Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

04 Maret 2015

Renungan Ziarah Batin --> Rabu, 4 Maret 2015

Hasil gambar untuk Mat. 20:17-28

St. Kasimirus; B. Humbelina
St. Lusius, Paus; B. Placida

Bacaan I: Yer. 18:18-20

Mazmur: 31:5-6.14.15-16; R:17b
Bacaan Injil: Mat. 20:17-28

Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: ”Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”

Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: ”Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: ”Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: ”Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. 
Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: ”Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: ”Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” 

Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ”Kamu tahu, bahwa pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”


Renungan

Hari ini Yesus mengajarkan kepada kita bahwa tugas utama seorang pemimpin adalah melayani. Bagi Yesus, kedudukan dan kekuasaan tidaklah penting. Keutamaan seorang pemimpin ada lah melayani pengikutnya. Yesus telah menunjukkan keteladanan ini, “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat 20:28).

Pelayanan Yesus yang terbesar adalah kerelaan-Nya menanggung dosa-dosa seluruh umat manusia dengan pengorbanan-Nya di kayu salib. “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp 2:8).

Kualitas seorang pemimpin tidak terletak dalam penghormatan yang tinggi dari banyak orang. Pemimpin berkualitas adalah pemimpin yang rendah hati. Inilah yang mau ditekankan Yesus. Apakah kita sudah menjadi pemimpin yang baik dan rendah hati bagi diri sendiri dan sesama?

Ketika kita melayani sesama kita, maka tuntutan utama adalah melakukannya dengan tulus, bukan berpamrih. Yesus dengan tegas mengingatkan ibu dari anak-anak Zebedeus untuk bersikap demikian. Seolah-olah Dia mau mengatakan, ”Lakukanlah yang baik dan bekerjalah untuk Tuhan, selanjutnya biar kita serahkan kepada kebijaksanaan-Nya.

Menuntut upah karena pekerjaan kita di hadapan Tuhan bukanlah sesuatu yang baik, seolah-olah Tuhan tidak mengerti perjuangan kita. Sikap yang penuh kasih dan tulus melayani akan membuat Allah semakin jatuh cinta pada kita, anak-anak-Nya.


Ya Bapa, semoga aku melakukan kebenaran di hadapan-Mu dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kasih dengan tulus dan sukacita tanpa pamrih. Amin
.
---ooOoo---

Habis manis sepah dibuang, demikian kata peribahasa. Kebaikan kadang-kadang dibalas dengan kejahatan. Yeremia diancam hendak dibunuh oleh orang Israel yang telah banyak dia bantu. Ia selalu berdiri di hadapan Allah dan memohon belas kasihan Allah bagi umatNya yang tegar hati. Tetapi kebaikan Yeremia dibalas dengan kejahatan. Ia hanya bisa mengadu. "Tuhan, lihat apa yang umatMu lakukan kepadaku," keluhnya.
Mungkin Anda sendiri pernah mengalami perlakuan seperti itu dari sahabat, rekan kerja atau pun anggota keluarga yang anda hormati dan kasihi. Kasih dan kebaikan anda sepertinya sia-sia. Yang anda terima bukan apresiasi, melainkan umpatan, makian, bahkan ancaman. Mungkin anda merasa sedih, kecewa dan marah, mengelus dada dan mengatakan rasa kecewa kepada Tuhan. Pengalaman-pengalaman pahit adalah resiko dari panggilan kita sebagai nabi-nabi di zaman ini. Kita menjadi penengah antara Allah dan manusia. Kita rentan mengalami penolakan bahkan ancaman. Satu-satunya tempat kita mengadu adalah Allah. 
  1. Apakah anda berani menghadapi resiko sebagai nabi Tuhan?
  2. Kepada siapakah anda mengadu dan memperoleh kekuatan?

---Berkah Dalem---