Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

15 Maret 2015

SAMA SEPERTI MUSA MENINGGIKAN ULAR DI PADANG GURUN, DEMIKIAN JUGA ANAK MANUSIA HARUS DITINGGIKAN



 MUSA DALAN ULAR TEMBAGA - BIL 21 
(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PRAPASKAH IV [Tahun B], 15 Maret 2015) 
 
“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia. Siapa saja yang percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; siapa saja yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab siapa saja yang berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak; tetapi siapa saja yang melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatan-nya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3:14-21) 
Bacaan Pertama: 2Taw 36:14-16,19-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 137:1-6; Bacaan Kedua: Ef 2:4-10 

Di padang gurun, Musa meninggikan ular tembaga pada tiang agar supaya orang-orang Israel yang memandang ular tembaga itu diselamatkan dari pagutan ular-ular tedung yang didatangkan YHWH-Allah karena dosa pemberontakan mereka (lihat Bil 21:4-9). Di tanah Palestina memang sering ditemukan banyak jenis ular (30 jenis), dan ada beberapa jenis yang berbisa mematikan. Tradisi tentang ular tembaga yang menyembuhkan orang-orang Yahudi yang dipagut ular tedung di padang gurun ini, kemudian diperkembangkan. Dalam Kitab Kebijaksanaan Salomo kita membaca: “… ketika geram hebat binatang-binatang yang galak mendatangi umat-Mu dan mereka tewas karena dipagut ular-ular yang melilit, maka kemurkaan-Mu tidak berlangsung terus sampai ke penghabisan. Melainkan sebagai peringatan mereka dikejutkan sebentar, lalu mendapat tanda keselamatan sebagai kenangan akan hukum Taurat-Mu. Sebab barangsiapa berpaling kepada tanda itu tidak diselamatkan oleh apa yang dilihatnya, melainkan oleh-Mu, ya Penyelamat segala orang” (Keb 16:5-7). Bagi kita umat Kristiani, ular itu adalah gambaran awal dari Yesus yang terangkat di kayu salib, yang menyelamatkan orang-orang percaya yang memandang-Nya dengan iman (Yoh 3:14; bdk. 19:37; 1Kor 10:9).
Jika ular yang terdapat di taman Firdaus merupakan lambang Iblis yang menjanjikan kehidupan kepada Adam dan Hawa tetapi membawa kematian, maka sekarang Yesus – Putera Allah sendiri – melaksanakan lambang itu pada kayu salib sebagai pertanda kematian, sebab Ia memang mati di kayu salib (bukan Yudas Iskariot atau orang lain). Akan tetapi, siapa saja yang memandang Dia dengan penuh kepercayaan akan turut mempunyai bagian dalam kemenangan atas maut dan memiliki hidup sejati berkat Dia. Jadi, kehidupan baru yang dibicarakan dan dijanjikan oleh Yesus merupakan kehidupan baru dari Allah. Itu tidak hanya diberikan karena kematian Putera Allah yang diangkat tinggi-tinggi pada kayu salib, tetapi juga dianugerahkan apabila orang memandang Dia dengan penuh kepercayaan dan menerima-Nya. Dengan membuat alusi pada pengorbanan-Nya di kayu salib, Yesus menyatakan bahwa Dia pun harus “ditinggikan” jika dunia ingin diselamatkan dari maut (lihat Yoh 3:14).

NIKODEMUS DENGAN YESUS - 02 

Kehidupan ilahi yang diterima manusia berkat kematian Yesus dan penerimaan hidup ilahi itu lewat iman, merupakan dua kekuatan yang menghasilkan keselamatan dan dengan demikian membuka jalan bagi mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Yang pertama dan terutama adalah karya Allah dalam Kristus yang Tersalib, tetapi juga tidak boleh dilupakan adalah perbuatan manusia berkat iman-kepercayaannya akan kematian Putera Allah yang menganugerahkan kehidupan.

