikan diri seutuhnya untuk dibentuk, dididik dan dipakai Tuhan sebagai alat-Nya.

Tuhan Yesus Kristus, sembuhkanlah kami: orang buta, orang congkak hati. Dari mati, hidupkanlah kami, dari dosa bersihkanlah kami. Biarlah kami menjadi tanda kemuliaan-Mu di sepanjang hidup ini dan terpujilah Nama Yesus, sekarang dan selama-lamanya
Amin.

27 Mei 2015

LOMBA LAGU LITURGI 2015



KRITERIA LOMBA LAGU LITURGI 2015

A. P e s e r t a                

    Orang muda Katolik / katekumen berusia 15-40 tahun
    Prioritas bagi OMK KAJ.
    Panitia, Tim Juri, Komisi Kepemudaan dan Komisi Liturgi tidak diperkenankan mengikuti       lomba ini

B. Jenis nyanyian

      Nyanyian liturgi, untuk membantu umat beribadah / merayakan misa kudus, khususnya
     untuk misa OMK
C. Kategori nyanyian

     Ada 4 kategori nyanyian yang dilombakan :
    1. Nyanyian pembuka , nyanyian ini berperan untuk : Mengiringi pembuka perayaan
        misa/ibadah dan Mengiringi perarakan imam dan pelayan liturgi

    2. Nyanyian persiapan persembahan, nyanyian ini berperan mengiringi perarakan
        persembahan hidup kita, syukur dan suka duka kita yang dipersatukan dengan
        persembahan Kristus kepada Bapa

   3. Nyanyian komuni / bebas tematik, nyanyian ini berperan membantu menghayati
       persatuan kita dengan Tuhan dalam rupa tubuh dan darah Kristus. Bebas tematik –
       membantu kita berayukur dan menghayati seluruh renungan/peristiwa yang dirayakan
      dalam misa/ibadah hari itu.

  4. Nyanyian penutup, nyanyian ini berperan mengiringi penutup perayaan misa/ibadah,
      bersifat syukur dan perutusan

D. S y a i r
  1. Syair ditulis sesuai bacaan / ajaran Kitab Suci dan ajaran iman gereja Katolik
  2. Isi nyanyian antara lain : 
          a. Menumbuhkan iman , harapan dan kasih kepada Allah
          b. Membangun Gereja, persaudaraan dengan sesama
          c. Membangun kepedulian, berbagi kasih kepada sesama terutama yang menderita
          d. Membangun kepedulian dengan alam lingkungan sebagai ciptaan Tuhan

     3. Isi nyanyian ditulis sesuai dengan kriteria yang dipilih ( nyanyian pembuka, komuni
         dan lain-lain)
     4. Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan pemenggalan kata /
         kalimat yang baik supaya baik didengarnya dan menyatu dengan kesatuan nyanyian.
         Contoh :  Yesus kuda —tang, pemenggalan ini terlihat kurang tepat, sebaiknya
                          pemenggalan ditiadakan, ditulis supaya terdengar Yesus kudatang…      
     5. Hindari penulisan syair yang dapat berkonotasi buruk atau kurang hormat

          Contoh : Ye.. Ye…Ye …sus


E. Melodi / notasi

  1. Melodi mudah dinyanyikan, membantu umat berdoa dan bersyukur, merayakan misa / beribadah
  2. Ditulis dalam notasi angka dalam 1 suara. Sertakan kunci nada.
  3. Rentang nada maksimal 1.5 oktaf
  4. Panjang lagu minimal 16 birama, maksimal 32 birama

F. Tata cara pengiriman
     Teks lagu dalam syair dan notasi angka (7 rangkap), CD rekaman audio sederhana 
     dan formulir pendaftaran dapat dikirimkan ke :

     PANITIA LOMBA LAGU LITURGI 2015
     S H E K I N A H
     Komp. Duta Merlin Blok B 41-43
     Jl. Gajahmada No. 3 – 5
     Jakarta Pusat

     Selambatnya : 25 Agustus 2015 (tanggal / cap pos)
     Formulir pendaftaran dapat diunduh melalui website : www.KAJ.or.id
     Email Panitia : Lombalalit2015@gmail.com

