Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah, betapa bangunan itu dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus, “Apa yang kamu lihat di situ – akan datang harinya ketika tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Lalu mereka bertanya kepada Yesus, “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: ‘Akulah Dia,’ dan: ‘Saatnya sudah dekat.’ Janganlah kamu mengikuti mereka. Apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu takut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”
Ia berkata kepada mereka, “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang menakutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. (Luk 21:5-11)
Bacaan Pertama: Dan 2:31-45; Mazmur Tanggapan: Dan 3:57-61
Lalu mereka bertanya kepada Yesus, “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: ‘Akulah Dia,’ dan: ‘Saatnya sudah dekat.’ Janganlah kamu mengikuti mereka. Apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu takut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”
Ia berkata kepada mereka, “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang menakutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. (Luk 21:5-11)
Bacaan Pertama: Dan 2:31-45; Mazmur Tanggapan: Dan 3:57-61
“Apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu takut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” (Luk 21:9)
Kata-kata Yesus kepada para murid-Nya dapat terdengar seperti headlines di koran-koran hari ini. Kelihatannya, kemana saja kita melihat, kita akan menemukan laporan-laporan atau reportase tentang peperangan, kelaparan, kebingungan dan gejolak sosial. (Pada detik ini juga – ketika saya sedang mengetik di laptop saya – ada berita CNN tentang terjadinya penyerangan terhadap sebuah hotel di Mali, Afrika Barat oleh teroris.). Apabila kita menempatkan potongan-potongan berita tersebut secara benar, maka kita akan dibimbing dan sampai pada kesimpulan bahwa kita sungguh hidup dalam zaman akhir.
Namun Yesus sangat berhati-hati mengatakan kepada para murid-Nya agar tidak hanya mencari tanda-tanda yang dapat “meramalkan” kapan akhir zaman itu akan tiba. Kita melihat dari sejarah bahwa berabad-abad lalu keadaannya jauh lebih buruk dari zaman sekarang, dan akhir zaman belum tiba juga. Dalam artian tertentu, kita hidup dalam zaman akhir sejak hari Yesus naik ke surga. Yesus dapat kembali setiap saat, dan bagaimana pun kerasnya kita mencoba untuk memprediksi kedatangan-Nya, kita tidak pernah akan tahu.
Jadi, bagaimana kita tetap siap untuk menghadapi suatu peristiwa yang mungkin saja terjadi setelah kita meninggal dunia? Jawabannya sama sederhananya pada hari ini seperti 2000 tahun lalu, yaitu untuk tetap berada dekat dengan Yesus. Saudari dan Saudara yang berstatus menikah tentunya masih ingat saat-saat mereka jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ke mana-mana mereka selalu berdua, seakan ada perekat yang menyatukan mereka. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menarik perhatian seorang dari mereka berdua selain daripada kekasihnya itu, demikian pula sebaliknya. Jalan Yesus juga dapat dikatakan serupa. Yesus ingin menjadi kekasih kita. Ia ingin memenuhi imajinasi kita sehingga kita tidak menginginkan apa-apa lagi kecuali “beristirahat” dalam kasih-Nya dan menjadi bejana-bejana murni dari kasih-Nya kepada dunia di sekitar kita. Selagi ini terjadi, kita dapat menjadi yakin bahwa apa pun yang terjadi dalam dunia, Allah tetap memegang kendali/kontrol.
Ada contoh dalam sejarah: Fransiskus dari Assisi selalu asyik dengan Yesus karena begitu dekat relasinya dengan Dia: “Ia selalu asyik dengan Yesus: Yesus di dalam hatinya. Yesus di dalam mulutnya, Yesus di dalam telinganya, Yesus di dalam matanya, Yesus di dalam tangannya. Yesus di dalam anggota-anggotanya yang lain. … Seringkali kalau dia di tengah perjalanan berpikir atau bernyanyi tentang Yesus, ia lupa bahwa dia sedang dalam perjalanan. Lalu dia berhenti dan mengajak orang-orang segala umur untuk memuji Yesus. Dan karena dalam cinta kasihnya yang menakjubkan ia selalu mendukung dan menyimpan Yesus yang tersalib di dalam hatinya, maka di atas semua orang, ia ditandai secara amat mulia dengan tanda-Nya” (2 Celano 115).
Selagi kita berdoa setiap hari dan membaca serta merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci, walaupun hanya untuk lima atau sepuluh menit lamanya, kesulitan-kesulitan kita akan menyusut dan kita akan jatuh cinta dengan Yesus. Lalu, apakah Yesus datang kembali pada hari ini atau dalam sepuluh ribu tahun lagi, kita tetap akan siap untuk bertemu dengan-Nya dengan tangan-tangan terbuka.
Ref. Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.
Ayat. (Dan 3:57.58.59.60.61)
- Pujilah Tuhan, hai segala karya Tuhan.
- Pujilah Tuhan, hai segala malaikat Tuhan.
- Pujilah Tuhan, hai segenap langit.
- Pujilah Tuhan, hai segala air di atas langit.
- Pujilah Tuhan, segenap bala tentara Tuhan.
DOA:
Tuhan Yesus, Engkau mengenal diriku dan mengasihiku secara total dan lengkap sehingga tidak apa atau siapa pun yang harus kutakuti. Penuhilah diriku dengan diri-Mu sehingga dengan demikian pengharapanku beristirahat dalam damai-Mu, bukan dalam peristiwa-peristiwa dalam dunia.
Amin.