(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Senin, 27 April 2015
Serikat Yesus: Peringatan Santo Petrus Kanisius, Imam-Pujangga Gereja
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/“Sesungguhnya aku berkata kepadamu: Siapa yang masuk ke dalam kandang domba tanpa melalui pintu, tetapi dengan memanjat dari tempat lain, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka akan lari dari orang itu, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”
Yesus mengatakan kiasan ini kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

Karena itu Yesus berkata lagi, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu bagi domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; siapa saja yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan Ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, mempunyainya dengan berlimpah-limpah.  (Yoh 10:1-10)
Bacaan Pertama: Kis 11:1-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 42:2-3;43:3-4
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/Para bapak bangsa Israel hidup dalam suatu masyarakat yang belum menetap, melainkan sebagai bangsa yang masih hidup berpindah-pindah sebagai pengembara (Ul 26:5), … mereka belum menetap (sedenter) di satu tempat. Habel digambarkan sebagai seorang gembala kambing domba (Kej 4:2). Dengan demikian metafora tentang gembala yang memimpin kawanan dombanya mencerminkan dengan sangat jelas dua aspek otoritas yang biasanya berbeda satu sama lain: Sang gembala adalah seorang pemimpin dan seorang teman dalam articompanion. Ia adalah seorang yang kuat dan siap membela kawanan kambing dombanya terhadap ancaman binatang-binatang liar, sebagaimana dicontohkan oleh Daud yang menghajar singa maupun beruang yang menyerang (lihat 1Sam 17:34-37). Di sisi lain sang gembala menjalin hubungan penuh kasih sayang dengan kawanan dombanya, dia mengenal hewan-hewan peliharaannya satu per satu, mengetahui kondisi hewan-hewan itu dan menyesuaikan dirinya pada berbagai kebutuhan hewan-hewan tersebut, seperti ditunjukkan oleh Yakub ketika melakukan pertemuan rekonsiliasi dengan Esau, saudaranya: “Tuanku maklum, bahwa anak-anak ini masih kurang kuat, dan bahwa beserta aku ada kambing domba dan lembu sapi yang masih menyusui, jika diburu-buru, satu hari saja, maka seluruh kumpulan binatang itu akan mati  …… dan aku mau dengan hati-hati beringsut maju menurut langkah hewan, yang berjalan di depanku …” (Kej 33:13-14). Otoritas dari seorang gembala didasarkan pada pengabdiannya dan cintanya kepada kawanan hewan yang dipimpinnya.
Dalam Perjanjian Lama YHWH adalah Pemimpin dan Bapa dari kawanan/umat-Nya. Julukan “gembala” relatif jarang digunakan, dengan beberapa kekecualian, misalnya:

  1. Yakub memberkati Efraim dan Manasye dengan kata-kata sebagai berikut: “Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang …… (Kej 48:15-16).
  2. Atau, ketika Yakub memberkati Yusuf: “… oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel, …” (Kej 49:24).

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/Memang relasi antara Allah dan umat-Nya paling baik digambarkan dengan relasi-relasi antara seorang gembala dan kawanan hewan yang dipimpinnya. Kita memulai ibadat harian kita dengan Mazmur 95 di dalam mana ada ayat-ayat untuk mengajak kita menyembah-Nya: “Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN (YHWH) yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya” (Mzm 95:6-7). Ada juga ayat lain dari Mazmur: “… disuruh-Nya umat-Nya berangkat seperti domba-domba, dipimpin-Nya mereka berangkat seperti domba-domba, dipimpin-Nya mereka seperti kawanan hewan di padang gurun” (Mmz 78:52). Satu mazmur yang telah kita kenal dengan baik adalah Mazmur 23: “TUHAN (YHWH) adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang …”Dalam kitab Nabi Yesaya dapat juga kita kutip satu ayat yang menggambarkan YHWH sebagai gembala: “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati” (Yes 40:11).
YHWH-Allah mempercayakan umat-Nya/kawanan-Nya kepada para hamba-Nya sebagai gembala-gembala. Musa dan Harun adalah contoh dari gembala-gembala sedemikian: “Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun” (Mzm 77:21). Ketika Musa berdoa kepada YHWH menjelang ajalnya agar Dia dapat mengangkat seorang pemimpin pengganti dirinya, dia berkata: “… supaya umat YHWH jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala” (Bil 27:17). Kemudian Musa pun diperintahkan untuk menumpangkan tangan-tangan-Nya atas Yosua (Bil 27:18-20). Tentang Allah dan Daud, sang pemazmur berkata: “Ia membangun tempat kudus-Nya setinggi langit, laksana bumi yang didasarkan-Nya untuk selama-lamanya; dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri. Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya” (Mzm 78:69-72). YHWH bersabda kepada Daud lewat nabi Natan: “Beginilah firman YHWH semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel” (2Sam 7:8).