G. Penjurian dan pemenang
  1. Nyanyian asli, ciptaan baru, bukan jiplakan serta belum pernah dinyanyikan / dipublikasikan / diterbitkan pihak lain.
  2. Tahap 1 – Tim juri akan memilih 10 nyanyian terbaik dari tiap kategori (total 40 pemenang), Tahap 2 – Tim juri memilih 3 pemenang dari tiap kategori (ada 12 pemenang)  dan Nominasi tahap 1 –  40 pemenang akan diumumkan 03 Oktober 2015 langsung kepada para penciptanya.
  3. Pencipta 40 nyanyian yang terpilih, akan dipersilakan mempersiapkan nyanyiannya dalam bentuk penampilan nyanyian yang dinyanyikan 1 suara dengan iringan musik, dipersiapkan dalam bentuk  format You Tube per tanggal 10 Oktober 2015, untuk dipilih secara luas oleh umat sebagai pemenang favorit.
  1. Pencipta bersedia bila nyanyian perlu direvisi sesuai dengan tujuan baiknya.
  2. Nyanyian yang memenangkan lomba ini akan ikut memeriahkan acara / misa penutupan Tahun OMK pada rangkaian KAJ Youth Day – 22 November 2015.
  3. Panitia menyediakan penghargaan dan piagam untuk setiap pemenang
        Untuk tiap kategori  Pemenang 
        a.    I : 5 juta rupiah 
        b.   II : 3,5 juta rupiah dan 
        c.   III : 2,5 juta rupiah
        d.     1 pemenang favorit 2 juta rupiah

H. Lain – lain
  1. 40 nyanyian yang telah terpilih Juri, menjadi milik Keuskupan Agung Jakarta, (termasuk hak cipta, rekam, terbit).
  2. Panitia dan tim juri tidak melayani pertanyaan/surat menyurat
  3. Keputusan tim juri tidak dapat diganggu gugat
Sumber : KAJ

Jalan Yesus Adalah Jalan Salib

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VIII – Rabu, 27 Mei 2015)
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/
Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya. “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya. Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa lain, dan Ia akan diolok-olok, diludahi, dicambuk dan dibunuh, tetapi sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”

Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya, “Guru, kami harap Engkau melakukan apa pun yang kami minta dari Engkau!” Jawab-Nya kepada mereka, “Apa yang kamu kehendaki Kuperbuat bagimu?” Lalu kata mereka, “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi kata Yesus kepada mereka, “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum atau dibaptis dengan baptisan yang harus kuterima?” Jawab mereka, “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka, “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang yang baginya hal itu telah disediakan.” Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Lalu Yesus memanggil mereka dan berkata, “Kamu tahu bahwa mereka yang diakui sebagai pemerintah bangsa-bangsa bertindak sewenang-wenang atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk 10:32-45)

Bacaan Pertama: Sir 36:1,4-5,10-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 79:8-9,11,13
Apakah yang timbul dalam pikiran anda apabila berpikir tentang seorang pemimpin? Seseorang yang memiliki banyak kekuasaan? Ataukah seorang pelayan yang rendah hati? Seperti yang diajarkan Yesus kepada Yakobus dan Yohanes, Ia ingin mengajar kita bahwa cara-Nya bukanlah cara dengan cara/jalan dominansi, melainkan cara/jalan pelayanan kepada mereka yang hendak diselamatkan-Nya. Yesus ingin mengajar kita Jalan Salib, yaitu sebuah jalan yang sangat kontras dengan cara/jalan yang kita cenderung pikirkan.

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Sayang seribu sayang, pada titik ini, Yakobus dan Yohanes masih belum memahaminya, walaupun mereka telah segalang-segulung dengan Yesus sekitar tiga tahun lamanya. Sesungguhnya, walaupun setelah Yesus telah mengatakan kepada pada murid-Nya bahwa diri-Nya akan ditolak dan dihukum mati, dua orang bersaudara anak-anak Pak Zebedeus itu ingin mengabaikan penderitaan Yesus dan mau langsung berbicara mengenai bagian penuh kemuliaan dari misi-Nya. Dengan lembah lembut Yesus mengingatkan mereka bahwa apabila mereka mau mengikuti jejak-Nya, maka mereka juga harus mengalami penderitaan dan kesulitan lain seperti yang Ia alami. Apabila orang-orang yang sudah cukup lama hidup sehari-hari bersama Yesus masih saja disibukkan dengan pemikiran tentang pencapaian kemuliaan dan kekuasaan yang mereka harap-harapkan, kiranya lebih parah kasusnya dengan kita pada zaman sekarang. Kita harus senantiasa mengingat dalil ini, yaitu bahwa tidak ada kebangkitan tanpa didahului oleh kematian. Tidak ada peninggian tanpa didahului oleh perendahan. Tidak ada hari Paskah tanpa didahului oleh hari Jumat Agung.

