Bacaan Pertama: Kis 4:13-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1,14-21
Seperti Allah menciptakan dunia untuk membawa kehidupan, demikian pula Kristus dalam menebus dunia memulihkan kehidupan itu. Kebangkitan Yesus adalah perayaan kehidupan itu sendiri. Kebangkitan-Nya adalah jawaban kehidupan terhadap misteri kematian. Dalam Injil Yohanes, tercatat Yesus bersabda: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Siapa saja yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa saja yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal” (Yoh 12:24-25).
Kita suka bertanya kepada diri kita sendiri, “Mengapa kita harus menderita sakit-penyakit, mengalami berbagai kekecewaan dan/atau kepahitan dalam hidup ini, kesendirian, kegagalan dan frustrasi dan lain sebagainya ? Kristus sesungguhnya datang sebagai suatu bagian dari misteri yang baru disebutkan di atas lewat hidup-Nya sendiri.
Kita telah mendengar dari orang-orang – yang beriman dan menghayati hidup yang baik – yang mengungkapkan “kebingungan” mereka terhadap penderitaan sengsara yang begitu berat dari orang-orang dan bangsa-bangsa yang tidak bersalah. Pada abad ke-20 saja dunia mengalami dua perang dunia, pembunuhan massal orang-orang Yahudi oleh rezim Nazi-Jerman, beberapa perang di Timur Tengah, perang saudara di Rwanda, Perang Irak I, perang di Afghanistan, berbagai peristiwa konflik kekerasan dan terorisme yang “bernuansa” keagamaan,dan banyak lagi. Abad ke-21 yang baru saja 15 tahun umurnya sudah dipenuhi dengan berbagai konflik bersenjata/kekerasan: Perang Irak II, Suriah, serta konflik-konflik bersenjata kelanjutan abad-20, Ukraina, ISIS, dan terakhir adalah Yaman. Kalau dua dekade lalu kita hanya mendengar nama-nama Al Qaida dan Taliban, maka sekarang kita mendengar nama-nama gerakan ekstrim seperti Boko Haram di Nigeria, Chad dan Kamerun; Al-Shabaab di Somalia dan Kenya, dan sejenisnya.
Abad ke-20 yang baru berlalu harus kita akui sebagai abad para martir. Banyak sekali umat Kristiani mati dibunuh karena iman mereka. Ordo Saudara Dina saja (OFM) memper-sembahkan 400 orang martir pada abad ke-20 tersebut. Hal-ikhwal kemartiran ini berlanjut pada abad ke-21. Baru beberapa hari yang lalu sebuah universitas di Kenya diserbu para teroris Al-Shabaab, dan sebanyak 147 mahasiswi-mahasiswa, dan lain-lain. yang Kristiani secara diskriminatif dibantai oleh para teroris tersebut yang selalu membawa-bawa nama Allah yang Mahabesar dan penuh belas kasih dalam “misi” mereka.
Yang dikemukakan di atas adalah para martir yang meninggal dunia karena dibunuh. Namun tidak kurang banyaknya juga adalah orang-orang yang mengalami kemartiran dalam hidup mereka. Ada berjuta-juta orang dalam zaman modern ini yang hidup dalam perbudakan (lihat peristiwa di Indonesia yang masih hangat beritanya), berjuta-juta orang yang hidup dalam ketakutan tanpa henti, kebosanan, kemiskinan, sakit-penyakit dan lain sebagainya, sekan Allah membuang orang-orang yang tidak berbahagia ini.
Ya memang demikian, …… apabila kita lupa akan apa yang terjadi dengan Putera-Nya di bukit Kalvari sekitar 2.000 tahun lalu !
Yesus Kristus telah memutuskan untuk menjadi salah satu dari kita, artinya menjadi manusia. Yesus ini juga menempatkan diri-Nya sendiri di bawah “hukum capaian manusia” – yaitu, hal-hal yang bernilai paling tinggi menuntut pengorbanan yang paling besar; hal-hal tersebut bernilai/berharga tinggi dan seringkali harga yang menyangkut kepahlawanan.
Kesusahan hati hari ini adalah untuk sukacita di esok hari. Kematian hari ini adalah kebangkitan di esok hari, …… apabila kita telah menemukan kuncinya. “Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Allah bagi kita adalah Alah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut” (Mzm 68:20-21). Allah telah membayar harganya, namun kita harus ikut ambil bagian dalam menanggung harga itu dengan Dia, jika kita sungguh ingin ikut ambil bagian dalam kemenangan-Nya.
DOA:
Tuhan Yesus, Engkau adalah sang Anak Domba Paskah. Engkau adalah sang Kurban yang mengembalikan Bapa surgawi kepada kami. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat-Mu, ya Penebus kami. Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Amin.