Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

08 Juni 2016

Kamis, 09 Juni 2016 == Hari Biasa Pekan X

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

“Seluruh Kitab Suci itu semerbak oleh hembusan Roh Tuhan” 

Kasih dan kesetiaan akan bertemu keadilan dan damai sejahtera akan berpelukan.

Doa 


Allah Bapa Mahakudus, utuslah kiranya Sabda-Mu dan siramilah bumi dengan hujan keselamatan. Baruilah kami selalu seturut citra Yesus, Adam Baru. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin

Elia menuruh Raja Ahab untuk makan dan minum dan segera pergi ke Yizreel sebab hujan yang lebat turun di Israel. Ahab pun naik kereta lalu pergi ke Yizreel.


Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (18:41-46)


"Elia berdoa, dan langit menurunkan hujan."

Sesudah peristiwa di Gunung Karmel, Elia berkata kepada Raja Ahab, “Pergilah, makan dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.” Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak Gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah dengan mukanya di antara kedua lutut. Sesudah itu ia berkata kepada hambanya, “Naiklah ke atas, pandanglah ke arah laut!” Hamba itu naik ke atas, ia melihat ke arah laut dan berkata, “Tidak ada apa-apa.” Kata Elia, “Pergilah sekali lagi!” Demikianlah sampai tujuh kali. Pada ketujuh kalinya berkatalah hamba itu, “Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.” Lalu kata Elia, “Pergilah dan katakan kepada Raja Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan.” Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel. Tetapi kuasa Tuhan berlaku atas Elia. Ia mengikat pinggangnya dan berlari mendahului Ahab sampai ke jalan yang menuju Yizreel.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 846 (MTA hal 118)
Ref. Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera.
atau Orang yang tulus akan memandang wajah-Mu, ya Tuhan
Ayat. (Mzm 65:10abcd.10e-11.12-13)

  1. Engkau mengindahkan tanah, lalu mengaruniainya kelimpahan; Engkau membuatnya sangat kaya. Sungai-sungai Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka.
  2. Ya, beginilah Engkau menyediakannya: Engkau mengairi alur bajaknya, dan membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya; dengan derus hujan Engkau menggemburkannya dan memberkati tumbuh-tumbuhannya.
  3. Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; tanah-tanah padang gurun mengalirkan air, bukit-bukit berikat pinggangkan sorak-sorai.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 13:34)

Perintah baru Kuberikan kepada kalian, sabda Tuhan; yaitu supaya kalian saling mengasihi, sebagaimana Aku telah mengasihi kalian. 

Yesus menegaskan bahwa setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum dan berdamai dahulu dengan saudara sebelum mempersembahkan persembahan di mezbah serta berdamai dengan lawan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:20-26)



"Barangsiapa marah terhadap saudaranya, harus dihukum."

Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kalian telah mendengar apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya, harus dihukum! Barangsiapa berkata kepada saudaranya: ‘Kafir!’ harus dihadapkan ke mahkamah agama, dan siapa yang berkata: ‘Jahil!’ harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah, dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dia di tengah jalan, supaya lawanmu jangan menyerahkan engkau kepada hakim, dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar utangmu sampai lunas.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Hidup keagamaan memang tidak dapat diukur secara kuantitatif. Hidup keagamaan yang benar dituntut dari kita secara kasat mata melalui sikap dan tindakan kita kepada sesama. Kata-kata dan sikap yang menyakitkan serta membawa penderitaan lahir maupun batin bagi sesama adalah tanda hidup keagamaan yang masih dangkal. Perilaku balas dendam dan ketidakmampuan untuk memaafkan kesalahan orang lain adalah tanda iman yang masih dangkal. Apakah aku selalu rela memaafkan kesalahan sesamaku? Sejauh mana kadar imanku?


