“Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Apakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan. (Luk 17:7-10)
Bacaan Pertama: Keb 2:23 – 3:9; Mazmur Tanggapan: 34:2-3,16-19
Kata-kata Yesus dalam Bacaan Injil di atas yang dialamatkan kepada para rasul terasa sangat keras. Yesus mengatakan kepada mereka bahwa walaupun mereka telah melakukan segala sesuatu yang diminta-Nya, mereka harus tetap menilai diri mereka sebagai hamba-hamba yang tidak berguna.
Bagaimana kita dapat menjelaskan kata-kata Yesus ini dalam terang kasih-Nya yang besar dan juga kepenuhpengertian-Nya yang besar? Kiranya kita mengetahui bahwa Injil Lukas adalah Injil tentang pengabdian yang total. Perumpamaan singkat ini mengingatkan kita agar tidak henti-hentinya bekerja untuk Kristus. Siapakah kita sehingga boleh begitu saja menghakimi dan mengkritisi Tuhan? Adalah sepenuhnya privilese-Nya untuk menuntut banyak dari kita masing-masing. Tugas kita adalah melakukan kehendak-Nya, melakukan pekerjaan yang diminta-Nya dari kita. Penekanan dari perumpamaan singkat di atas adalah dedikasi atau pengabdian. Kita bekerja apabila Tuhan memintanya, dan kita beristirahat apabila Dia menentukan begitu. Sesungguhnya kita tidak pernah dapat berhenti dan rileks dengan ide bahwa kita telah cukup melakukan segala sesuatu. Keputusan sepenuhnya tergantung pada Allah, Dialah yang menentukan!
Santo Paulus sangat memahami dedikasi total semacam ini. Sang Rasul tidak mencari-cari pujian secara istimewa, ganjaran atau sejenisnya. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus menulis, “… jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!” (1Kor 9:16).
Seperti dikatakan pada awal tulisan ini, kata-kata Yesus ini dialamatkan kepada para rasul. Mereka baru saja memberitahukan kepada-Nya tentang kebutuhan akan suatu peningkatan dalam iman, jika mereka benar-benar mau mengikuti segala perintah-Nya. Ingatlah kata-kata para rasul kepada Yesus: “Tambahkanlah iman kami!” (Luk 17:5). Jawaban Yesus sederhana saja, jawaban mana berisikan tuntutan-Nya akan dedikasi total, seakan-akan Ia berkata: “Jika engkau menaruh kepercayaan pada-Ku, lakukanlah segala sesuatu yang Aku minta, imanmu kepada-Ku pun akan bertumbuh; itu sudah cukup.”
Kita (anda dan saya) adalah para rasul pada zaman modern ini. Yesus juga mengharapkan “dedikasi total” dari kita masing-masing. Kita tidak dapat bekerja dan beristirahat “semau gue”. Sesungguhnya kita tidak pernah melakukan sesuatu yang luarbiasa dalam melakukan karya pelayanan seturut perintah-Nya, walaupun seandainya kita telah melakukan apa saja yang diminta/diperintahkan-Nya kepada kita masing-masing. Kita harus bekerja demi kemajuan Kerajaan Allah dan menempatkan rasa percaya kita ke dalam tangan-tangan Yesus yang penuh kasih. Menjelang saat kematiannya, Santo Fransiskus dari Assisi memberi pesan kepada para saudaranya: “Aku telah melakukan apa yang mesti kulakukan, biarlah Kristus mengajar kamu apa yang harus kamu lakukan selanjutnya” (Legenda Maior XIV:3; bdk. 2Celano 214).
Bacaan Pertama: Keb 2:23 – 3:9; Mazmur Tanggapan: 34:2-3,16-19
Kata-kata Yesus dalam Bacaan Injil di atas yang dialamatkan kepada para rasul terasa sangat keras. Yesus mengatakan kepada mereka bahwa walaupun mereka telah melakukan segala sesuatu yang diminta-Nya, mereka harus tetap menilai diri mereka sebagai hamba-hamba yang tidak berguna.
Bagaimana kita dapat menjelaskan kata-kata Yesus ini dalam terang kasih-Nya yang besar dan juga kepenuhpengertian-Nya yang besar? Kiranya kita mengetahui bahwa Injil Lukas adalah Injil tentang pengabdian yang total. Perumpamaan singkat ini mengingatkan kita agar tidak henti-hentinya bekerja untuk Kristus. Siapakah kita sehingga boleh begitu saja menghakimi dan mengkritisi Tuhan? Adalah sepenuhnya privilese-Nya untuk menuntut banyak dari kita masing-masing. Tugas kita adalah melakukan kehendak-Nya, melakukan pekerjaan yang diminta-Nya dari kita. Penekanan dari perumpamaan singkat di atas adalah dedikasi atau pengabdian. Kita bekerja apabila Tuhan memintanya, dan kita beristirahat apabila Dia menentukan begitu. Sesungguhnya kita tidak pernah dapat berhenti dan rileks dengan ide bahwa kita telah cukup melakukan segala sesuatu. Keputusan sepenuhnya tergantung pada Allah, Dialah yang menentukan!
Santo Paulus sangat memahami dedikasi total semacam ini. Sang Rasul tidak mencari-cari pujian secara istimewa, ganjaran atau sejenisnya. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus menulis, “… jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!” (1Kor 9:16).
Seperti dikatakan pada awal tulisan ini, kata-kata Yesus ini dialamatkan kepada para rasul. Mereka baru saja memberitahukan kepada-Nya tentang kebutuhan akan suatu peningkatan dalam iman, jika mereka benar-benar mau mengikuti segala perintah-Nya. Ingatlah kata-kata para rasul kepada Yesus: “Tambahkanlah iman kami!” (Luk 17:5). Jawaban Yesus sederhana saja, jawaban mana berisikan tuntutan-Nya akan dedikasi total, seakan-akan Ia berkata: “Jika engkau menaruh kepercayaan pada-Ku, lakukanlah segala sesuatu yang Aku minta, imanmu kepada-Ku pun akan bertumbuh; itu sudah cukup.”
Kita (anda dan saya) adalah para rasul pada zaman modern ini. Yesus juga mengharapkan “dedikasi total” dari kita masing-masing. Kita tidak dapat bekerja dan beristirahat “semau gue”. Sesungguhnya kita tidak pernah melakukan sesuatu yang luarbiasa dalam melakukan karya pelayanan seturut perintah-Nya, walaupun seandainya kita telah melakukan apa saja yang diminta/diperintahkan-Nya kepada kita masing-masing. Kita harus bekerja demi kemajuan Kerajaan Allah dan menempatkan rasa percaya kita ke dalam tangan-tangan Yesus yang penuh kasih. Menjelang saat kematiannya, Santo Fransiskus dari Assisi memberi pesan kepada para saudaranya: “Aku telah melakukan apa yang mesti kulakukan, biarlah Kristus mengajar kamu apa yang harus kamu lakukan selanjutnya” (Legenda Maior XIV:3; bdk. 2Celano 214).
DOA:
Tuhan Yesus, kami adalah hamba-hamba-Mu yang tak berguna. Yang kami telah lakukan tidaklah lebih daripada tugas yang Kauberikan kepada kami. Namun, kami menaruh kepercayaan kepada-Mu untuk meningkatkan iman dan kasih kami.
Amin.