Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

16 November 2015

Pertobatan Sejati Senantiasa Diikuti Dengan Perbuatan Baik

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Elisabet dr Hungaria – Selasa, 17 Nop. 2015)
Keluarga Besar Fransiskan: Pesta S. Elisabet dr Hungaria, Pelindung OFS 

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Ia pun berlari mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata kepadanya, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Melihat hal itu, semua orang mulai bersungut-sungut, katanya, “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, lihatlah, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada seisi rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”  (Luk 19:1-10) 

Bacaan Pertama: 2Mak 6:18-31; 
Mazmur Tanggapan: Mzm 4:2-7

Cerita tentang pertobatan Zakheus ini hanya terdapat dalam Injil Lukas dan merupakan salah satu cerita favorit saya pribadi. Dalam setiap Misa pemberkatan rumah, dibacakanlah Injil ini, sejalan dengan ucapan Yesus dalam perikop ini (Luk 19:19). Sebagai seorang pribadi dengan latar belakang ekonomi/akuntasi, ayat Luk 19:8 sungguh menarik dan pada saat sama mengusik hatiku yang terdalam: “Jadi apa kiranya Zakheus setelah pertobatannya?”

Belas kasih  Allah dapat memberikan kepada kita suatu harapan yang dapat mengangkat kita ke hadirat Allah. Walaupun Kitab Suci melihat dosa sebagai sesuatu yang melawan Allah, narasi Lukas tentang pertobatan Zakheus menunjukkan dengan jelas bahwa dalam Kristus Yesus, sikap Allah yang utama terhadap orang-orang yang bertobat dari dosa-dosa mereka adalah belas kasih dan pengampunan.

Zakheus sendiri tidak sampai melihat bahwa keinginan-tahunya tentang Yesus akan memimpinnya kepada suatu perubahan hidup. Yesus “datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10). Motif sang kepala pemungut cukai, walaupun belum merupakan pertobatan sejati, merupakan sebuah pintu yang terbuka melalui mana Yesus akan masuk. Yesus mulai mencari orang kaya ini dengan menyatakan kepadanya belas kasih Allah. Orang-orang pada umumnya membenci Zakheus dan orang-orang seperti dirinya karena mereka merupakan para kolaborator dengan pihak bangsa Roma yang menjajah negeri Yahudi itu. Yesus mengejutkan setiap orang dengan mengundang diri-Nya sendiri untuk menginap di rumah orang yang dibenci rakyat itu. Keterbukaan sikap Yesus tidak ragu lagi merupakan daya yang menarik dirinya kepada-Nya, dan Zakheus pun mulai mengalami perubahan. “Orang berdosa” ini menerima Yesus dengan sukacita, sementara banyak orang malah menggerutu (Luk 19:6-7).

Diri Yesus dipenuhi kesabaran penuh pengharapan akan apa yang dapat dilakukan Allah dalam kehidupan seorang pendosa yang bertobat. Yesus tidak menjadi ciut hati dengan kehidupan dosa orang ini, karena Dia mengetahui bahwa “apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah” (Luk 18:27). Dengan kehadiran Yesus Kristus, sesuatu yang terasa sangat tidak mungkin – pertobatan seorang pendosa kelas kakap seperti Zakheus – menjadi kenyataan. Zakheus menunjukkan pertobatannya yang sejati lewat tindakannya; dalam sukacita dia memberikan separuh dari harta-kekayaannya kepada orang miskin (Luk 19:8). Perbuatan/tindakan seperti ini merupakan tanda dari suatu pertobatan batin melalui suatu relasi dengan Yesus Kristus.

Bilamana kita melihat dosa dalam diri kita sendiri atau dalam dunia, tanggapan kita dapat berupa keputus-asaan dan ketiadaan pengharapan; bahkan kita dapat tergoda untuk berpikir bahwa tidak ada harapan samasekali. Akan tetapi hati Allah penuh dengan hasrat untuk memberikan pengampunan dan mengubah diri kita.

Pada hari ini kita didesak untuk menerima keselamatan yang dibawa oleh Yesus. Selagi kita menyerahkan diri kepada-Nya dengan penuh sukacita, maka perbuatan-perbuatan belas kasih kita tidak lagi sekadar merupakan tugas-tugas yang dilakukan untuk menyenangkan Allah yang jauh di sana. Sebaliknyalah, tindakan-tindakan kasih ini merupakan kesaksian kepada dunia bahwa Yesus Kristus hadir dalam hati kita.

Ref. Tuhanlah yang menopang aku.
Ayat. (Mzm 4:2-3.4-5.6- 7)

  1. Ya Tuhan, betapa banyak lawanku! Betapa banyak orang yang bangkit menyerang aku; banyak orang berkata tentang aku, "Baginya tidak ada pertolongan dari Allah."
  2. Tetapi, Tuhan, Engkaulah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku, Engkaulah yang mengangkat kepalaku! Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus.
  3. Maka, aku dapat membaringkan diri, dan tertidur; dan kemudian bangun lagi sebab Tuhan menopangku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang mengepung aku dari segala penjuru.
DOA: 
Tuhan Yesus, aku ingin mengenal Engkau lebih mendalam lagi. Datanglah, ya Tuhan, dan penuhilah hidupku dengan Roh Kudus-Mu. Berikanlah aku iman agar sungguh mau dan mampu percaya bahwa Engkau sungguh merupakan Juruselamatku satu-satunya. Jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. 
Amin.