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/Para hakim, para pemimpin umat (Yer 2:8; 25:34-38; Yes 44:28) disebut gembala-gembala. Raja-raja tidak secara langsung disebut sebagai gembala, namun mereka memegang peranan sebagai gembala (1Raj 22:17; Yer 23:1-2). Pada umumnya para gembala yang disebutkan ini tidak setia kepada misi mereka. Mereka mencoba untuk memperkaya diri dengan mengorbankan domba-domba mereka, artinya umat Israel. Salah satu dari kata-kata yang keras barangkali kita dapat temukan dalam kitab nabi Yehezkiel: “Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman. Domba-domba-Ku berserak, tanpa seorang pun yang memperhatikan atau yang mencarinya” (Yeh 34:2-6; bacalah keseluruhan Yeh 34:1-10). Apakah nubuatan ini terasa asing bagi kita yang hidup di Indonesia tercinta dewasa ini?
YHWH akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Nya dari segala negeri (Yer 23:3; Mi 4:6), mengembalikan Israel ke padang rumputnya (Yer 50:19). YHWH akan mengangkat bagi Israel gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Nya, yang akan memberi makan kepada umat dengan pengetahuan dan pengertian (Yer 3:15; 23:4). Pada akhirnya hanya akan ada satu gembala, Daud yang baru: “Aku akan mengangkat satu orang gembala atas mereka, yang akan menggembalakannya, yaitu Daud, hamba-Ku; dia akan menggembalakan mereka, dan menjadi gembalanya” (Yeh 34:23).
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/Yesus adalah sang Gembala Baik. Ada banyak karakteristik pribadi Yesus dalam Perjanjian Baru yang mengantisipasi alegoria Yohanes. Ia mencari domba yang tidak mempunyai gembala (Mat 9:36) dan dengan demikian mengutus para rasul-Nya. Yesus melihat diri-Nya sendiri sebagai diutus oleh Bapa surgawi ke tengah domba-domba yang hilang dari Israel (Mat 15:24; Luk 19:10). Kawanan Yesus adalah “kawanan kecil” (Luk 12:32) yang tidak boleh takut karena Kerajaan Surga telah dijanjikan kepada mereka. Kawanan-Nya akan mengalami penganiayaan oleh serigala-serigala dari luar (Mat 10:16) maupun dari dalam (Mat 7:15). Kawanan-Nya akan dicerai-beraikan, ketika gembalanya dibunuh (Mat 26:31; lihat Za 13:7). Akan tetapi, Dia akan memimpin kembali jiwa-jiwa yang tercerai-berai, disembuhkan lewat kematian-Nya, sehingga dengan demikian kita dapat kembali kepada sang Gembala Baik dan Pemelihara jiwa kita (1Ptr 2:24-25). Yesus adalah sang “Gembala Agung segala domba” (Ibr 13:20).
Yohanes Penginjil mengumpulkan catatan-catatan yang berserakan dalam berbagai tulisan Perjanjian Baru ke dalam suatu gambaran indah sekali dalam Yohanes 10. Pertama-tama Yesus menceritakan dua buah perumpamaan, yaitu tentang pintu kandang domba Yoh 10:1-3a) dan tentang gembala (Yoh 10:3b-5). Kemudian Yesus menjelaskan secara alegoris dua perumpamaan ini: Yesus adalah pintu (Yoh 10:7-10), Dia adalah gembala (Yoh 10:11-18), tidak ada seorangpun dapat mengambil domba dari tangan Kristus (Yoh 10:26-30). Bacaan Injil hari ini membatasi diri pada sepuluh ayat pertama dari Yoh 10.
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/Hanya ada satu pintu untuk keluar-masuk domba-domba. Seorang penjaga pintu akan menjaga. Dalam hal ada beberapa gembala, maka mereka akan menjaga secara bergiliran. Di malam hari ada binatang-binatang buas yang mencoba untuk memangsa domba-domba yang ada. Ada pula pencuri-pencuri yang akan mencoba untuk mencuri domba-domba itu. Yesus menyamakan diri-Nya dengan pintu bagi domba-domba itu (Yoh 10:7). Pintu adalah satu-satunya jalan masuk ke tempat kawanan domba. Tidak ada seorangpun gembala yang diperkenankan untuk masuk kalau dia bukan gembala yang sungguh-sungguh. Pencuri-pencuri akan mencoba untuk memanjat dari tempat lain. Banyak pemimpin Israel yang datang sebelum Kristus adalah pencuri-pencuri seperti itu. Mereka tidak mempunyai minat sungguhan perihal keberadaan domba-domba, melainkan hanya memikirkan keuntungan saja. Tuduhan ini juga berlaku bagi para pemuka agama dan pemimpin Yahudi lainnya pada masa Kristus.
