Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

13 November 2015

Perempuan Yang Penuh Ketekunan

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXII – Sabtu, 14 November 2015)
Keluarga besar Fransiskan: Peringatan S. Nikolaus Tavelic, Imam. Martir 

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Yesus menyampaikan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa. Kata-Nya, “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan, “Perhatikanlah apa yang dikatakan hakim yang tidak adil itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Apakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?” (Luk 18:1-8)

Bacaan Pertama: Keb 18:14-16,19:6-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 105:2-3,36-37,42-43
Santa Marie Marguerite d’Youville [1701-1771] adalah orang kudus kelahiran Kanada yang pertama. Ia lahir di Varennes, Quebec pada tanggal 15 Oktober 1701. Ia dibeatifikasikan oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1959 dan dikanonisasikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1990. Orang kudus ini pasti mengetahui bagaimana kiranya “selalu berdoa tanpa jemu-jemu” (Luk 18:1). Seperti sang janda dalam perumpamaan Yesus di atas, Marguerite penuh ketetapan hati dan ketekunan – dan dirinya pun seorang janda.

Ayahnya meninggal dunia ketika Marguerite masih kecil. Walaupun hidup dalam kemiskinan, pada usia 11 tahun dia mampu masuk biara Ursulin selama dua tahun sebelum pulang ke rumah untuk mengajar adik-adiknya. Pada tahun 1722, di Montreal, Marguerite menikah dengan François d’Youville, seorang bootlegger yang bekerja menjual miras secara ilegal kepada orang-orang Indian. Dari perkawinan ini mereka dikaruniai 6 orang anak, namun ternyata perkawinan mereka jauh dari sempurna. Pada tahun 1730, suaminya meninggal dunia. Pada usia 30 tahun, Marguerite telah kehilangan bapaknya, suaminya dan 4 orang anaknya yang meninggal ketika masih kecil-kecil. Marguerite mengalami pembaharuan rohani selama hidup perkawinannya dan hal ini berlanjut setelahnya juga. Dalam penderitaannya, dia bertumbuh dalam kepercayaannya akan kehadiran Allah dalam hidupnya dan akan kasih-Nya yang penuh kelembutan bagi setiap pribadi manusia. Pada gilirannya, Marguerite ingin agar kasih penuh belarasa dari Allah dikenal oleh orang-orang lain. Ia melakukan banyak karya karitatif dengan rasa percaya yang lengkap-total akan Allah yang dikasihinya sebagai “seorang” ayah yang baik.

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Rasa percaya Marguerite pada pemeliharaan penuh kasih dari Bapa surgawi dan doa syafaat yang dilakukannya dengan penuh keyakinan adalah hal-hal penting dalam hidupnya. Setelah kematian suaminya, Marguerite melakukan berbagai pekerjaan karitatif dengan menaruh kepercayaan total-lengkap kepada kebaikan Allah. Sementara itu dia membiayai pendidikan dua orang anak laki-lakinya, dua-duanya kemudian menjadi imam. Sementara itu dia menerima seorang perempuan buta ke dalam rumahnya.

Kemudian tiga orang perempuan datang bergabung dengannya dan bersama-sama mereka melakukan pelayanan terhadap orang-orang sakit dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan lainnya, … “orang miskin”. Pada tanggal 31 Desember 1737 empat orang perempuan itu berjanji kepada Allah untuk melayani-Nya dalam diri orang-orang miskin, … dan ini terjadi di kota Montreal pada abad ke-18. Seperti halnya sang janda dalam perumpamaan Yesus di atas yang mencari keadilan dari seorang hakim yang tidak adil … “tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun” (Luk 18:2-5), Marguerite harus tekun dalam mengajukan permohonannya kepada lembaga hukum di Montreal itu – termasuk para pejabat gerejawi – guna membela karya karitatif kelompoknya.

