Kemudian Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apa ini yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungjawaban atas apa yang engkau kelola, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak kuat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Terimalah surat hutangmu, duduklah dan tulislah segera: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Terima surat hutangmu, dan tulislah: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.” (Luk 16:1-8)
Bacaan Pertama: Rm 15:14-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1-4
Alkisah ada seorang eksekutif sebuah perusahaan – katakanlah namanya Edwin – yang dipercayakan dengan kontrak-kontrak perusahaan paling besar dan memiliki otoritas untuk mengelola uang perusahaan dalam jumlah yang besar. Keberhasilan Edwin mencapai posisi eksekutif dengan tanggung jawab besar ini tidak dapat dilepaskan dari kerja kerasnya selama lebih dari 7 tahun di perusahaan tersebut. Sebagai akibat dari keberhasilan dalam karirnya, Edwin hidup nyaman dengan status sosial yang baik. Kemudian, Direktur Utama merangkap pemegang saham perusahaan mendengar desas desus yang kurang/tidak baik tentang Edwin. Sekarang integritas Edwin dipertanyakan dan dalam waktu yang relatif singkat jabatannya akan diisi oleh salah seorang pejabat senior lainnya. Tidak ada banyak perusahaan yang menawarkan lowongan kerja untuk tingkat eksekutif seperti yang dijabat oleh Edwin. Lagipula Edwin tidak memiliki keterampilan teknis untuk sukses dalam bidang-bidang lainnya. Sementara itu keluarganya tidak dapat melakukan adjustment dengan mudah dalam menanggapi perubahan seperti itu. Pendeknya, dunia seakan berantakan di mata Edwin. Apakah yang harus dilakukannya?
Edwin tidak dapat mengambil uang dalam jumlah banyak untuk kepentingan pribadinya, karena sang direktur utama sudah menaruh curiga terhadap dirinya. Sang direktur utama juga sudah siap untuk bertindak tegas. Nah, Edwin hanya memiliki waktu satu minggu saja untuk melakukan sesuatu, artinya dia harus bertindak super-cepat. Dalam waktu satu jam mendatang Edwin ada appointment dengan seorang pelanggan (debitur) guna mendiskusikan utang yang harus dibayarnya. Tiba-tiba Edwin mendapat ide brilian. Mengapa dia tidak merancang suatu deal yang tidak terlalu “menekan/memberatkan” pelanggan terbesar perusahaannya? Misalnya, dengan menghapuskan jumlah komisi bagi dirinya dan laba bagi perusahaannya. Perusahaannya akan mendapatkan kembali “pokok” utang, dan Edwin juga memperoleh “kawan baru” yang memang sangat dibutuhkannya. Edwin berpikir, “Biarlah merugi dalam jangka pendek, guna menjamin suatu pekerjaan apabila diriku dipecat.” Harus kita akui di sini, bahwa yang ada dalam pikiran Edwin adalah memang suatu ide yang brilian.
Cerita di atas pada hakekatnya adalah mengisahkan kembali (dalam konteks yang lebih modern) tentang “perumpamaan Yesus tentang si eksekutif atau manajer yang lihai”. Dalam perumpamaan ini, Yesus kembali (Luk 12:13-34) kepada pertanyaan tentang kekayaan dan mengajar para pengikut-Nya tentang penggunaan uang secara bijaksana.
Etika dari Edwin dalam cerita di atas jelas buruk, namun etika bukanlah fokus dari pengajaran Yesus kali ini. Yesus memuji si bendahara/manajer karena dia menganalisis sikon yang dihadapinya dengan cermat dan bertindak dengan cepat untuk mengambil keuntungan bagi masa depan dirinya.
Sebagai umat Kristiani, kita mengetahui tentang hidup kekal dan kebenaran-kebenaran yang harus membentuk keputusan-keputusan kita di sini dan pada saat ini. Pada waktu kita harus bekerja guna mencapai keselamatan kita – artinya hidup kita di atas bumi – apakah kita – seperti juga si bendahara/manajer – melihat inti-pokok masalahnya sejernih yang dilakukan oleh si bendahara/manajer? Apakah kita akan menindak-lanjutinya dengan tindakan-tindakan yang menjamin posisi masa depan kita dalam surga?
DOA:
Yesus, ajarlah aku agar dapat menggunakan uangku dengan bijaksana. Berikanlah kepadaku hati untuk mengkomit uang dan waktu yang ada padaku hanya bagi proyek-proyek yang akan mengagungkan nama-Mu. Tanamkanlah dalam hatiku setiap hari kepastian tentang kehidupan kekal bagiku, dan berikanlah kepadaku ketetapan hati untuk menjalani kehidupan di dunia ini sambil menatap surga yang ada di depanku.
Amin.