Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

03 April 2015

Jum;at Agung, 3 April 2015

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/
Sengsara Tuhan Yesus

Jumat Agung adalah Perayaaan atau Ibadat Pengenangan Sengsara Tuhan; Di dalamnya Gereja merenungkan kesengsaraan Kristus, menghormati salib serta mendoakan keselamatan seluruh dunia. Dimana pada hari ini Yesus mengalami sengsaranya disiksa, diadili, dan sampai wafat di kayu salib tepat Pk 15:00. Oleh karena itu saat ini perayaan JUMAT AGUNG di Gereja-gereja  dilaksanakan pukul 2 siang dengan maksud agar tepat Pukul 3 sore nya pas dengan prosesi pembacaan SABDA ALLAH dalam perayaan ekaristi tersebut, dimana Yesus wafat di kayu salib.Lambang-lambang yang dipergunakan dakan Hari Jumat Agung adalah :
  • Altar yang kosong, tanpa hiasan, melambangkan kesedihan dan kedukaan Gereja, juga menggambarkan kekosongan hati karena “Sang Mempelai telah diambil”. Hal itu lebih dipertegas dalam gambaran tabernakel yang terbuka dan lampu Tuhan yang dipadamkan
  • Keheningan dalam keseluruhan Upacara : keheningan nampak dalam keseluruhan upacara Jumat Agung. Tidak ada Nyanyian pembuka dan penutup, bunyi lonceng atau alat-alat musik yang lain. Keheningan itu mau menggambarkan kesedihan yang dialami Gereja bersama Kristus yang menderita dan menyerahkan diri untuk kita.
  • Tiada Tanda Salib. Upacara Jumat Agung tidak diawali ataupun diakhiri dengan Berkat dambil membuat tanda salib, karena Salib Kristus itu telah nyata hadir dan di hadapkan kepada seluruh umat. Semua yang hadir sebenarnya telah menandai diri dengan Tanda Salib itu (dalam arti yang sebenarnya dan sedalam-dalamnya) dengan: kehadirannya dalam Upacara, dalam puasa, pantang dan mati raganya, serta dalam tindakan cintakasihnya kepada Kristus melalui ritus penghormatan terhadap salib Kristus.
  • Di awal upacara, imam menghormati altar dengan cara merebahkan diri di depannya, seluruh umat juga hendaknya menundukkan diri dengan khidmat. Hal ini melambangkan pernyataan kefanaan manusia: “Engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu” (Kej 3:19)
  • Pewartaan (proklamasi) Injil tentang Kisah Sengsara Tuhan dibawakan dengan cara sesuai dengan hakikatnya (liturgis), melambangkan Yesus sendiri yang bersabda.
  • Doa Umat Meriah dibawakan secara khusus. Setelah korban Yesus terlaksana di Salib, dan dalam kepercayaan mendalam bahwa Allah Bapa telah menerima kurban itu dan karenanya mengembalikan manusia pada diriNya, inilah saatnya Gereja mendoakan hal-hal terpenting untuk Gereja dan dunia. Ada 10 doa permohonan yang diucapkan oleh Gereja demi kesejahteraan Gereja, bagi pewartaan iman dan bagi mereka yang miskin, menderita dan berkekurangan.
  • Penghormatan Salib Suci merupakan puncak liturgi Jumat Agung. Perayaan dipimpin oleh Imam Selebran dengan tiga seruan: “Lihatlah kayu salib….” dan membuka sedikit demi sedikit selubung yang menutupi Salib Kristus. Pembukaan selubung Salib Kristus ini melambangkan beberapa hal yang sangat dalam :
  1. Menunjukkan Sang Penyelamat yaitu Yesus Kristus yang telah rela berkorban sampai mati bagi kita semua, dan semestinya bersyukur karena mempunyai Penyelamat yang demikian dahsyat.
  2. Membuka kembali selubung / penghalang antara manusia dan Allah, karena oleh korban Yesus itu segala dosa manusia telah ditebus dan pengampunan Allah melimpah atas kita. Dosa yang menjadikan kita terpisah dari Allah, oleh korban Yesus, Allah berkenan melimpahkan kerahimannya pada manusia dan kita boleh kembali memandang Wajah Allah dan memperoleh harapan kembali bahwa kelak kita bersatu denganNya dalam kebahagiaan kekal.
  3. Membuka selubung penderitaan dan kematian, ialah bahwa salib dan penderitaan manusiawi kita memiliki sisi penebusan jika dilalui dengan setia dan berpegang teguh pada kehendak Allah. Maut / Kematian bukanlah lagi akhir dari segalanya (lihat makna Malam Paskah). Kematian kini hanyalah sebagai jalan yang (justru) menghantar kita kembali kepada Allah.
  4. Nyanyian Improperia. Selama penghormatan salib dilaksanakan oleh umat, dinyanyikan lagi “Improperia” berdasarkan teks Popule Meus, ialah suatu lagu Celaan bagi umat (kita semua) yang tidak tahu diri!! dimana kita menyalibkan sendiri Sang Mesias yang tidak memiliki salah apapun terhadap kita.
Hai umat apa salahku kepadaMu? 
Kapan Aku menyusahkanmu? 
Jawablah Aku.
     Kupukul para musuhmu, Kubuat tunduk padamu
     tetapi kini balasmu: kau pukuli kepalaKu
          Kujunjung kau tak terperi, Kuberi tongkat rajawi
          tetapi kini balasmu: mahkota duri yang ngeri
     Engkau lemah Aku kuatkan, engkau susah Aku hiburkan
     tetapi kini balasmu: kau sudah meninggalkan Aku
          Engkau salah Aku ampuni, kau jauh Aku hampiri
          tetapi kini balasmu: kau sudah mengingkariKu
     Kau mati Aku hidupkan, kau sakit Aku pulihkan
     tetapi kini balasmu: kau sudah menyalibkanKu


  • Sungguh suatu gubahan lagu yang mengharu biru, menusuk hati dan tiada taranya di keseluruhan liturgi Romawi. Dan memang lagu itu menggambarkan dengan baik dan benar tentang kejahatan, ketidakbenaran dan ketidaksetiaan kita semua, yang sering jatuh dalam dosa, yang menyebabkan Kristus harus menderita sedemikian keji dan ngeri.
  • Menghormati dan menyembah salib Kristus, kita mengungkapkan iman kita dalam tanda penebusan dan penyelamatan; sebagaimana Gereja berdoa dan mempersembahkan kepada Bapa surgawi Tubuh dan Darah PuteraNya seraya memohon anugerah Roh Kudus dalam iman dan pengharapan (doa epiklesis). Jadi penghormatan Salib mengungkapan iman, cinta dan pengharapan kita kepada Yesus Kristus; bukan sekedar kenangan bahwa Yesus sudah wafat di salib. Tindakan cinta dengan penuh iman dan pengharapan ini diungkapkan dengan cara mencium atau memberi kecupan pada salib Kristus, sebagaimana kecupan kasih sayang orang tua kepada anaknya atau kecupan cinta suami-istri.
  • Ritus Penutup: Imam menutup perayaan ini dengan mengulurkan kedua tangannya ke atas jemaat (= Berkat, tapi bukan dengan tanda salib besar, lihat keterangan di atas). Lalu dilanjutkan dengan perarakan keluar dalam keheningan, tanpa iringan lagu penutup atau membiarkan tetap dalam suasana “merenung dan berdoa”, berjaga-jaga lagi hingga malam paskah.
http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/