Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

07 Maret 2015

Renungan -- Sabtu, 7 Maret 2015

Bacaan Injil, Sabtu 07 Maret 2015: Luk 15:1-3,11-32

Mi 7:14-15,18- 20; Mzm 103; Luk 15:1-3,11-32

Pada akhir pekan ini, kisah-kisah perumpamaan ditutup dengan perumpamaan tentang anak yang hilang. Hal yang menarik dalam pembuka Injil kali ini adalah kegemaran para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang kepada Yesus dan makan bersama Dia. Kaum Farisi dan ahli Taurat sangat tidak suka melihat tindakan Yesus itu. Mereka mendiskriminasi, menghina, bahkan menyingkirkan orang-orang yang sakit, lemah, dan berdosa. Yesus kerap bersitegang dengan mereka, karena kebiasaan- Nya menerima orang-orang berdosa.

Perumpamaan tentang anak yang hilang menekankan pertobatan dan kegembiraan. Perumpamaan ini memperjelas sikap Yesus terhadap orang-orang sakit, lemah, dan berdosa. Ia mengundang semua orang untuk makan bersama dalam perjamuan yang penuh kegembiraan karena kita dicintai Bapa di surga. Kelakuan anak yang hilang tidak dibenarkan, namun ia selalu diundang untuk menyadari kesalahan dan pulang kepada Bapa.

Karakter anak sulung dipakai Yesus untuk menggambarkan para ahli Taurat dan kaum Farisi yang bersungut-sungut, karena pesta perjamuan Yesus bersama para pendosa. Meski begitu, si sulung tetap diundang dalam perjamuan.

Jadi, janganlah kita memperhitungkan cinta Allah. Cinta-Nya hanya dapat kita terima dengan rasa syukur, baik orang berdosa maupun orang benar. Cinta Allah diberikan tanpa syarat kepada siapapun yang mau menerima-Nya. 
  1. Apakah kita masih meragukan cinta Allah dan kurang bersyukur?.
==ooOoo==

Seorang guru SD-ku tempo dulu terkenal suka marah. Sedikit saja ada kesalahan, suaranya menggelegar. Semua anak didiknya ketakutan seperti anak-anak tikus. Tetapi ia tidak marah sepanjang hari, malah humornya membuat kami sering tertawa geli.

Mikha menyingkapkan siapa sebenarnya Allah Israel itu. Allah digambarkan seperti pribadi yang suka marah-marah. SuaraNya menggelegar ketika Dia menegur umatNya yang berdosa. Tetapi Allah Israel bukan pemarah. Ia suka sekali mengampuni, tidak seperti allah-allah lain yang suka marah dan tidak mampu meredakannya. "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milikNya sendiri; yang tidak bertahan dalam murkaNya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?" (Mikha 7:18)

Allah tidak sampai selama-lamanya bertahan dalam amarahNya. HatiNya selalu cepat luluh oleh belas kasihan. Dia menyayangi kita dan cepat memaafkan. Dia bahkan tidak mengingat-ingat lagi dosa-dosa yang telah kita akui dan sesali. Allah bahkan "membuang segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut." Inilah Allah Yesus Kristus. Inilah Allah yang kita imani, cintai dan andalkan. 

  1. Apakah anda masih ragu-ragu akan kerahiman dan pengampunan Tuhan?
  2. Mengapa anda merasa berat untuk mengakui dosa-dosa anda kepada Tuhan?