Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

25 April 2015

Ia Memberikan Nyawa-NYA Bagi Domba-domba-NYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH IV [Tahun B], 26 April 2015)

HARI MINGGU PANGGILAN
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/
Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan menceraiberaikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Tetapi Aku juga mempunyai domba-domba lain yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku agar Aku menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari Aku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah perintah yang Kuterima dari Bapa-Ku.” (Yoh 10:11-18) 

Bacaan Pertama: Kis 4:8-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1,8-9,21-23,26,28-29; Bacaan Kedua: 1Yoh 3:1-2
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

“Akulah gembala yang baik.Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”  (Yoh 10:11). 

Lagi-lagi Yesus ingin menggugah hati orang-orang, yang karena alasan (atau alasan-alasan) tertentu, masih saja lamban untuk percaya kepada-Nya. Untuk menetralkan ketakutan dan keragu-raguan yang mungkin ditimbulkan oleh klaim-Nya atas keilahian-Nya, Yesus meneguhkan bahwa Dia memang datang untuk menolong, bukan membawa  bencana; untuk memberi, bukan menuntut; untuk mengorbankan diri-Nya sendiri bagi mereka, jauh lebih daripada mereka harus berkorban demi diri-Nya. Semua ini akan dilakukan-Nya dalam rangka pemenuhan rencana penebusan dari Bapa surgawi.


Yesus menyadari betapa mudahnya bagi orang untuk mendengar kata-kata-Nya tanpa menghargai pesan yang ingin disampaikan oleh-Nya. Ia mengetahui pula bahwa kebenaran-Nya akan mempengaruhi kehidupan orang-orang secara korelatif-proporsional dengan upaya mereka mencoba untuk memahami kebenaran-Nya itu dengan lebih penuh lagi, menghargainya dengan lebih mendalam dan menerapkannya dengan lebih setia dalam kehidupan sehari-hari. Yesus mengulang-ulang pesan-Nya yang memberi hidup itu, dengan menambah wawasan yang lebih luas setiap kali Dia melakukan pengulangan termaksud. Bagi para pendengar pesan-Nya, semua ini membutuhkan waktu untuk mengingat yang lama, memahami yang baru dan mengintegrasikan keduanya ke dalam kebiasaan-kebiasaan  baru dalam berpikir dan menjalani kehidupan.

Siapakah – yang memiliki hati terbuka – yang tidak terkesan melihat desakan Yesus yang terus-menerus itu, bahwa Dia mengasihi kita dan sangat prihatin dengan segala urusan kita? Di sini Yesus menamakan diri-Nya “Gembala yang baik”, yang mengenal diri kita – domba-domba-Nya – sampai sedalam-dalamnya. Dia mengetahui kecenderungan spontan kita, setiap perasaan dan niat kita, setiap kelemahan dan upaya kita. Dia menyatakan diri-Nya siap untuk mengorbankan nyawa-Nya bagi kita, dan Ia akan melakukannya manakala Bapa meminta hal ini sebagai tebusan atas dosa-dosa kita. Betapa berharga diri kita ini bagi-Nya, karena Ia sungguh mengasihi kita. Akan tetapi, kita tidak pernah akan sepenuhnya memahami dan menghargai ketinggian, kedalaman, lebar dan intensitas dari kasih-Nya itu, apabila kita hanya mendengar atau membaca buku/tulisan tentang hal itu. Dengan demikian, kita harus melakukan permenungan atas hal tersebut secara terus menerus di bawah bimbingan Roh Kudus-Nya.

Pengorbanan Yesus bagi kita-manusia sungguh sangat besar dan tak terukur dengan ukuran manusia macam apa pun, teristimewa karena Dia melakukan pengorbanan itu dengan bebas. Yesus jelas mengatakan, bahwa tidak seorang pun akan mengambil nyawa-Nya dari Dia: “Tidak  seorang pun mengambilnya dari Aku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali” (Yoh 10:18).

Unsur kehendak bebas ini digambarkan oleh Santo Paulus sebagai berikut: “Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama” (Flp 2:5-9). Kalau kita mengandalkan akal budi manusia semata-mata, maka pemikiran bahwa Allah – sang pencipta alam semesta – memilih untuk menjadi salah “seorang” dari kita-manusia, lalu mati secara memalukan dan dalam kedinaan di kayu salib demi kita-manusia, memang sangat sukarlah untuk dipahami.

Sungguh menghiburlah untuk mengetahui bahwa Allah Bapa tidak hanya mengutus Yesus turun ke bumi dan mengharapkan hasil yang terbaik. Bapa surgawi sesungguhnya merencanakan segala sesuatu dari awal. Yesus sendiri memahami pengorbanan-Nya di atas kayu salib sebagai “perintah yang Kuterima dari Bapa-Ku” (Yoh 10:18). Dalam deskripsinya tentang hari-hari terakhir Yesus di atas bumi ini, seringkali Yohanes Penginjil menulis bahwa Tuhan melakukan perjalanan ke Kalvari guna memenuhi kata-kata nubuatan para nabi. Dengan perkataan lain, penderitaan sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus sudah ada dalam pikiran Allah, bahkan sebelum Kitab Suci ditulis! Adakah rancangan lain yang lebih menakjubkan dari kenyataan ini?

Kejeniusan di belakang karya-karya musik, lukisan dlsb. yang paling besar di dunia ini tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan rancangan Allah berkenan dengan kematian dan kebangkitan Putera-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Bahkan kehidupan kita sendiri pun merupakan bagian dari masterpiece agung ini, karena nama kita tertulis dalam Kitab Allah (bdk. Mzm 139:16)! Sekarang, renungkanlah sejenak betapa dalam diri kita dikasihi oleh-Nya! Marilah kita bersukacita dan merasa terjamin, karena mengetahui dan percaya bahwa kita juga adalah bagian dari rencana agung Allah.


DOA
Bapa surgawi, Engkau menyerahkan Putera-Mu sendiri untuk menebus kami semua. Oleh karena itu kami pun yakin, bahwa Engkau akan memberikan segalanya yang kami butuhkan dalam kehidupan di dunia ini. Engkaulah andalan kami, ya Allah. 
Amin.