Apa yang terbayang dalam benak kita ketika mendengar kata membunuh? Dapat dipastikan yang terbayang adalah darah yang tertumpah, parang atau golok, senjata dan bagian tubuh terpenggal. Membunuh berarti menghilangkan nyawa orang dengan tindakan fisik. Banyak kecaman ketika kita mendengar berita pembunuhan, pembegalan, hukuman mati, dan sebagainya, karena perbuatan itu melanggar perikemanusiaan dan merusak martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Apakah membunuh hanya berhubungan dengan tindakan fisik manusia?Tuhan Yesus memberikan pemahaman yang lebih luas. Ia mengutip Keluaran 20:13, ”Jangan membunuh, siapa yang membunuh harus dihukum”. Selanjutnya, Ia menegaskan bahwa membunuh bukan saja soal aktivitas fisik, tetapi juga ketika mengeluarkan amarah kepada orang lain. Juga pada saat mengatakan orang lain sebagai kafir dan jahil. Itu semua bentuk perbuatan membunuh. Sebab dengan amarah, dengan mengatakan kafir, atau jahil, pada saat bersamaan kita membunuh pribadi orang lain. Yang menjadi korban bukan fisik lahiriah, tetapi perasaan dan psikis sesama. Dan bukan tidak mungkin perbuatan tersebut memancing terjadinya pertumpahan darah.

Ketiga hal di atas, marah, kafir, dan jahil, terungkap melalui kata-kata yang terucap dari mulut kita. Itu berarti kata-kata yang keluar dari mulut kita memiliki potensi untuk membunuh orang lain. Setiap kata-kata negatif punya potensi untuk membunuh, mematikan dan menghancurkan hidup orang. Kita bisa menambahkan hal lain yang memiliki daya hancur bagi sesama, seperti menghina, mengolok, gosip atau menceritakan keburukan orang lain. Ada iklan yang berbunyi: Mulutmu harimaumu. Oleh karena itu, bijaksanalah dalam berkata-kata.

Santo Primus dan Felicianus, Martir


Kedua bersaudara kandung ini berasal dari keluarga kafir di kota Roma. Meskipun mereka masih kafir, namun mereka dikenal sebagai orang baik-baik yang disenangi banyak orang. Semenjak kecil, Primus dan Felicianus hidup di lingkungan kafir dan dididik oleh kafir pula.
Pengenalannya akan iman Kristen sampai menjadi martir, berawal dari perkenalan mereka dengan Paus Feliks I (269-274). Dari bimbingannya kedua bersaudara ini mengenal iman Katolik dan dipermandikan. 

Setelah permandiannya, mereka rajin berdoa dan melakukan kegiatan-kegiatan amal kasih, mengunjungi orang-orang Kristen di penjara untuk menghibur dan meneguhkan hati mereka. Tuhan melimpahkan rahmatNya kepada mereka dan melindungi mereka dari segala tindakan kejam para penguasa negara. Selama bertahun-tahun berkarya di tengah-tengah aksi penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh kaisar Diokletianus, Primus dan Felicianus selalu terhindar dari usaha penangkapan.
Tetapi akhirnya mereka di tangkap juga pada tahun 297 dan dipenjarakan bersama orang-orang Kristen lainnya. Namun demikian iman mereka tidak goncang sedikitpun. Mereka saling menghibur dan dengan tekun saling meneguhkan sesamanya yang lain. Setelah beberapa waktu, mereka di bawa ke Nomentum, kota kecil yang berjarak 12 mil dar Roma. Mereka diadili oleh Promotus. Dakwaan dan berbagai ancaman dikenakan pada mereka, namun iman mereka tidak goyah. Akhirnya mereka dijatuhi hukuman mati penggal kepala.
Jenazah mereka dimakamkan di Nomentum. Pada tahun 649, Sri PausTheodorus I (642-649) menyuruh memindahkan jasad mereka ke kota San Stephanus Rotondo. Inilah peristiwa pertama, dimana tulang-belulang para martir boleh dibawa keluar kota dari kota Roma.

Santo Efrem, Pujangga Gereja 

Lahir di Nisibis tahun 306, Mesopotamia (sekarang: Nusaybin, Turki) dan meninggal tahun 373. Ia sebagai seorang penyair, guru, orator dan pembela iman, Efrem dikenal luas serta menjadi tokoh kebanggaan umat Kristen Syria. Semasa remajanya ia mengikuti pendidikan agama dari uskup Yakob dari Nasibis. Uskup Yakob-kemudian digelari ‘Kudus’ oleh Gereja-membimbing Efrem hingga di permandikan. 

