HARI MINGGU PRAPASKAH III
Sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda mukjizat yang diadakan-Nya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal semua manusia, dan karena tidak perlu seorang pun bersaksi kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia. (Yoh 2:13-25)
Kel 20:1-17 (Kel 20:1-3,7-9,12-17),
Mazmur Tanggapan: 19:8-11;
1Kor 1:22-25
Apabila kita membaca cerita tentang Yesus yang membersihkan Bait Suci, perhatian kita bisa salah arah. Mungkin saja kita terlalu fokus pada apa yang kelihatan sebagai amarah besar Yesus terhadap orang-orang yang menggunakan Bait Suci untuk keuntungan mereka sendiri. Sebenarnya dalam hal ini Yesus sedang memperagakan suatu gestur profetis (kenabian) di mana Dia menunjukkan kuat-kuasa dan otoritas-Nya atas efek-efek kegelapan spiritual dalam kehidupan kita. Santo Paulus mengingatkan kita bahwa kita adalah “bait Roh Kudus” (1Kor 6:19) dan bahwa kita harus “menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani” (2Kor 7:1). Dalam kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus membuka jalan bagi penyucian kita, dan Yesus sendirilah yang secara pribadi menyelesaikan ini dalam hidup kita – dari momen yang satu ke momen yang lain – selagi kita memperkenankan Dia masuk semakin dalam ke dalam hati kita.
Sepanjang Perjanjian Lama, kita membaca tentang Allah yang menarik umat-Nya kepada diri-Nya, dan Ia menawarkan suatu perjanjian dengan mereka yang kemudian berwujud dalam pemberian perintah-perintah-Nya. Apabila kita melihat hukum-hukum ini sebagai hal-hal yang ketat dan bersifat membatasi, maka hati kita dapat menciut. Namun apabila kita melihat semua itu sebagai jalan masuk ke dalam hidup bebas dan bahagia, maka kita akan mampu melihat hikmat dan kasih Allah yang dicurahkan dengan cara sangat praktis.
Allah kita adalah Allah yang cemburu (Kel 20:5; 34:14; UI 5:9); Ia tidak ingin siapa saja atau apa saja merampas kasih dan dedikasi yang hanya merupakan miliknya. Sebagian dari kita yang telah mengalami kasih dan devosi dari seorang anak mengerti betapa indah hal yang disebutkan di atas, dan bagaimana kita tidak ingin kehilangan hal tersebut. Namun, kita dapat melihat betapa mudahnya bagi anak-anak untuk terganggu oleh berbagai distraksi atau pelanturan, dan betapa sulit untuk menjaga agar mereka tetap memusatkan perhatian mereka.
Hal ini memberi ide kepada kita bagaimana kita harus menampilkan diri di hadapan Allah. Ia menghargai kasih kita, namun Ia melihat betapa mudahnya kita dapat digoda oleh berbagai kenikmatan dunia dan hasrat-hasrat yang bersifat mementingkan diri sendiri. Allah ingin membuka pikiran kita bagi tujuan sejati dari perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah itu dimaksudkan untuk membawa sukacita dan penyegaran kembali kepada kita selagi kita memperkenankan Dia membersihkan diri kita dan memenuhi diri kita lebih dalam lagi dengan kasih-Nya.
DOA:
Bapa surgawi, kami mengundang Engkau untuk datang masuk ke dalam hati kami dan membebaskan kami dari apa saja yang menyebabkan timbulnya pelanturan yang menjauhkan kami dari komitmen kami kepada-Mu. Kami mengasihi Engkau, ya Allah kami; hidup kami adalah milik-Mu. Berikanlah kepada kami kemauan dan kemampuan untuk mematuhi perintah-perintah-Mu dan melayani Engkau dengan rasa syukur dan kasih.
Amin.