(Bacaan Injil Misa Kudus, Pekan III Paskah, Kamis 23 April 2015)
Yoh 6:44-51
Keluarga Besar Fransiskan: Peringatan B. Egidius dr Assisi, Biarawan
Yoh 6:44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang
mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
Yoh 6:45 Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap
orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.
orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.
Yoh 6:46 Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang
dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.
dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.
Yoh 6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang
kekal.
kekal.
Yoh 6:48 Akulah roti hidup.
Yoh 6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
Yoh 6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
Yoh 6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk
hidup dunia."
selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk
hidup dunia."
Kita masing-masing tentunya mempunyai pengalaman berjumpa dengan seseorang atau sesuatu yang menarik sehingga kita pun tertarik, entah untuk sekedar memandang, menyentuh atau bahkan memilikinya. Misalnya, kita tertarik pada jenis makanan tertentu sehingga kita menyentuh, memakan dan merasakannya. Kita tertarik dengan buku tertentu sehingga kita membeli dan membacanya. Kita tertarik dengan orang tertentu sehingga mendekati, berkenalan dan kalau Tuhan menghendaki bisa jadi kemudian saling memiliki untuk hidup bersama sebagai suami-istri. Kalau kita tertarik pada seseorang atau sesuatu, biasanya ada bagian-bagian tertentu yang membuat kita sungguh tertarik. Kalau menyangkut barang, mungkin bentuknya, warnanya, keantikannya, dan lain-lain. Kalau menyangkut makanan, mungkin warnanya, rasanya, kekhasannya, dan lain-lain. Kalau menyangkut orang, mungkin wajahnya, suaranya, senyumnya, sifat atau kepribadiannya, dan lain-lain. Hari ini, Yesus berbicara tentang Allah Bapa yang menarik kita untuk datang kepada-Nya. Maka, mari kita sejenak merenung: Sungguhkah kita tertarik kepada-Nya sehingga kita tergerak untuk datang mendekat dan hidup bersama-Nya? Apa yang paling menarik dari Tuhan sehingga kita ingin selalu memiki dan dimiliki-Nya?
Bacaan Pertama: Kis 8:26-40; Mazmur Tanggapan: Mzm 66:8-9.16-17,20
Orang-orang berduyun-duyun mendatangi Yesus karena Dia menawarkan kepada mereka sesuatu yang lebih daripada sekadar tanda-tanda ajaib dari surga. Yesus menawarkan kepada mereka “Roti Kehidupan” – makanan spiritual dan relasi pemberian-hidup yang vital dengan Allah. Yesus menunjukkan kepada orang-orang itu bahwa mereka tidak perlu pergi mencari di atas gunung yang sunyi terpencil atau sebuah kuil untuk menemukan kehadiran Allah. Allah selalu ada beserta mereka, bekerja dalam situasi sehari-hari kehidupan mereka. Yang mereka butuhkan adalah mengenali suara-Nya dalam ucapan kata-kata pengampunan, kata-kata pemberian dukungan, kata-kata penghiburan, kata-kata peneguhan dari orang-orang yang penuh perhatian. Juga merasakan sentuhan-Nya dalam sentuhan tangan-tangan orang yang memperhatikan dengan penuh kasih, dan mengalami kebaikan-Nya dalam karya pelayanan kasih orang-orang yang berprihatin terhadap situasi mereka.
Santo Martinus dari Tours [316-397] memberi separuh dari jubahnya kepada seorang pengemis yang sedang menggigil kedinginan. Dalam suatu penglihatan, dia disadarkan bahwa pengemis itu adalah Yesus sendiri, yang menjadi miskin demi kita manusia berdosa. Pada waktu Santo Fransiskus dari Assisi [1181-1226] merangkul dan mencium seorang kusta, ternyata dia disadarkan bahwa dia sebenarnya melihat Yesus yang tersalib demi keselamatan kita. Ketika Beata Bunda Teresa dari Kalkuta [1910-1997] membawa seorang tunawisma yang hampir mati di pinggir jalan ke dalam rumah penampungan yang diasuhnya, sebenarnya dia berjumpa dengan Yesus, yang tidak memiliki rumah dan kenyamanan demi meringankan serta menghilangkan penderitaan kita-manusia karena keterpisahan dari Allah.
