Bacaan I: Yes. 65:17-21
Mazmur: 30:2.4.5-6.11-12a.13b; R:2a
Bacaan Injil: Yoh. 4:43-54
Mazmur: 30:2.4.5-6.11-12a.13b; R:2a
Bacaan Injil: Yoh. 4:43-54
Sekali peristiwa Yesus berangkat dari Samaria ke Galilea. Sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Setelah Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: ”Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: ”Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Kata Yesus kepadanya: ”Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: ”Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: ”Anakmu hidup.” Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
Renungan
Sungguh nyaman dan tenteram memiliki Allah seperti Allah kita. Dia selalu ingin kita mengalami pembaruan, bukan sesuatu yang membawa kesedihan, tetapi sukacita. Kita sering merasa sedih dan mudah mengeluh karena banyak hal. Lebih mudah mengeluh daripada merasa bersyukur. Seandainya kita melihat banyak kemurahan Tuhan, maka kita akan lebih mudah bersyukur dan sukacita pun dianugerahkan dengan murah kepada kita. Kita harus tahu bahwa tawa, sorak sorai, adalah tanda bahwa kita dekat dengan Allah yang membawa sukcita itu.
Kesulitan kita dalam mengalami sukacita sering karena kita terlalu banyak berpikir dan merumuskan hal-hal sepele. Jika kita mudah menikmati suasana di sekitar kita, maka kita akan lebih mudah mengalami sukacita. Bukan hanya itu, tetapi juga mengalami kesembuhan dari sakit yang tidak perlu. Jika kita tergolong orang yang kurang percaya atau terlalu rasional, bersikaplah seperti pegawai istana yang percaya itu, supaya Tuhan memberikan lebih banyak sukacita kepada Anda.
Ya Allah, ajarilah aku berserah untuk apa saja yang terjadi dalam hidupku. Semoga aku bersedia bekerja sama denganmu dalam mencari sukacitaku, dan lebih banyak memberi-Mu tempat ketika situasi sulit melanda aku.
Amin.
Imanku Dahsyat
Kata Yesus kepadanya: ”Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.” (Yoh. 4:50)
Pepatah mengatakan lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Memang benar…sakit fisik lebih mudah dicari obatnya daripada sakit psikis. Saat hati sakit, hidup terasa berat. Makan tak nikmat tidur pun tak pulas. Luka di hati semakin perih saat kita bertemu si biang keladi alias orang yang membuat luka di hati kita. Dalam kesepian dan keletihan biasanya ada satu nama yang kita ingat… TUHAN! Di mana gerangan Dia? Bergegas kita mencari-Nya dengan membawa segunung harapan. Kita ingin Tuhan membalut luka hati kita dan menyembuhkannya, hingga kita bisa kembali menikmati hidup ini. Setelah berjumpa dengan Tuhan dalam doa, entah mengapa hati ini kok rasanya jadi lebih ringan. Kita lebih sanggup untuk menghadapi kesulitan kita.
Masalah dalam hidup sungguh menguji kedalaman iman kita. Dalam Injil hari ini kita melihat pegawai istana datang pada Yesus, memohon dengan penuh iman demi kesembuhan anak-Nya. Yesus justru menyuruhnya kembali pulang namun dengan kata-kata yang menenteramkan hatinya, “Pergilah! Anakmu hidup.” Tuhan selalu memahami apa yang kita butuhkan. Dia selalu hadir dalam hidup kita, baik di saat senang maupun di saat susah. Ketika kita menaruh kepercayaan kepada Tuhan, beban seberat apapun menjadi ringan.
Saat derita dan sakit melanda, kita perlu datang kepada Tuhan dan memohon dengan iman agar diberi kekuatan untuk menghadapi masalah yang kita alami. Perjumpaan pribadi dengan Tuhan dalam doa seringkali membuahkan cara pandang baru yang lebih positif terhadap situasi yang kita hadapi. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan sebab berkat Tuhan selalu menyertai kita.
Tuhan Yesus, dalam tiap kesulitan aku mau datang padaMu dengan iman agar aku mampu melihat hidupku dalam terang dan harapan.
Amin.
---ooOoo---
Yesaya mengungkapkan janji Allah untuk menciptakan langut dan bumi yang baru. Nada suara Allah dan hatiNya penuh suka cita. Kita sekarang tahu bahwa Dia adalah Allah yang bisa bersuka cita, bersorak-sorai dan murah senyum. Gelak tawaNya membahana sampai ke ujung-ujung semesta. "Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem dan bergirang karena umatKu" (Yes 65:18).
Sukacita Tuhan melenyapkan ketakutan dan kecemasan yang menghantui hati dan budi kita. Dialah Allah yang maharamah dan mahamurah. Dia bersukacita karena umatNya dibaharui. Dulu kita mendengar, Allah itu berwibawa, suka marah dan sanggup membunuh musuhNya hanya dengan nafas mulutNya. Ia mudah mempermalukan orang yang congkak hatinya. Tetapi hari ini, Allah yang kita dengar adalah Allah yang bersukaria dan bersukacita. Ia mengajak umatNya untuk bersukacita atas pembaharuan yang Dia lakukan. Kegembiraan ini harus menjadi sukacita bersama "Bergiranglah dan bersorak-soraklah untuk selama-lamanya atas apa yang telah Kuciptakan" (Yes 65:18).
Kehendak Allah ialah agar kita memandang hidup dengan penuh sukacita dan harapan. Banyak hal yang tidak beres, tetapi Dialah yang berkuasa membaharui dan mengubah segalanya. Hanya Dialah yang bisa mengubah air mata dan tangis kita menjadi sukacita dan sorak-sorai.
- Apakah anda percaya bahwa dunia lama anda bisa dibaharui oleh Allah?
- Apakah anda turut dalam sukacita Allah, karena Dia telah membaharui hidup anda?