Tetapi yang benar ialah bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan bahwa “segala sesuatu telah ditaklukkan”, maka teranglah bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua (1Kor 15:12-34, khususnya 20-28).
Bacaan Pertama: 2Mak 12:43-46; Mazmur Tanggapan: Mzm 130:1-8; Bacaan Injil: Yoh 6:37-40
“Peringatan Arwah Semua Orang Beriman” mengingatkan kita bahwa setiap orang Kristiani ikut ambil bagian dalam kemenangan Yesus atas maut. Kenyataan bahwa kita pada suatu hari kelak akan bergabung dalam perkumpulan mereka yang sudah mati mendahului kita seharusnya tidak membuat kita takut dan gentar, karena kita tahu – dalam iman – bahwa sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (1Kor 15:22).
Allah tidak meninggalkan kita berjalan tanpa arah di dunia ini, tanpa pengharapan atau tujuan. Ia menciptakan kita demi suatu tujuan yang jauh lebih besar daripada yang biasa kita anggap dalam keterbatasan kita sebagai makhluk yang hidup di dunia ini. Kita tidak hanya akan hidup kembali, pada akhir zaman kita akan melihat pernyataan penuh dari kemuliaan Allah Bapa. Walaupun penebusan kita telah dicapai di atas kayu salib, pada hari besar tatkala Yesus “menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa,” kemenangan-Nya akan sepenuhnya dinyatakan (1Kor 15:24). Dosa, penderitaan dan maut – “musuh yang terakhir” – akan dibinasakan (Lihat 1Kor 15:26). Segala sesuatu yang menyusahkan, membuat bingung, atau hal-hal yang telah menggoda kita sekarang akan dibuang jauh-jauh, supaya Allah menjadi semua di dalam semua (1Kor 15:28).
Bahkan sekarang pun, selagi kita merindukan pemenuhan rencana Allah, kita dapat dipenuhi dengan pengharapan akan suatu kehidupan penuh sukacita di hadapan hadirat Allah. Pengharapan inilah yang memberi kita keyakinan untuk berdoa bagi arwah semua orang beriman, sebagaimana para anggota Gereja telah melakukannya sejak awal-awal sejarahnya. Dalam kepercayaan penuh pada belas kasihan kerahiman Allah, kita berdoa agar mereka yang telah meninggal dunia dalam ketidak sempurnaan dapat dimurnikan secara lebih dalam lagi dan dibuat siap untuk berjumpa dengan sang Mempelai Laki-laki – untuk melihat Allah muka ketemu muka.
Mendoakan mereka yang telah mendahului kita sudah ada dalam tradisi Gereja sejak awal. Salah contoh adalah doa dari Sirilus (315-386), uskup Yerusalem. Beliau mendoakan orang-orang yang telah mendahuluinya, teristimewa dalam perayaan Ekaristi. Doa syafaat seperti ini mungkin dilakukan karena ada kebersatuan antara semua orang beriman milik Kristus dengan Kristus sendiri, suatu persatuan yang tidak dapat dipatahkan, bahkan oleh kematian sekali pun.
Bacaan Pertama: 2Mak 12:43-46; Mazmur Tanggapan: Mzm 130:1-8; Bacaan Injil: Yoh 6:37-40
“Peringatan Arwah Semua Orang Beriman” mengingatkan kita bahwa setiap orang Kristiani ikut ambil bagian dalam kemenangan Yesus atas maut. Kenyataan bahwa kita pada suatu hari kelak akan bergabung dalam perkumpulan mereka yang sudah mati mendahului kita seharusnya tidak membuat kita takut dan gentar, karena kita tahu – dalam iman – bahwa sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (1Kor 15:22).
Allah tidak meninggalkan kita berjalan tanpa arah di dunia ini, tanpa pengharapan atau tujuan. Ia menciptakan kita demi suatu tujuan yang jauh lebih besar daripada yang biasa kita anggap dalam keterbatasan kita sebagai makhluk yang hidup di dunia ini. Kita tidak hanya akan hidup kembali, pada akhir zaman kita akan melihat pernyataan penuh dari kemuliaan Allah Bapa. Walaupun penebusan kita telah dicapai di atas kayu salib, pada hari besar tatkala Yesus “menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa,” kemenangan-Nya akan sepenuhnya dinyatakan (1Kor 15:24). Dosa, penderitaan dan maut – “musuh yang terakhir” – akan dibinasakan (Lihat 1Kor 15:26). Segala sesuatu yang menyusahkan, membuat bingung, atau hal-hal yang telah menggoda kita sekarang akan dibuang jauh-jauh, supaya Allah menjadi semua di dalam semua (1Kor 15:28).
Bahkan sekarang pun, selagi kita merindukan pemenuhan rencana Allah, kita dapat dipenuhi dengan pengharapan akan suatu kehidupan penuh sukacita di hadapan hadirat Allah. Pengharapan inilah yang memberi kita keyakinan untuk berdoa bagi arwah semua orang beriman, sebagaimana para anggota Gereja telah melakukannya sejak awal-awal sejarahnya. Dalam kepercayaan penuh pada belas kasihan kerahiman Allah, kita berdoa agar mereka yang telah meninggal dunia dalam ketidak sempurnaan dapat dimurnikan secara lebih dalam lagi dan dibuat siap untuk berjumpa dengan sang Mempelai Laki-laki – untuk melihat Allah muka ketemu muka.
Mendoakan mereka yang telah mendahului kita sudah ada dalam tradisi Gereja sejak awal. Salah contoh adalah doa dari Sirilus (315-386), uskup Yerusalem. Beliau mendoakan orang-orang yang telah mendahuluinya, teristimewa dalam perayaan Ekaristi. Doa syafaat seperti ini mungkin dilakukan karena ada kebersatuan antara semua orang beriman milik Kristus dengan Kristus sendiri, suatu persatuan yang tidak dapat dipatahkan, bahkan oleh kematian sekali pun.
DOA:
Bapa surgawi, Engkau adalah sumber kehidupan segala makhluk. Iman-kepercayaan kami telah Kauteguhkan dengan kebangkitan Putera-Mu dari antara orang mati. Teguhkanlah juga pengharapan kami dalam menantikan kebangkitan para hamba-Mu.
Amin.