Ketika orang-orang Syria menduduki kota Nasibis pada tahun 363, orang-orang Kristen di Nasibis dipaksa keluar dari Nasibis. Efrem bersama orang-orang Kristen Nasibis mengungsi ke Edessa (Urfa di Irak). Di tempat pengungsian itu, umat mengangkatnya sebagai pemimpin rohani mereka. Efrem menerima tugas ini sebagai kesempatan emas untuk membaktikan diri pada umat. Ia mengajarkan mereka ajaran iman Kristen serta membesarkan hati mereka. Sementara itu ia sendiri menjalani suatu corak hidup yang keras sampai saat ajalnya. Ia rajin menulis buku-buku pembelaan iman. Buku-buku apologetisnya, homili-homilinya dalam bentuk puisi, berbagai nyanyian dan kidung Gereja ciptaannya, membuat dia dikenal luas dan berpengaruh besar di kalangan umatnya di Edessa, bahkan diseluruh Gereja. Di Gereja Timur ia dijuluki ‘Cahaya bangsa Syria’, ‘Rasul Bangsa Syria’, ‘Pujangga Gereja’, dan ‘Kecapi Roh Kudus’. Dua puluh tahun setelah kematiannya, Santo Yerome memasukkan namanya dalam daftar orang-orang Kristen yang masyur namanya.

Efrem dikenal karena ajaran-ajaran dogmatis dan pengetahuannya yang luas. Ia rajin membaca Kitab Suci dan merefleksikan misteri-misteri Allah. Komentar-komentarnya tentang Kitab Suci sangat bermanfaat pula waktu itu. Sebagai seorang komentator, ia lebih suka akan arti harafiah Kitab Suci dan enggan menafsirkannya secara alegoris. Ia ramah kepada orang-orang miskin dan yang menderita. Tatkala umat Edessa tertimpa kelaparan hebat pada tahun 378, ia berjuang keras untuk menyelamatkan mereka dari kematian. Kunci sukses hidupnya ialah kerendahan hatinya: ia tidak pernah menaruh kepercayaan pada diri sendiri melainkan pada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan senantiasa membimbingnya. Ia menolak di tabhiskan menjadi imam dan memilih tetap sebagai diakon sampai akhir hidupnya. Kepada Santo Basilius yang ditemuinya, ia berkata: “Sayalah Efrem, orang yang tersesat dari jalan ke surga. Karena itu kasihanilah saya orang berdosa ini. Bimbinglah saya melalui jalan yang sempit.”

Beata Diana, Sesilia dan Amata, Perawan 

Santo Dominikus memperluas karyanya ke Italia dan memilih kota Bologna sebagai pusat karyanya, karena buah-buah pikirannya diterima baik di Universitas Bologna.
Pada mulanya karya Dominikus di kota ini tidak terlalu berhasil. Banyak rintangan menghadang, terutama karena Tuan Andalo, seorang tuan tanah yang berkuasa di Bologna, tidak suka pada agama Kristen. Meski demikian, Dominikus tidak berputus asa. Tuhan tetap memberkati karyanya dan memberinya jalan keluar dari segala kesulitan. lewat Diana, puteri kesayangan Andalo, Dominikus mendapat jalan keluar untuk menanamkan pengaruhnya di Bologna. Diana menjadi sahabat baik Dominikus, dan sangat tertarik pada ajaran iman Katolik. Ia lalu memutuskan untuk mengikuti pelajaran agama dan ingin menjadi seorang biarawati. Ia yakin bahwa ia dapat membujuk ayahnya dan keluarganya agar tidak bersikap antipati terhadap agama Katolik. Kecuali itu, ia merasa yakin sekali bahwa ayahnya akan bersikap lunak dan akan membantu mendirikan sebuah biara Dominikan di kota Bologna.

Tetapi apa yang diyakininya tidak terjadi dengan mulus. Tatkala ia memberitahukan dan seluruh anggota keluarganya tentang niat sucinya untuk menjadi seorang biarawati, ia dimarahi dan cita-citanya ditolak mentah-mentah. Menghadapi kemarahan dan penolakan keluarganya itu, Diana segera mengambil keputusan berani untuk meninggalkan rumah dan lari mencari perlindungan pada para imam Agustinian di Roxana. Keputusan ini dilaksanakannya secara diam-diam. Hal ini sangat mengejutkan keluarganya. Mereka segera mencari Diana. Akhirnya mereka menemukan dia di Biara Roxana dan membawanya pulang ke rumah. Disana ia dipukul dan dikurung dalam sel. Tetapi beberapa hari kemudian, Diana berhasil meloloskan diri dan kembali ke Roxana. Keluarganya tidak berusaha mencarinya lagi.

