Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa, semuanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Lalu bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Orang ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka, “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab aku telah menemukan dombaku yang hilang itu. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”
“Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu dirham, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab aku telah menemukan dirhamku yang hilang itu. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Luk 15:1-10)
“Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu dirham, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab aku telah menemukan dirhamku yang hilang itu. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Luk 15:1-10)
Bacaan Pertama: Rm 14:7-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1,4,13-14
Kadang-kadang sulitlah bagi kita untuk percaya bahwa Yesus menilai kita masing-masing sedalam seorang gembala yang menilai domba-dombanya atau seorang janda yang menilai uang dirhamnya yang hilang. Namun pada kenyataannya kita adalah memang sangat berharga di mata-Nya. Seperti sang gembala yang meninggalkan 99 ekor domba untuk mencari seekor yang hilang, maka Yesus pun akan meninggalkan setiap orang di belakang guna menyelamatkan satu jiwa yang sedang “salah jalan” pada hari ini.
Apakah kita (anda dan saya) percaya bahwa setiap pribadi di atas bumi ini diciptakan menurut gambar dan rupa Allah? (lihat Kej 1:26,27). Setiap pribadi manusia tak ternilai harganya di mata Allah, betapa keras kepalanya sekalipun orang itu dalam melawan pesan Kabar Baik (Injil) Yesus Kristus, walaupun betapa berdosa mereka menurut pandangan kita. Jalan Yesus bukanlah “jalan pintas” – Ia memanggul salib-Nya sampai ke Golgota dan di salibkan di bukit itu untuk menebus kita semua – bahkan orang-orang miskin, orang-orang buangan/termarjinalisasi, orang-orang yang tidak masuk hitungan. Kebenaran ini dapat menjadi suatu sumber kepercayaan diri bagi kita, dan suatu sumber belarasa sejati terhadap orang-orang lain. Jika Yesus mengasihi setiap orang dengan begitu mendalam, maka bukankah kita pun harus memiliki hasrat untuk melihat orang-orang lain direstorasikan agar menjadi pribadi-pribadi yang utuh dan bermartabat?
Apakah kita (anda dan saya) percaya bahwa setiap pribadi di atas bumi ini diciptakan menurut gambar dan rupa Allah? (lihat Kej 1:26,27). Setiap pribadi manusia tak ternilai harganya di mata Allah, betapa keras kepalanya sekalipun orang itu dalam melawan pesan Kabar Baik (Injil) Yesus Kristus, walaupun betapa berdosa mereka menurut pandangan kita. Jalan Yesus bukanlah “jalan pintas” – Ia memanggul salib-Nya sampai ke Golgota dan di salibkan di bukit itu untuk menebus kita semua – bahkan orang-orang miskin, orang-orang buangan/termarjinalisasi, orang-orang yang tidak masuk hitungan. Kebenaran ini dapat menjadi suatu sumber kepercayaan diri bagi kita, dan suatu sumber belarasa sejati terhadap orang-orang lain. Jika Yesus mengasihi setiap orang dengan begitu mendalam, maka bukankah kita pun harus memiliki hasrat untuk melihat orang-orang lain direstorasikan agar menjadi pribadi-pribadi yang utuh dan bermartabat?
Beata Bunda Teresa dari Kalkuta pernah berkata, “Yesus datang untuk bertemu dengan kita. Guna menyambut Dia, marilah kita pergi menemui-Nya.” Yesus datang tidak hanya dalam kehangatan suatu waktu doa yang baik, melainkan juga dalam rupa seorang yang lapar, seorang yang sedang sunyi-sepi-sendiri, seorang penderita narkoba atau HIV-AIDS, seorang yang membutuhkan pertolongan, dlsb. Dia datang kepada kita dalam diri seorang anggota keluarga yang merasa diabaikan dan kurang diperhatikan. Ia datang kepada kita dalam diri seorang pengemis di sudut jalan dlsb. Apakah kita mengenali kehadiran-Nya? Bunda Teresa dari Kalkuta menulis, “Orang-orang miskin datang kepada kita. Kita harus sadar akan kehadiran mereka agar dapat mengasihi mereka.”
Manakala kita mengenali orang-orang yang membutuhkan pertolongan, kita dapat menanggapi kebutuhan mereka seturut kemampuan yang kita miliki. Tentu kita semua mempunyai sumber daya yang terbatas, namun kita mempunyai sesuatu yang dapat kita berikan kepada setiap orang: doa kita. Apakah ada seseorang yang lapar, telanjang, tidak mempunyai tempat berteduh? Dalam hal ini kita dapat memohon kepada Bapa surgawi yang memiliki sumber daya berlimpah agar menyediakan makanan, pakaian dan tempat berteduh. Apakah ada seseorang yang menderita sakit atau sedang ketagihan narkoba? Dalam hal ini kita dapat memanggil dan memohon pertolongan dari sang Dokter ilahi. Kita pun dapat melakukan pertempuran atau perang roh bagi mereka yang sedang menderita. Selagi kita melakukan semua itu kita akan bertemu dengan Yesus – dan demikian pula dengan orang-orang yang kita doakan.
Manakala kita mengenali orang-orang yang membutuhkan pertolongan, kita dapat menanggapi kebutuhan mereka seturut kemampuan yang kita miliki. Tentu kita semua mempunyai sumber daya yang terbatas, namun kita mempunyai sesuatu yang dapat kita berikan kepada setiap orang: doa kita. Apakah ada seseorang yang lapar, telanjang, tidak mempunyai tempat berteduh? Dalam hal ini kita dapat memohon kepada Bapa surgawi yang memiliki sumber daya berlimpah agar menyediakan makanan, pakaian dan tempat berteduh. Apakah ada seseorang yang menderita sakit atau sedang ketagihan narkoba? Dalam hal ini kita dapat memanggil dan memohon pertolongan dari sang Dokter ilahi. Kita pun dapat melakukan pertempuran atau perang roh bagi mereka yang sedang menderita. Selagi kita melakukan semua itu kita akan bertemu dengan Yesus – dan demikian pula dengan orang-orang yang kita doakan.
DOA:
Yesus, aku mengetahui bahwa Engkau menghitung setiap pribadi sebagai milik-Mu yang tak ternilai harganya. Buatlah diriku, ya Tuhan, agar mau dan mampu menaruh perhatian terhadap berbagai kebutuhan orang-orang yang berada di sekelilingku. Tolonglah aku untuk membuka tangan-tanganku guna melayani dan membuka hatiku untuk melakukan doa-doa syafat (pengantaraan) bagi orang-orang yang memerlukan.
Amin.