Marguerite dan kawan-kawan. dengan penuh ketekunan terus melayani orang-orang miskin walaupun menghadapi tidak sedikit halangan. Ketika dia berada dalam kondisi kurang sehat dan sedang berduka karena kematian salah seorang rekannya meninggal dunia, rumah mereka terbakar. Peristiwa ini tidak mengecilkan hati Marguerite, melainkan justru memperkuat komitmennya terhadap orang-orang miskin. Pada tanggal 2 Februari 1745, Marguerite dan 2 orang rekannya berikrar untuk mulai kepemilikan bersama agar mampu menolong lebih banyak orang lagi yang membutuhkan pertolongan. Dua tahun kemudian, Marguerite yang sudah dikenal sebagai “Ibunda orang-orang miskin” (mother of the poor), diminta untuk menjadi direktur dari Charon Brothers Hospital di Montreal yang sedang menuju kebangkrutan karena terlalu banyak berutang.

Pada waktu dipercayakan pengelolaan rumah sakit tersebut, Marguerite memohon kepada Allah untuk menyediakan segala sesuatu untuk proyek yang baru ini. Sebagai akibatnya, rumah sakit tersebut bertambah baik. Sekali peristiwa, setelah memeriksa pembukuan rumah sakit tersebut, Marguerite menemukan bahwa dia hanya mempunyai sekeping uang logam perak kecil di dalam sakunya. Pada saat itu seorang perempuan miskin datang untuk mengklaim “upah”-nya merawat seorang bayi yang ditinggal di rumah komunitas mereka – jumlahnya/nilainya tepat sama dengan uang logam perak yang ada dalam sakunya. Ketika Marguerite merogoh sakunya untuk membayar perempuan miskin itu, ternyata ada banyak uang logam dalam sakunya. Marguerite menjadi terkagum-kagum. Ia merogoh kantongnya yang satu lagi, dan sungguh mengagumkan, … ada banyak lagi uang logam!

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Dengan pertolongan rahmat Allah, Marguerite dan para saudarinya membangun kembali rumah sakit tersebut dan mereka merawat orang-orang yang sangat menderita. Dengan pertolongan para saudarinya/susternya dan orang-orang yang menjadi kolaborator, Marguerite meletakkan fondasi pelayanan kepada orang-orang miskin dengan segala macam bentuknya.

Rumah sakit yang dikelola oleh Marguerite dan rekan-rekannya menjadi tempat kelahiran sebuah tarekat religius baru, ketika – setelah bertahun-tahun bertekun dalam doa – dia dan rekan-rekannya diakui sebagai sebuah kongregasi religius. Dengan demikian, lahirlah “the Sisters of Charity of Montreal” (Suster-Suster Kharitas dari Montreal), juga dikenal sebagai “the Grey Nuns” (Para biarawati berbaju warna abu-abu).

Pada tahun 1765, rumah sakit tersebut terbakar, namun tidak ada apa atau siapa pun yang dapat merusak iman penuh keberanian dari Marguerite. Pada usia 64 tahun dia memimpin rekonstruksi bangunan untuk orang-orang miskin yang menderita tersebut. Marguerite meninggal dunia pada tanggal 23 Desember 1771, dan senantiasa dikenang sebagai seorang ibu penuh kasih yang melayani Kristus dalam diri orang-orang miskin.

Yesus mengajar kita untuk berdoa dengan penuh ketekunan. Jika seorang hakim yang tidak adil pada akhirnya “menyerah” kepada ketekunan seorang janda miskin, maka tentunya lebih-lebih lagi Bapa surgawi yang penuh belas kasih dalam menanggapi permohonan kita. Kehidupan Santa Marie Marguerite d’Youville menjamin kita bahwa kita sungguh dapat mengandalkan Bapa surgawi yang sangat mengasihi kita untuk memelihara kita selagi kita menyampaikan kepada-Nya berbagai kebutuhan kita dalam doa-doa kita yang penuh iman.

DOA: 
Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kuucapkan kepada-Mu karena demikian besar kasih-Mu kepadaku dan orang-orang lain. Tolonglah diriku agar mau dan mampu menaruh kepercayaan kepada-Mu dan dengan penuh keyakinan hidup sebagai seorang pribadi seturut kehendak-Mu pada waktu Engkau menciptakan diriku, yaitu sebagai seorang anak dari “seorang” Allah yang Mahapemurah, yang sangat memperhatikan segala kebutuhan semua anak-Nya. 
Amin.