Apakah kiranya yang menggerakkan hati seorang ibu untuk merawat bayinya sepanjang malam hari dan/atau menghibur seorang anaknya yang sedang sakit? Apakah yang mendesak seorang pekerja tambang yang sudah keletihan untuk menolong sepanjang malam seorang rekan kerjanya yang terjebak karena tanah longsor? Apakah yang membuat orang melawan bahaya yang mengancam dirinya sendiri untuk menyelamatkan seseorang yang terjebak dalam sebuah rumah yang sedang terbakar hebat, atau orang yang hampir tenggelam? Mengapa terdapat begitu banyak sukarelawati-sukarelawan yang bekerja berjam-jam seharinya untuk menolong anak-anak yang mengalami cacat fisik ataupun mental; juga dalam bidang pendidikan, perawatan orang sakit, perumahan yang layak dan lain sebagainya. Jawaban untuk semua pertanyaan di atas: kasih Allah!
Allah senantiasa ada di belakang setiap tindakan kebaikan, bahkan ketika tidak seorang pun mengenali kehadiran-Nya. Oleh karena itu dunia ini tidaklah tanpa pengharapan. Kehadiran-Nya yang tidak terlihat diungkapkan dalam setiap senyum penuh persahabatan, setiap pekerjaan baik yang dilakukan, setiap pengampunan atas hutang, setiap relasi-pribadi terluka yang disembuhkan. Allah menggunakan “bejana-bejana tanah liat”, bahkan juga “orang yang tidak percaya”, untuk menunjukkan kemuliaan dan kebaikan-Nya kepada sebuah dunia yang membutuhkan kasih dan belas kasihan.
DOA: Bapa surgawi, kebaikan-Mu memenuhi seluruh bumi. Semoga kebaikan hati-Mu mencairkan hati kami dengan puji-pujian dan ketakjuban.
Amin.
---ooOoo---
Kegamangan orang Yahudi. Ucapan Yesus itu mencengangkan orang Yahudi. Sayang, mereka tidak terdorong untuk mendalaminya tetapi justru mempersoalkan asal usul Yesus. "Bukankah dia ini anak Yosep?" kata mereka (Yoh 6:42). Dengan menunjukkan asal usul ini, mereka mengabaikan inti pengajaran Yesus. Sikap ini membuat mereka kehilangan kesempatan "ditarik" oleh Bapa dan masuk dalam bilangan umat pilihan. "Tidak seorang pun dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku", kata Yesus. Ditarik oleh Bapa berarti dimasukkan Tuhan ke dalam lingkaran baru anak-anakNya, seperti yang dialami oleh Paulus di kemudian hari.
Resistensi orang-orang Yahudi ini membuat upaya Yesus menemui jalan buntu. Mujizat perbanyakan roti yang dimaksudkan untuk membuka pintu ke pengajaran tentang Roti Hidup menjadi seakan-akan tidak berarti. Padahal, menolak untuk percaya kepada Yesus sangatlah merugikan mereka, karena dengan itu mereka kehilangan peluang untuk meraih kepenuhan hidup. Dengan kata lain mereka lebih suka memilih kematian daripada kehidupan. Mereka terlalu tenggelam dalam rasa puas diri.
Banyak orang Kristiani yang dengan sadar memilih pola hidup seperti sikap orang Yahudi. Banyak jalan terbuka untuk mengenal Yesus, melalui penghayatan hidup rohani pribadi dan bersama umat sebagai kesatuan, melalui keterlibatan melayani dunia, melalui latihan pengembangan pribadi Kristiani, dan sebagainya. Kita tahu ini penting, tetapi menolak untuk ikut, karena itu akan membuat kita tidak menikmati tawaran dunia.
- Apakah anda merasa gamang untuk menerima dan mengakui Yesus sebagai pribadi kunci yang menentukan arah hidup anda?
- Sejauh mana anda merasa ajaran tentang Roti Hidup tetap relevan untuk hidup masa kini?