(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Paskah – Kamis, 16 April 2015)
Jadilah Saksi-Ku |
Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata tentang hal-hal di bumi. Siapa yang datang dari surga adalah di atas semuanya. Ia bersaksi tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tidak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Siapa saja yang percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi siapa saja yang tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap tinggal di atasnya.” (Yoh 3:31-36)
“… siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas” (Yoh 3:34).
Budaya populer seakan merupakan hakim yang bersikap skeptis apabila orang berbicara mengenai agama. Walaupun begitu, hakim yang skeptis sekali pun dapat terbuai oleh kesaksian seorang saksi ahli. Katakanlah pada awalnya hakim itu memandang kesaksian sang ahli dengan keragu-raguan, namun pada akhirnya dia menyerah juga pada kenyataan bahwa saksi ahli tersebut sungguh menguasai masalahnya.
Sebagai umat Kristiani kita dipanggil untuk menjadi saksi-saksi ahli juga …… untuk Yesus! Allah mengutus kita ke tengah dunia untuk memberikan bukti yang akan menghanyutkan “para hakim” dalam masyarakat kita, dan kemudian memimpin mereka kepada Yesus. Bagaimana seharusnya kita menanggapi tantangan ini? Untuk itu, baiklah kita senantiasa mengingat ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan jantung dari iman-kepercayaan kita, misalnya Yoh 3:16 atau Mrk 10:45.
Kita harus sungguh mengenal dan menghayati ajaran-ajaran alkitabiah mengenai isu-isu kunci seperti kehidupan kekal, kasih Allah, dan makna salib Kristus. Yang lebih penting lagi adalah bahwa kita harus mendukung apa yang kita katakan dengan mencoba secara serius untuk hidup sebagai seorang murid-Nya setiap hari. Ingatlah: “Actions really do speak louder than words”, …… jangan “omdo” atau “nato”!
Selagi kita (anda dan saya) membangun persahabatan dengan orang-orang, maka kita akan menemukan pintu-pintu yang terbuka bagi kita untuk memberi kesaksian tentang Yesus juga. Dalam hal seperti itu kita dapat memperoleh suatu kesempatan untuk syering potongan bacaan Kitab Suci yang sangat berarti bagi kita, atau syering sebuah cerita tentang bagaimana kita merasa terhibur oleh Dia pada situasi yang sulit dalam hidup kita. Bijaksanalah kita untuk senantiasa mempersiapkan diri bagi kesempatan-kesempatan sedemikian.
Misalnya, kita ingin mempunyai sebuah jawaban yang siap untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang biasa ditanyakan tentang iman-kepercayaan kita. Lalu, jika seseorang bertanya kepada kita, “Apakah yang anda percayai tentang Allah?”, maka kita akan mampu menanggapi pertanyaan tersebut dengan sejumlah pernyataan yang jelas tentang kasih Allah bagi setiap orang dan tentang keputusan-Nya untuk mengutus Anak-Nya ke tengah dunia guna mendamaikan kita dengan Dia dan membuka jalan kita ke surga.
Yesus adalah saksi Allah yang tertinggi karena Dia mengenal Allah secara intim dan mempunyai Roh Kudus sebagai tali kasih-Nya dengan Bapa (lihat Yoh 3:31-32,34). Sekarang Ia memberikan kepada kita Roh-Nya tersebut sehingga kita pun dapat memberi kesaksian tentang kasih Allah.
DOA:
Tuhan Yesus, Engkau telah berjanji bahwa Engkau akan mengutus Roh-Mu – yaitu Roh Kebenaran – yang akan bersaksi kepada kami tentang Engkau. Namun Engkau juga meminta kami untuk menjadi saksi-saksi-Mu. Bukalah hati dan pikiran kami lebar-lebar agar dapat memahami isi Kitab Suci dan berbicara secara efektif tentang diri-Mu dan misi-Mu kepada orang-orang yang kami jumpai. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Tuhan Yesus.
Amin.