Dengan mata iman aku sudah melihat Yesus di altar dan aku menyembah-Nya; yang aku belum punya hanyalah melihat Yesus di surga
Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, akan mendaki gunung Allah dan menghadap kemuliaan-Nya.
Ya Allah, dalam diri Santo Aloysius Engkau menyatukan hidup suci dengan semangat tapa. Kami takkan mampu menyamai kesuciannya. Maka semoga berkat jasa dan doanya kami sekurang-kurangnya meneladan semangat tapanya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Hizkia berdoa kepada Tuhan supaya menyelamatkan Yerusalem dari tangan Sanherib. Maka Tuhan mengirim malaikat-Nya untuk menyerang perkemahan Asyur.
Bacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (19:9b-11.14-21.31-35a.36)
"Aku akan membela dan menyelamatkan kota ini demi Aku dan demi Daud."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Allah menegakkan kotanya untuk selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 48:2-3a.3b-4.10-11)
- Agunglah Tuhan dan sangat terpuji di Kota Allah kita! Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi.
- Gunung Sion, pusat kawasan utara, itulah kota Raja Agung. Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diri sebagai benteng.
- Dalam bait-Mu, ya Allah, kami renungkan kasih setia-Mu. Nama-Mu, ya Allah, sampai ke ujung bumi; demikian pulalah kemasyhuran-Mu; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 8:12)
Akulah cahaya dunia; siapa yang mengikuti Aku, ia hidup dalam cahaya abadi.
Yesus mengajar orang banyak supaya berbuat segala yang baik kepada orang supaya mereka juga berbuat demikian. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:6.12-14)
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Pintu menuju kehidupan itu sempit dan jalan menuju keselamatan penuh hambatan. Sedikit sekali orang memilih pintu yang sempit dan jalan penuh hambatan. Banyak orang yang lebih senang memilih pintu yang lebar dan berjalan di jalan bebas hambatan. Padahal pintu dan jalan yang lebar seperti ini membawa orang kepada kebinasaan. St. Aloysius Gonzaga lebih memilih pintu sempit dengan mengikuti Kristus. Ketika menemukannya ia berkata, "Di sinilah tempat ketenanganku, di sinilah aku ingin menetap." Apakah aku berani beda haluan? Apakah aku berani menempuh jalan sempit, jalan salib yang menuju keselamatan.
Mungkin sebagian dari kita sering atau pernah menerima bantuan dari pihak lain untuk maksud dan tujuan yang positif, tentunya. Misalkan saja ada orang yang memberikan modal berupa uang kepada kita untuk menjalankan sebuah usaha tertentu demi kepentingan dan peningkatan ekonomi kita. Konsekuensinya kita harus menggunakan bantuan itu secara benar dan sebaik mungkin, sehingga bantuan yang diterima tidak menjadi sia-sia belaka. Dapat dibayangkan, bagaimana perasaan si pemberi jika kita tidak memanfaatkan dengan baik, atau malah menggunakannya untuk hal-hal yang tidak perlu. Yang pasti ada kekecewaan atau bahkan mungkin penyesalan karena memberikan kepada orang yang salah.
Sabda Yesus hari ini dapat dipahami secara demikian. ”Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injak dengan kakinya dan lalu ia berbalik mengoyak kamu” (Mat. 7:6). Perkataan Yesus ini dapat dimaknai secara positif bahwa sesuatu yang baik dan berharga mesti dijaga dan dipelihara secara bijaksana dan penuh tanggung jawab. Kita manusia memiliki kebaikan-kebaikan dalam hidup. Maka, apa pun diberikan dan yang dipercayakan kepada kita pasti dikembangkan dengan baik. Jika tidak, kita sendiri mengingkari jati diri kita sebagai makhluk yang luhur dan bermartabat. Ketidakmampuan dan mungkin ketidakmauan kita untuk menjaga dan mengawal kebaikan-kebaikan dalam diri, justru secara tidak langsung memposisikan diri kita sebagai pribadi yang tidak baik dan tidak berharga. Maka, bukan lagi orang lain yang menggangap kita sebagai anjing atau babi, sebagaimana dianalogikan oleh Yesus tadi, tetapi justru kita yang memperlakukan diri menjadi tidak berharga dan tidak bermartabat.
Santo Aloysius Gonzaga, Biarawan dan Pengaku Iman
Aloysius Gonzaga, yang biasanya dipanggil Luigi, lahir di Castiglione delle Stiviert, Italia Utara pada tanggal 9 Maret 1568. Ia berasal dari sebuah keluarga bangsawan yang berkuasa dan kaya raya. Ketika berumur 9 tahun, putera tertua dari Marchese Ferrante ini mengikuti pendidikan di istana keluarga Fransesco de Medici di Florence.
Selama berada di istana de Medici, ia mulai menyadari panggilan ilahi dalam dirinya. Ia tahu apa yang nanti akan terjadi atas dirinya. Hidup asusila yang mewarnai cara hidup orang-orang istana sangat memuakkan hatinya. Ia merasa terancam oleh cara hidup istana itu. Untuk melindungi dirinya dari bahaya-bahaya itu, ia terus berdoa memohon perlindungan dari Tuhan. Dalam situasi ini ia dengan berani mengikrarkan kaul kemurnian hidup dan berjanji akan menjaga kesucian dirinya. Kaul ini diikrarkannya selagi berusia 10 tahun (1578). Di kemudian hari, ia sendiri mengatakan bahwa ia telah memutuskan menjalani kehidupan religius pada umur 7 tahun. Pada tahun 1580, ia menerima Komuni Kudus pertama dari Uskup Agung Milan, Karolus Borromeus.
Kemudian pada tahun 1581, ia bersama Maria dari Austria pergi ke Spanyol. Ia tinggal selama tiga tahun di istana Yakobus, putera raja Philip II di Madrid. Disinilah ia memutuskan untuk masuk Serikat Yesus. Untuk itu ia segera kembali ke Italia pada tahun 1584 untuk menyampaikan niatnya kepada orang-tuanya. Ayahnya menolak dengan tegas keinginan anaknya. Aloysius diharuskan tetap mempertahankan gelar kebangsawanan dan harta benda warisannya. Segera ia mengalihkan semua haknya dan harta warisannya kepada saudaranya yang lebih muda. Ayahnya tidak berdaya menghadapi anaknya ini. Akhirnya Aloysius masuk novisiat Serikat Yesus di biara Santo Andreas di Roma. Ia diterima oleh Pater General Serikat Yesus, Claudius Acquaviva. Setelah menyelesaikan tahun novisiatnya, ia diperkenankan mengucapkan kaul pertama.
Prestasinya yang tinggi dalam pelajaran ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu pengetahuan lainnya memperkenankan dia memulai studi Teologi di Kolose Roma. Ia ternyata sangat mampu mengikuti kuliah Teologi. Kawan-kawannya sangat menyegani dia karena belaskasihannya, kerendahan hatinya dan ketaatannya. Kesalehan hidupnya dan ketabahannya dalam menghayati hidup membiara membuat dia menjadi tokoh teladan bagi kawan-kawannya.
Pada usia 23 tahun, ketika terlibat aktif dalam perawatan orang-orang sakit korban wabah pes di Roma, ia sendiri terserang penyakit berbahaya itu. Akhirnya ia meninggal setelah tiga bulan menderita, pada tanggal 21 Juni 1591, hari terakhir Oktaf Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Ia dikuburkan di Annunziata dekat Kolose Roma. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Gereja Santo Ignatius.