Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

09 Maret 2015

Renungan Ziarah Batin --> Senin, 9 Maret 2015

Bacaan Injil, Senin 09 Maret 2015: Luk 4:24-30

St. Primus dan St. Felicianus; St. Efrem;
Sta. Fransiska Romana; St. Gregorius dr Nyssa
Bacaan I: 2Raj 5:1-15a
Mazmur: Mzm 42:2.3; 43:3.4; R:42:3
Bacaan Injil: Luk. 4:24-30
Luk 4:24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.

Luk 4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.

Luk 4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.

Luk 4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."

Luk 4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.

Luk 4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.

Luk 4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Renungan
Keselamatan itu bersifat universal, diperuntukkan bagi siapa saja, bukan hanya bagi orang yang mengaku diri saleh, mengaku beriman, yang lebih rajin ke Gereja, atau yang dikenal baik dalam masyarakat. Keselamatan adalah hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan yang tidak terbagi dan tidak terganggu oleh posisi dan kekuasaan duniawinya. Seorang perempuan janda di Sarfat dan Naaman seorang kusta dari Siria, keduanya beroleh keselamatan dari Tuhan, walaupun bukan orang Israel yang memposisikan diri sebagai umat pilihan Allah.
Dalam hidup sehari-hari, kita melihat ada orang minta diselamatkan atau disembuhkan, tetapi kepercayaannya tidak penuh. Ia tidak dapat ditolong karena ragu-ragu atau bahkan sebenarnya kurang percaya, hanya coba-coba. Berhadapan dengan Tuhan, kita perlu meletakkan kepercayaan secara penuh, sehingga kita dapat ditolong-Nya.
Tuhan kita Mahakuasa, tetapi kepercayaan kita dihargai-Nya. Apa pun status dan jabatan kita, atau seberapapun pengaruh kita di dalam Gereja dan di tengah masyarakat, tetapi jika kita tidak percaya kepada Tuhan dan rendah hati berharap akan kemurahan-Nya,  kita tidak siselamatkan. Kita akan sama seperti orang-orang seasal Yesus yang mengenal Dia, tetapi tidak percaya kepada-Nya. Keselamatan hanya milik orang yang percaya kepada-Nya.
Ya Allah, bentuklah hatiku seperti hati orang-orang kudus-Mu yang rendah hati dan mau dibimbing, supaya aku dapat menghadapi setiap persoalan hidupku bersama-Mu dengan iman yang teguh. 
Amin.

---ooOoo---

Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk bisa hidup. Kadang-kadang kita merasa haus karena air dalam tubuh kita berkurang atau habis. Para ahli biologi mengatakan bahwa tubuh kita hampir sembilan puluh persen terdiri dari air. Maka, pada dasarnya, hidup kita bergantung pada air
Sebenarnya masih ada satu kehausan yang lebih dalam daripada kehausan jasmani yaitu kehausan rohani. Roh kita, jiwa kita butuh Air Hidup. Mazmur hari ini sangat indah mengungkapkannya dan kata-kata itu sangat bernas maknanya. "Jiwaku haus akan Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mzm 42:3). Penyanyi Mazmur tahu baik sekali, bahwa dia tidak hanya butuh air untuk tubuhnya, tetapi juga bahwa jiwanya sangat membutuhkan Tuhan, Air Hidup. Allah adalah Air Hidup untuk jiwa kita. Tanpa Tuhan kita tidak ada dan tak berarti.
Pertemuan yang terus menerus antara kita dengan Allah adalah hal yang sangat penting. Hanya Allah saja yang bisa memuaskan jiwa kita yang haus akan kedamaian, sukacita, kasih dan pengampunan. Jiwa kita akan terus berontak dan selalu meminta dipuaskan jika kita lalai memenuhi kehausannya. Setelah dipuaskan oleh Allah, tiada hal yang lebih pantas kecuali ucapan syukur dan pujian kepadaNya. "Aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepadaMu dengan kecapi ya Allah, ya Allahku!" (Mzm 43:4). Pada saat mata hati kita memandang Allah, di saat itulah kehausan jiwa kita dipuaskan. Di saat itu pula jiwa kita merasakan sukacita dan kegembiraan, kebahagiaan dan kedamaian. Hanya Allah adalah satu-satunya sumber kehidupan dan kegembiraan kita.
  1. Apakah anda sadar bahwa jiwa anda sedang merasa sangat haus?
  2. Kapan anda mencari dan bertemu dengan Allahmu, Sang Pelepas dahaga jiwa?