Seperti Yakobus dan Yohanes, kebanyakan dari dari kita akan berbahagia untuk langsung mengalami “kebangkitan” tanpa harus mengalami “kematian lewat Salib”. Kita lebih senang untuk menghindari berbagai pencobaan dan penderitaan Salib. Kita lebih menyukai menghindari berbagai pencobaan dan penderitaan yang diminta Allah kepada kita dan melalui pencobaan/penderitaan mana Dia mengembangkan karakter Yesus dalam diri kita. Akan tetapi, apabila Tuhan Yesus telah memikuil salib-Nya, dan kita adalah para murid-Nya, mengapa kita harus berpikir bahwa kita harus mengalami hal yang berbeda? Memang tetap ada pengharapan. Dalam segala pencobaan kita, kita dapat melihat karakter Kristus dibentuk dalam diri kita. Kita dibuat serupa dengan Juruselamat kita yang tersalib dan bangkit! Untuk setiap kematian yang kita alami, juga ada suatu “kebangkitan” yang menantikan kita – baik sekarang maupun di surga sana.

Pada waktu Roh Kudus turun atas para rasul/murid pada hari Pentakosta Kristiani yang pertama, Dia mulai menyatakan kebenaran-kebenaran ini kepada mereka, kebenaran-kebenaran sama yang ingin dinyatakan oleh Roh kepada para murid Yesus pada segala zaman. Allah ingin mentransformasikan kita menjadi serupa dengan Yesus. Ia ingin membuat kita serupa dengan Dia yang tidak memikirkan diri sendiri, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Marilh kita mohon Yesus untuk merobek hati kita masing –masing dengan kasih-Nya sehingga dengan demikian kita dapat memanggul salib kita seperti Dia memanggul salib-Nya, dengan demikian kita dapat bangkit bersama-Nya ke dalam hidup baru.

DOA: 
Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Ampuni aku, ya Tuhan Yesus, karena aku seringkali mencoba untuk menghindari salib yang harus kupikul. Transformasikanlah diriku dan berikanlah sebuah hati yang sungguh ingin mengikut Engkau tanpa syarat. Ajarlah aku agar dapat menjadi pelayan/hamba seperti Engkau. 
Amin.

---ooOoo---

Banyak kisah dan kesaksian orang yang memutuskan menjadi murid Kristus. Menjadi orang Kristiani dan dibaptis ternyata harus disertai pengorbanan meninggalkan keluarga besarnya. Tak jarang ia menghadapi perlawanan dari orang tua, sanak saudaranya. Pada budaya tertentu bahkan ada yang sampai dikucilkan, dicabut haknya atau warisan, tanah dan rumah serta dibuang sebagai anggota keluarga. Situasi pengikut Kristus yang seperti ini bisasanya sungguh serius dengan iman pilihannya. Dia tidak akan main-main mempertahankan imannya, hal mana seringkali bertolak belakang dengan orang-orang yang terbaptis sejak bayi karena faktor keturunan, justru acapkali tidak seteguh dalam beriman.

Seperti halnya Petrus yang menyatakan curhatnya pada Yesus, "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu demi Engkau. Apa kiranya yang akan kami dapatkan?" Yesus kemudian menjanjikan upah seratus kali lipat. Ini adalah sebuah jaminan yang sungguh sangat melegakan, bahwa tidak akan pernah kita merasa rugi kalau kita mengikuti Yesus.

Di mata dunia, kita mungkin akan dipandang rugi jika mengikuti Yesus karena harus meninggalkan segala jaminan dan kemapanan duniawi. Namun Yesus ganti memberikan jaminan bahwa kita akan mendapatkan lebih lagi seratus kali lipat. Janji Yesus sungguh-sungguh terbukti. Oleh karenanya janganlah kita takut mengikuti Yesus. Apa yang sudah kita lepaskan demi mengikuti Yesus, akan mendapatkan kelimpahan dan gantinya.
  1. Apakah kita masih sering hitung-hitungan dalam beriman pada Kristus?
  2. Sejauh mana kita setia pada iman Katolik yang kita miliki?

