Tujuan utamanya adalah meningkatkan keterlibatan umat beriman dalam hidup jemaat. Misa Lingkungan tak boleh menggantikan Misa Hari Minggu di gereja paroki.
Jumlah umat yang mengikuti Misa Hari Minggu di gereja paroki, khususnya di kota-kota besar amat banyak. Akibatnya, umat tidak saling mengenal secara akrab. Selesai Misa, umat langsung pulang. Maka salah satu jalan keluar adalah mengadakan Misa Lingkungan agar suasana kekeluargaan yang akrab bisa terpenuhi. Namun demikian, pelaksanaan Misa Lingkungan tidaklah asal-asalan saja.
Pada 15 Mei 1969, Kongregasi Ibadat di Vatikan telah mengeluarkan Actio Pastoralis, Instruksi mengenai Misa untuk kelompok-kelompok khusus. Tujuan utamanya adalah meningkatkan keterlibatan para beriman dalam hidup jemaat. Misa Lingkungan tak boleh menggantikan Misa Hari Minggu di gereja paroki. Karena itu, Misa Lingkungan diadakan pada hari biasa. Bagaimanapun juga gereja paroki adalah “rumah Bapa Kita” (Luk. 15:17), “kemah Allah di tengah-tengah manusia” (Why 21:3), dan “Gereja adalah istana Kerajaan Allah (Basilika).”
Perlu diusahakan agar semua umat lingkungan terlibat aktif mempersiapkan Misa Lingkungan. Ketua Lingkungan membagi tugas: penyusun doa umat yang liturgis, lektor/lektris, pemazmur, dirigen, organis, penghias, dan lain lain. Nyanyian-nyanyian diambil dari buku resmi seperti Puji Syukur, Madah Bakti atau Jubilate. Jangan lagi hanya satu suara (sopran), tetapi usahakan dua suara (sopran dan alto). Empat suara rasanya sulit karena keterbatasan waktu untuk latihan dan keterbatasan kemampuan bernyanyi umat lingkungan. Organis hendaknya memakai cara iringan Kantionalsatz yang klasik, yaitu: alto, tenor, dan bas yang merupakan suara hidup, bukan akord statis yang diulang-ulang secara ritmis seperti musik pop. Lebih tepat lagi dipilih beberapa lagu Gregorian agar umat ter biasa dengan musik warisan Gereja yang sudah teruji dalam sejarah. Khususnya lagu Bapa Kami sebaiknya Gregorian, karena bernada doa, tanpa interval yang terlalu jauh.
Misa Lingkungan tidak boleh bersifat eksklusif. Seandainya beberapa keluarga dari lingkungan terdekat ingin hadir, mengapa tidak? Karena bagaimanapun juga, Misa adalah perayaan Gereja, Sakramen Kesatuan. Ketua Lingkungan perlu menyapa tetangga-tetangga yang beragama lain agar turut menjaga suasana khidmat. Hal ini membutuhkan kemampuan dialog dan komunikasi yang baik dengan Ketua RT dan RW setempat. Oleh karena itu, Misa Lingkungan sangat ideal bila diadakan di rumah yang luas atau memiliki halaman yang luas pula. Namun hindarilah diadakan Misa di rumah tertentu secara terus-menerus. Bahkan kalau sudah terjalin relasi yang baik dengan masyarakat, bisa juga dipakai aula umum, aula RT dan Kelurahan. Di sinilah peranan awam beriman dalam tatadunia. Karena jumlah umat yang terbatas tidak perlu memakai pengeras suara. Janganlah membuat tandingan pengeras suara. Mulailah dengan tidak mengganggu orang lain. Siapa tahu, lama kelamaan orang lain pun tidak mengganggu kita.
Hendaknya umat dibiasakan memberi stipendium bagi pastor. Ini bukan soal jumlah uang, tetapi ucapan syukur dan terima kasih. Maka selain stipendium, hasil kolekte Misa Lingkungan diserahkan kepada paroki. Pastor dan umat perlu mengevaluasi kolekte-kolekte yang kadang dilaksanakan ketika Doa Rosario dan Pendalaman Kitab Suci. Janganlah umat lingkungan dibebani dengan pelbagai pungutan, sehingga umat merasa jadi “sapi perahan”.
Misa Lingkungan menjadi berbuah bila umat lingkungan menjadi solider dengan orang miskin, orang sakit, dan lansia. Bahkan semakin terlibat dalam tatadunia, sekurang-kurangnya di tingkat RT dan RW. Dengan demikian, orang sekitar melihat umat lingkungan pada tempat yang pertama sebagai orang baik dan bukan hanya sebagai orang Katolik.
Nah, Misa Lingkungan yang merupakan pelayanan pastoral biasa “perlu membantu umat beriman untuk bertumbuh secara rohani sehingga mereka dapat menanggapi kasih Allah dengan lebih penuh dalam hidup mereka” (Evangelii Gaudium, No.14).
== oooOooo ==