Kalau Anda mengaku kepada pasangan Anda bahwa Anda menjadikannya pelarian Anda dari (pasangan) masa lalu, kira-kira bagaimana reaksi orang itu? Saya yakin bahwa ekspresi umum yang akan muncul adalah kecewa. Kecewa karena apa? Karena ternyata Anda datang kepada orang itu dengan tidak tulus hati.
Kata “tempat pelarianku” disebutkan tiga kali dalam Alkitab dan ketiga-tiganya berasal dari terjemahan “refuge” (tempat perlindungan). Alkitab mencatat bahwa Kedesh dan Hebron pernah dijadikan orang Israel sebagai kota-kota perlindungan bagi yang mereka yang sudah berbuat salah dan ingin terlepas dari para penuntut tebusan darah. Tempat-tempat itu menjadi tempat pelarian para pembunuh yang ingin bertahan hidup. Dan seperti tempat-tempat perlindungan itu, Allah pun bersedia menjadi tempat pelarian kita.
Allah bisa saja kecewa karena kita menjadikan-Nya sebagai tempat pelarian di saat kita butuh, tetapi Allah kita rela menjadi tempat perlindungan siapapun yang datang dan meminta perlindungan dari-Nya. Tidak seperti manusia yang kadang mengungkit-ungkit masalah, Allah kita bisa melupakan segala pelanggaran serta kesalahan kita di masa lalu, dan menerima kita. Dia adalah tempat pelarian yang sempurna, dan selagi masih ada kesempatan, jangan ragu untuk datang kepada-Nya.
Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku.
(Mazmur 59:17)