Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

05 Maret 2015

Renungan Ziarah Batin --> Kamis, 5 Maret 2015

Renungan Kamis, 05 Maret 2015: Sebelum Terlambat

St. Yohanes Yosef; Gerasimos;
St. Eusebius dr Kremona 

Bacaan I: Yer. 17:5-10

Mazmur: 1:1-2.3.4.6; R:40:5a
Bacaan Injil: Luk. 16:19-31

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Ada seorang kaya yang selalu ber­pakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”


Renungan


Injil Lukas hari ini berbicara tentang perumpamaan yang menggambarkan “jurang” antara orang kaya dan orang miskin saat mereka masih hidup dan setelah mereka mati. Dalam kisah ini Yesus mengangkat martabat orang miskin dengan menyebut nama “Lazarus”, sedang kan orang kaya tidak disebut dengan nama. Nama Lazarus dalam perumpamaan ini diambil dari bahasa Ibrani ‘Eleazar’ yang berarti “pertolongan Tuhan atau bantuan dari Allah”. Hal ini menegaskan bahwa perhatian dan karya Yesus memang ditujukan kepada orang-orang miskin, menderita, dan terpinggirkan.

Dahulu, Nabi Yeremia menyerukan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!” (Yer 17:5). Orang kaya dalam perumpamaan telah memisahkan diri dari orang miskin, sekaligus dari Tuhan. Ia mengandalkan diri sendiri serta kekayaannya. Ia tidak mau mencari Tuhan meski ia mengetahui kesaksian Musa dan ajaran para nabi. Hal inilah yang membuatnya mengalami penderitaan setelah mati sekaligus tercipta jurang yang sangat dalam antara dirinya dan Lazarus.

Sampai hari ini, jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin masih tetap ada, bahkan semakin lebar. 
  1. Apakah kita mau segera memperbaiki selama kita masih hidup? 
  2. Atau kita justru seperti orang kaya yang terlambat bertobat dan menyesal selamanya?
Orang yang mengandalkan dirinya sendiri sama seperti orang kaya yang sombong dan seakan-akan tidak membutuhkan pertolongan siapa pun. Orang yang miskin di hadapan Allah adalah orang yang realistis, bahwa ia tidak dapat hidup tanpa pertolongan orang lain, terutama tanpa pertolongan Allah. Semakin orang mengandalkan diri sendiri, semakin besar juga egoismenya. Semua yang diper­olehnya ingin dikuasai dan tidak ingin berbagi, sebab itu adalah hasil usahanya sendiri. Jerat salah-pikir seperti ini yang membuat orang sulit masuk ke dalam surga kelak.

Marilah mengusahakan keselamatan kita sendiri dengan membangun sikap beriman yang benar dan memberi tempat sewajarnya untuk Tuhan campur tangan dalam hidup kita. Jika kita mau memberi tempat untuk Tuhan dalam pekerjaan kita sehari ini, Tuhan akan membantu kita, melembutkan hati kita, supaya kita dapat bekerja lebih baik dan tidak sampai tertekan.



Ya Allah, berilah aku hati yang menerima apa yang tidak bisa aku ubah, dan membuka diri pada apa yang masih bisa aku ubah bersama-Mu supaya hidupku boleh menjadi berkat bagi sesama dan berkenan di hati-Mu. 
Amin.


---ooOoo---

Praktek korupsi di negara kita sudah seperti penyakit kanker yang merambat ke seluruh tubuh, sulit diberantas. Hukuman penjara bagi sejumlah koruptor tidak bisa menghentikan kejahatan itu, malah semakin menjamur. Kritik, himbauan dan ajakan, baik dari tokoh-tokoh masyarakat maupun dari pejuang anti-korupsi sudah banyak disuarakan tetapi sepertinya sia-sia belaka.
Yeremia mengajak umat Israel bertobat, tetapi sepertinya tak ada hasil. Semakin diajak bertobat, semakin mereka berdosa. Penyembahan berhala adalah dosa utama. Mengingkari Allah, mereka menyembah dewa-dewa lain. Yeremia berkata, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan. Ia seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asing yang tidak berpenduduk" (Yer 17:5-6). Tetapi bagi mereka yang mau bertobat selalu ada berkat yang disediakan Allah. "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapan pada Tuhan!" (Yer 17:7).
Yeremia mengibaratkan orang yang setia kepada Tuhan seperti pohon yang di tepi air, selalu hijau, tak pernah kering, terus menghasilkan buah sepanjang tahun. Orang yang tetap beriman kepada Tuhan, akan selalu menerima berkat demi berkat sepanjang hidupnya. Kita perlu menjadi bagian dari pohon hijau tersebut. (kfb)
  1. Di masa Prapaskah ini, apakah anda bertobat dari dosa-dosa anda?
  2. Atau apakah anda tetap percaya pada Tuhan atau menyembah allah-allah yang lain?