Beato Yordan dari Saxon turut berusaha menenangkan keluarganya dan melembutkan hati tuan Andalo bersama anak-anaknya yang lain. Usaha Yordan ini disambut dengan baik dan berhasil. Tuan Andalo bersama anak-anaknya dapat menerima panggilan Diana dan membantu mendirikan sebuah biara kecil bagi biara Dominikan. Biara kecil ini kemudian dihuni Diana bersama empat orang kawannya. Cara hidup mereka menarik banyak orang sehingga dalam waktu relatif singkat merka mendapat tambahan anggota baru. Dua orang dari anggota baru adalah Sisilia dan Amata, sahabat karib Diana. Bersama Diana, Sisilia dan Amata berkembang dalam hidup rohani dan dalam pengabdian tulus kepada Allah. Kemudian mereka digelari ‘beata’(yang berbahagia) oleh Gereja pada tahun 1891.


Beata Anna Maria Taigi, Pengaku Iman

“Keluargaku seperti Firdaus tampaknya, dan hatiku sungguh bahagia”, demikian kata Dominiko Taigi waktu berlangsungnya proses pernyataan beata atas diri Anna Taigi, isterinya. Kegembiraan dan kebahagiaan yang sama meliputi anak-anaknya serta pembantu yang melayaninya. Mereka semua kagum akan kesucian hidup Anna Maria yang sangat mencintai mereka dengan perhatian dan kebaikannya yang luar biasa.

Anna Maria Taigi hidup antara 1769-1837 dan terlahir di Siena.Ketika berumur enam tahun, ia berada di Roma untuk mengikuti pendidikan disana. Ia kelihatan saleh dan sederhana. Ia gemar mengenakan pakaian yang indah-indah serta gemar akan kesenangan-kesenangan dunia yang pantas. Perkawinannya dengan Dominiko Taigi berlangsung pada usia 21 tahun. Tuhan menganugerahkan kepadanya tujuh orang anak. Hidup mereka sederhana namun bahagia. Untuk menambah pendapatan keluarga, ia menerima pesanan jahitan. 

Memang banyak sekali pengalaman pahit dialaminya, namun semuanya dipersembahkan kepada Tuhan. Tuhan selalu meneguhkan hatinya dengan menganugerahkan kedamaian batin kepadanya. Baginya, mendidik dan membesarkan tujuh orang anak bukanlah perkara yang mudah. Ibu kandungnya sendiri tinggal bersama mereka. Beban tanggungannya semakin bertambah berat ketika Sophia anaknya menjadi janda dan kembali tinggal dengannya bersama enam orang anaknya yang lain. 

Untuk mereka semua, Anna benar-benar menjadi seorang malaikat pelindung dan pendamai. Bagi tetangga-tetangganya, ia juga menjadi seorang penghibur. Pada suatu hari Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah bulatan cahaya Ilahi. Dalam bulatan cahaya itu, ia dapat melihat segala sesuatu yang terjadi, baik di masa lampau, kini dan yang akan datang. Tuhan pun menganugerahkan kepadanya kemampuan mengenal keadaan batin orang lain dan mengetahui nasih orang lain.

Terdorong akan pengalaman akan Allah itu, Anna semakin yakin akan perlindungan Tuhan atas dirinya. Ia menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah sebagai kurban silih atas dosa-dosa dunia dan bagi keselamatan Gereja ditengah banyak masalah. Banyak sekali orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan. Banyak waktu dihabiskannya untuk melayani orang-orang itu. Kesucian hidupnya ternyata berpengaruh besar terhadap lingkungan disekitarnya. Meski banyak kali disibukkan untuk melayani orang lain, namun apa yang menjadi kewajibannya sebagai ibu rumah tangga tidak pernah dilalaikannya. Suami dan anak cucunya dilayani dengan penuh kasih sayang. Ia pun banyak membantu orang-orang susah dan menyembuhkan banyak orang sakit tanpa meminta bayaran. 

Anna Taigi diberi gelar ‘beata’ bukan karena penglihatan ajaib yang dilihatnya tetapi karena kebaikan hatinya, kemiskinannya, kerendahan hatinya serta kerelaannya untuk menderita bagi jiwa-jiwa.