Rencana penyelamatan seperti diungkapkan Yesus kepada Nikodemus pada “kursus/katekese malam hari” ini memberikan kepada kita dua pengertian. Pertama-tama kenyataan tentang kasih Allah yang tak terhingga besarnya. Kasih ini diwujud-nyatakan oleh Allah dengan mengutus Putera-Nya yang tunggal ke tengah-tengah dunia. Allah tidak menghendaki kematian manusia hingga mereka celaka, melainkan ingin memberikan kehidupan kekal kepada mereka. Itulah sebabnya Putera Allah tidak datang untuk menghukum melainkan untuk menyelamatkan. Jadi, kekuasaan Allah atas Kerajaan-Nya diungkapkan dalam kasih Allah. Allah menggunakan kekuasaan-Nya untuk menolong, karena hakekat azasi-Nya adalah KASIH. Itulah sebabnya mengapa Allah tidak pernah memaksa manusia, namun apabila seseorang dengan bebas dan benar menanggapi kasih Allah, maka orang itu pun akan sampai pada keselamatan. Di sinilah kita melihat perbedaan besar antara orang yang percaya dan tidak percaya. Orang yang percaya bersikap terbuka terhadap Allah, apa pun yang dilakukan-Nya diperbuatnya atas nama Allah dan segalanya dipusatkan pada Allah. Maka dia pun selamat. Orang yang mencari dirinya sendiri sebenarnya menyalahgunakan kehendak bebasnya dengan menolak kasih Allah. Ia tidak diadili melainkan mengadili dirinya sendiri, karena dalam hidupnya dia memalingkan diri dari (kasih) Allah. Yang diharapkan seorang benar adalah agar kebenaran diproklamasikan, sebab kebenaranlah yang memuliakan Allah.

Hidup kita adalah pilihan: Life is a choice! Barangsiapa memilih Allah, dia akan diangkat menjadi anak Allah oleh Putera-Nya. Sebaliknya, barangsiapa tidak memihak Allah, tidak mempunyai bagian pada Putera. Orang itu tetap tertutup dalam dirinya sendiri, maka teraliniasi (terasing) dari Allah dan Kerajaan-Nya.


DOA: 

Bapa surgawi, melalui bacaan Injil hari ini kami diingatkan kembali bahwa hidup adalah pilihan. Barangsiapa memilih Dikau, ya Allah, akan diangkat menjadi anak-anak-Mu oleh Yesus Kristus, Putera-Mu yang tunggal, Tuhan dan Juruselamat kami. Dengan penuh ketulusan hati kami menyatakan kepada-Mu, bahwa kami memilih Dikau, ya Allah, Bapa kami. Oleh Roh Kudus-Mu, kuatkanlah kami agar tetap setia pada keputusan kami ini. Terima kasih, ya Tuhan dan Allah kami. Amin.

---ooOoo---


Akibat dosa itu buruk. Dalam sejarah, Israel pernah mengalaminya. Mereka memberontak terhadap Tuhan dam tidak mengindahkan ajaran dan peraturanNya. Dia mengutus nabi-nabi untuk mengingatkan mereka supaya bertobat. Tetapi mereka keras kepala. Allah pun murka. Raja Kasdim diutus untuk menjajah bangsa Israel. Banyak orang Israel dibunuh oleh orang Kasdim. Bait Allah dihancurkan. Banyak orang ditawan dan dibuang ke Babel. Ini kisah yang menyedihkan. Ketidaktaatan Israel terhadap Tuhan mendatangkan malapetaka bagi seluruh bangsa. Allah tidak menghendaki umatNya menderita, tetapi umat sendiri yang secara bebas memilih penderitaan dan duka.

Allah menunjukkan kasihNya itu dengan membebaskan kita dari maut. Ia berharap agar kita turut masuk ke dalam kebahagiaan yang sudah Dia sediakan. Untuk itu Ia mengutus Anak TunggalNya ke dunia. "Betapa besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal supaya setiap orang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16). Yesus menyatakan secara penuh kasih Allah Bapa dalam seluruh hidup dan karyaNya. KematianNya di salib juga menyatakan betapa besar kasihNya kepada kita manusia. Dia mengundang kita untuk masuk ke dalam kehidupan dan kemuliaanNya. (kfb)
  1. Apakah anda sadar bahwa Allah sangat mengasihi anda?
  2. Apakah anda percaya akan kasihNya?