Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

22 April 2015

MELEMPAR ROTI KE AIR

MELEMPAR ROTI KE AIR

Pengkhotbah 11:1-8

11:1 Lemparkanlah rotimu ke air , maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah
         itu. 

11:2 Berikanlah bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang, karena engkau 
        tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi. 

11:3 Bila awan-awan sarat mengandung hujan, maka hujan itu dicurahkannya ke atas 
        bumi; dan bila pohon tumbang ke selatan atau ke utara, di tempat pohon itu jatuh, 
        di situ ia tinggal terletak.

11:4 Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa 
        melihat awan tidak akan menuai. 

11:5 Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim 
        seorang perempuan yang mengandung, demikian juga engkau tidak mengetahui 
        pekerjaan Allah yang melakukan segala sesuatu. 

11:6 Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada 
        tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang 
        akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik. 

11:7 Terang itu menyenangkan dan melihat matahari itu baik bagi mata; 

11:8 oleh sebab itu jikalau orang panjang umurnya, biarlah ia bersukacita di dalamnya, 
        tetapi hendaklah ia ingat  akan hari-hari yang gelap, karena banyak jumlahnya. Segala 
         sesuatu yang datang adalah kesia-siaan. 

Renungan


Hasil dari usaha menjajakan gorengan mungkin hanya cukup untuk makan satu hari keluarga Pak Tono. Toh kenyataan itu tidak mengalangi Pak Tono untuk bermurah hati. Selama beberapa waktu, setiap sore ia menyisihkan sebungkus gorengan untuk seorang anak dan ibunya yang sakit. Lima belas tahun berpisah dan ia pun sudah lupa dengan anak itu. Kehidupan Pak Tono tidak berubah, ia tetaplah penjaja gorengan dengan penghasilan pas-pasan.

Suatu hari sebuah mobil mewah berhenti di dekatnya. Seorang pemuda keluar dari mobil itu dan menyapa, "Pak Tono masih ingat saya?" Pak Tono menggeleng. "Saya anak kecil yang setiap sore menerima sebungkus gorengan dari Bapak. Kini izinkan saya untuk membalas budi baik Bapak." Pak Tono terperanjat mendengarnya.

Salomo memberikan nasihat yang tidak lazim: melemparkan roti ke air. Ia berkata, ketika kita melakukannya, kita akan mendapatkannya lagi lama setelah itu. Rasanya mustahil ya? Bukankah lebih mungkin kalau kita melempar roti ke air, roti itu tidak pernah kembali pada kita? Kebenaran apakah yang hendak Tuhan sampaikan kepada kita melalui nasihat Salomo ini?

Tuhan sedang menunjukkan kepada kita tentang hakikat bermurah hati. Sama seperti air adalah tempat yang tidak lazim untuk melemparkan roti, lakukanlah kebaikan pada orang lain tanpa pamrih. Hendaknya kita bermurah hati atas dasar ketulusan, kerelaan, dan tanpa syarat, bukan karena mengharap-harapkan balasan.


KEMURAHAN HATI TANPA SYARAT ITU SAMA SEPERTI
KETIKA KITA MELEMPARKAN SECUIL ROTI KE DALAM AIR.