Banyak orang Yahudi merasakan adanya perbedaan antara Yesus dan para tua-tua Yahudi tersebut. Yesus berkata, “Domba-domba itu tidak mendengarkan mereka” (Yoh 10:8). Ingatlah kembali orang yang buta sejak lahirnya yang disembuhkan oleh Yesus (Yoh 9), Walaupun orang-orang Farisi mencoba dengan keras untuk membuat orang itu berpihak kepada mereka lewat berbagai tipu-daya dan intimidasi, ancaman dan malah mengusirnya keluar dari komunitas Yahudi, dan menyebutnya sebagai seorang pendosa, orang buta yang telah disembuhkan itu hanya berkata: “Jikalau orang ini (Yesus) tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa”  (Yoh 9:33).
Tidak seorang pun dapat masuk ke kandang domba kecuali melalui pintunya, dan tidak ada seorang pun dapat menjadi gembala kawanan Kristus kalau tidak dipanggil dan diberi wewenang oleh Kristus sendiri. Kristus adalah pintu satu-satunya untuk umat Allah, dan hanya Dia sendirilah yang dapat memanggil seseorang untuk mengurusi kawanan-Nya. Tidak ada hasil pekerjaan baik kita sendiri yang dapat membuat kita mempunyai akses kepada umat Allah. Yesus adalah pintu bagi domba-domba-Nya masuk-keluar kandang. Hanya apabila domba-domba telah masuk kandang maka mereka aman selama malam hari. Di tanah Palestina pada masa itu ada banyak binatang buas yang kesana-kemari mencari makan. Seekor domba yang berjalan sendiri di malam hari akan sangat rentan terhadap serangan predator-predator itu. Di samping itu bagaimana seekor domba ke luar untuk mencari makan di padang yang hijau jika tidak melalui pintu kandang dan mengikuti tuntunan sang gembala.
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/Banyak pemimpin palsu (abal-abal) menjanjikan segala macam hal kepada masyarakat yang seharusnya dipimpinnya dengan baik: kepuasan, kebahagiaan, … pokoknya yang enak-enak dan nikmat-nikmat. Namun hasilnya seringkali berupa kekecewaan masyarakat karena merasa tertipu. Kita akan menemukan damai-sejahtera hanya dalam diri Yesus Kristus, dalam hikmat dan pemahaman sejati. Kehidupan sejati akan menjadi milik kita hanya apabila melalui Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita. Kristus adalah pintu bagi kita, domba-domba-Nya.
Yesus juga mengibaratkan diri-Nya sebagai gembala. Kita melihatnya dalam Bacaan Injil Hari Minggu Paskah IV (Tahun B) kemarin. Perumpamaan singkat dalam Yoh 10:3b-5 di atas mengantisipasi suatu penjelasan alegoris dalam Yoh 10:11-18 pada hari Minggu kemarin tersebut. Pada hari ini, yang harus kita camkan adalah, bahwa Yesus mengenal domba-domba-Nya. Dan domba-domba-Nya mengenal Dia. Ini bukanlah sekadar pengetahuan teoritis, melainkan pengetahuan yang berasal dari cintakasih. Kristus mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri. Apakah kita  sungguh mengenal Dia?
DOA:
 Tuhan Yesus, tolonglah aku mengenal suara-Mu sehingga aku dapat tetap berada dengan aman di tengah kawanan domba-Mu, yaitu umat-Mu sendiri. Terima kasih penuh syukur  kuhaturkan kepada-Mu untuk kasih-Mu yang senantiasa penuh kesetiaan. Amin.

---ooOoo---
Pintu kebenaran. Sejumlah masyarakat tradisional di Indonesia, memiliki arsitektur rumah yang mempunyai cuma satu pintu. Orang hanya bisa masuk atau keluar melalui pintu tersebut. Pada malam hari, biasanya sang ayah, atau seorang pria yang paling kuat, yang berbaring di dekat pintu masuk tersebut. Ia bertindak sebagai pelindung bagi seisi rumah, karena jika ada musuh atau binatang berbahaya menyerang, ia yang akan menghadapi mereka.
Ketika Yesus menyebut diri sebagai pintu, Ia mengungkapkan kebenaran baru, yakni hanya melalui diriNya orang sampai kepada Bapa. Dengan kata lain, diriNya adalah "Pintu Kebenaran". Apa sesungguhnya arti pintu kebenaran? Kepada umat di Efesus, Paulus menyebut Yesus sebagai jalan menuju ke Bapa (Ef 2:18), atau penulis surat kepada umat Ibrani menyebutNya sebagai pembuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir (Ibr 10:20). Di sini kita melihat Yesus sebagai pintu, bukan sekedar pembuka informasi mengenai Bapa, tetapi sebagai sumber kehidupan yang menyelamatkan.
Jika iman kita adalah sebuah ziarah yang panjang sampai akhir hayat, kita memerlukan pintu yang tepat yang menghantar kita ke jalan yang benar dan sumber air kehidupan. Pintu adalah Kristus. Jangan berpaling kepada sesuatu yang lain. 
  1. Pernahkah anda tersesat dan memilih pintu yang salah dalam mengambil keputusan?
  2. Apa yang dilakukan Yesus untuk menolongmu? Bagaimana caranya?