Pekan Prapaskah V (U)
St. Alfonsus Toribo;
Sta. Siblina Biscossi; St. Dimas
St. Alfonsus Toribo;
Sta. Siblina Biscossi; St. Dimas
Bacaan I: Dan. 13:41c-62
Mazmur: 23:1-3a.3b-4.5.6; R:4ab
Bacaan Injil: Yoh. 8:1-11
Mazmur: 23:1-3a.3b-4.5.6; R:4ab
Bacaan Injil: Yoh. 8:1-11
Sekali peristiwa Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: ”Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: ”Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: ”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Keteguhan hati Susana (dalam bacaan pertama) mengagumkan kita dan mengagumkan Allah. Ia teguh karena benar dan tidak menipu. Ia berani karena ia melakukan kehendak Allah untuk tidak melakukan perbuatan zina seperti dituduhkan orang. Kebenaran itu didukung Allah dengan kehadiran penolong, yaitu Daniel. Kita belajar bersikap benar, supaya kita selamat, sebab kebohongan akan dibuktikan oleh Allah melalui apa saja. Kebohongan akan merugikan banyak orang, tetapi kebenaran akan membuat hati kita tenteram dan berani meneruskan hidup di hadapan Allah.
Apakah kita sering melanggar perintah Allah karena kesenangan dan nafsu kita sendiri? Kejatuhan kita bisa berakibat fatal jika kita tidak segera meminta pertolongan dari Tuhan. Sementara berdosa, kita bisa menutupi kesalahan kita dengan menyalahkan orang lain. Hal ini membuat Tuhan semakin tidak simpati dengan kita. Ia ingin kita bersikap wajar, manusiawi dan tahu diri bahwa kita juga bisa bersalah dan berdosa, sehingga kita mengenal hidup pribadi, mengubah apa yang bisa kita ubah, dan membiarkan Tuhan menang dengan terus melakukan perbuatan yang baik kepada banyak orang.
Ya Yesus, terima kasih Engkau mengingatkan aku untuk tidak melakukan hal-hal yang tercela di hadapan-Mu. Pimpin aku agar jangan terbakar nafsu, tetapi terdorong untuk mengasihi orang lain dengan sungguh hati dan tulus.
Amin.
Pada tingkatan tertentu cerita tentang perempuan yang kedapatan berzinah adalah cerita tentang orang-orang yang melawan Yesus dan ingin mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Pada tingkatan lainnya, bacaan Injil ini juga menggambarkan bela rasa Allah terhadap para pendosa, yang ditunjukkan melalui kata-kata dan tindakan-tindakan Yesus. Pada tingkatan lainnya lagi cerita ini adalah perlambangan bagaimana pengampunan itu bekerja untuk membebaskan kita dan orang lain untuk hidup dalam kehidupan yang ditawarkan Yesus kepada kita. Sebagai catatan tambahan, inilah juga satu-satunya bacaan Injil di mana diceritakan bahwa Yesus menulis sesuatu.
Tuhan Yesus, mengampuni seseorang yang bersalah kepadaku memang tidaklah semudah diucapkan bibirku, namun aku sadar bahwa Engkau adalah Imanuel yang senantiasa menyertaiku. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu yang senantiasa memberdayakanku, aku percaya bahwa aku senantiasa mau dan mampu mengampuni siapa saja yang bersalah kepadaku. Amin.
---ooOoo---
Aku tidak menghukum engkau. Inilah kata-kata yang Yesus ucapkan kepada wanita yang hendak dirajam. Jebakan ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak bisa membelokkan belaskasihan Yesus. "Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah dia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu," kata Yesus menantang. Kata-kataNya terasa bagai siraman peluru yang membuat mereka malu dan pergi tanpa kata. Mulai dari yang tertua, yang sangat garang dan emosional, satu per satu pergi meninggalkan wanita itu dan Yesus sendirian.
Belaskasihan dan pengampunan Yesus tidak dengan sendirinya menghapus hukuman tentang hidup kudus. Hidup kudus atau suci dijunjung tinggi oleh Yesus. Ia mengampuni perempuan itu tetapi juga mengingatkannya, "Janganlah berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Pertobatan atau perubahan cara hidup mengacu kepada perintah dan hukum kekudusan. "Jadilah kudus sama seperti Allah kudus adanya."
Pengampunan dan kebebasan yang diberikan tak berarti Tuhan anti-hukum. Dia memberi kesempatan kedua kepada perempuan itu untuk setia lagi kepada peraturan atau hukum agar melalui penghayatannya yang baik dan benar ia dapat mencapai kesempurnaan atau kekudusan.
- Apakah anda seorang puritan yang melaksanakan hukum tanpa belaskasih?
- Atau apakah anda seorang pengampun yang menghargai pelaksanaan hukum?