26 Mei 2015

Daftar Penerus Tahta Suci





“Imam Agung di Roma, sebagai pengganti Petrus, menjadi azas dan dasar yang kekal 
dan kelihatan bagi kesatuan para uskup maupun segenap kaum beriman.” 

Lumen Gentium 23 

Menerima Kembali Seratus Kali Lipat

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Filipus Neri [1515-1595], Imam – Selasa, 26 Mei 2015) 
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/
Lalu Petrus berkata kepada Yesus, “Kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab Yesus, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, setiap orang yang karena aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, atau saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, atau ibunya atau bapanya, atau anak-anaknya atau ladangnya, orang itu pada zaman ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang pertama.” (Mrk 10:28-31)
Bacaan Pertama: Sir 35:1-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 50:5-8,14,23 
Bacaan hari ini dapat dipandang sebagai sebuah penghiburan yang memberikan rasa lega, apabila dibandingkan dengan kata-kata Yesus yang keras (the hard sayings of Jesus) yang baru saja diucapkan-Nya kepada para pengikutnya. Yesus memang seorang radikal yang sering membuat kata-kata serta tindakan-tindakan-Nya menggoncang hati mereka yang mendengar atau melihat-Nya. Ketika si orang muda-kaya datang mendekati Yesus, ada rasa bangga atas dirinya sendiri karena sebagai seorang Yahudi dia selama itu telah berhasil mematuhi perintah-perintah Allah. Namun Yesus menanggapi pertanyaan orang muda-kaya itu dengan menetapkan beberapa tuntutan yang sungguh mengagetkan bagi seluruh dunia dari abad ke abad.

Tuntutan-tuntutan Yesus yang keras ini telah “melahirkan” para anggota Gereja yang menjadi tokoh-tokoh pembaharuan penuh dedikasi seperti Santo Benediktus [480-547], Santo Dominikus [1170-1221], Santo Fransiskus dari Assisi [1181-1226], Santo Ignatius dari Loyola [1491-1556], Santa Teresa dari Avila [1515-1582], dll., juga sekian banyak anggota yang berdedikasi dari berbagai tarekat religius atau katakanlah “keluarga rohani” dalam Gereja. Para perempuan dan laki-laki kudus ini praktis mengikuti secara hurufiah kata-kata yang diucapkan oleh Yesus ketika Dia menanggapi pertanyaan si orang-muda kaya itu: “Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku” (Mrk 10:21).

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Perihal kata-kata Yesus ini tidak ada “kalau begini” atau “kalau begitu”. Seorang murid Yesus adalah dia yang sepenuhnya melepaskan diri dari setiap hal dan setiap orang. Dalam kata-kata Yesus, seorang murid “melepaskan rumahnya, saudari dan saudaranya, ibu dan ayahnya, anak-anaknya atau harta-kekayaannya” bagi Yesus dan bagi Injil. Yesus memang seorang pemimpin yang radikal! Seorang murid Yesus yang sejati adalah seseorang yang secara total-penuh melekat pada Yesus dan Kerajaan-Nya yang baru. Orang itu harus mengistimewakan Yesus di atas segala sesuatu yang dicintai dunia. Seorang murid Yesus yang “awam” boleh-boleh saja diberkati oleh Allah dengan harta-kekayaan, kekuasaan dll. namun semua itu tidak boleh menjadi berhalanya (idola-nya). Yang boleh dikejar-kejar dan disembah olehnya hanyalah Tuhan saja!

Tuntutan radikal dari Yesus sungguh mengejutkan para murid-Nya, apalagi ketika Dia mengatakan: “Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mat 10:23). Yesus melanjutkan:“Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Mrk 10:24-25). Para murid semakin tercengang dan berkata seorang kepada yang lain,“Jika demikian, siapakah yang akan diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab sregala sesuatu mungkin bagi Allah” (Mrk 10:26-27).

Sejarah para kudus, para anggota Gereja Kristus yang penuh dedikasi dari segala tempat dan masa, menunjukkan kepada kita bahwa Allah sungguh dapat memberi anak-anak-Nya kuat-kuasa untuk melakukan dedikasi secara total kepada-Nya.

DOA: 
Tuhan Yesus, Engkau telah menjanjikan para murid-Mu ganjaran sebanyak seratus kali lipat pada masa ini, masa yang akan datang dan akan menerima kehidupan kekal, apabila mereka setia dalam mengikuti jejak-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu jagalah kami agar senantiasa menjadi murid-Mu yang patuh dan setia. Amin.