Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menaati Sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya.
Allah Bapa yang Mahamurah hati, ajarilah kami berbuat baik benar-benar berkat Yesus, Putra Manusia. Ajarilah kami melaksanakan segala yang memperbesar dan mempersubur kebahagiaan sesama. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (2:1.6-14)
"Tiba-tiba datanglah kereta berapi dan naiklah Elia ke surga."
Pada waktu itu Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal, dan ketika mereka ada di kota Yerikho, berkatalah Elia kepada Elisa, “Baiklah engkau tinggal di sini, sebab Tuhan menyuruh aku ke Sungai Yordan.” Jawab Elisa, “Demi Tuhan yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan dikau.” Lalu berjalanlah keduanya. Lima puluh orang dari rombongan nabi di Yerikho ikut berjalan dengan mereka. Tetapi mereka memandang dari jauh, ketika Elia dan Elisa berdiri di tepi Sungai Yordan. Lalu Elia mengambil jubahnya, digulungnya dan dipukulkannya ke atas air. Maka terbagilah air itu ke sebelah sini dan sebelah sana . Lalu keduanya menyeberang dengan berjalan di tanah yang kering. Sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa, “Mintalah apa yang hendak kulakukan bagimu, sebelum aku terangkat dari padamu.” Jawab Elisa, “Semoga aku mewarisi dua bagian dari rohmu.” Berkatalah Elia, “Apa yang kauminta itu sukar! Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah bagimu seperti yang kauminta. Jika tidak, ya tidak akan terjadi.” Sedang mereka berjalan terus sambil bercakap-cakap, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya. Lalu naiklah Elia ke surga dalam angin badai. Melihat itu berteriaklah Elisa, “Bapaku! Bapaku! Kereta Israel dan orang-orang yang berkuda!” Kemudian Elia tidak kelihatan lagi oleh Elisa. Maka Elisa merenggut pakaiannya dan dikoyakkannya menjadi dua. Sesudah itu ia memungut jubah Elia yang telah terjatuh. Lalu Elisa berjalan hendak pulang dan berdiri di tepi Sungai Yordan. Dipukulkannya jubah Elia yang terjatuh itu ke atas air sambil berseru, “Di manakah Tuhan, Allah Elia?” Maka terbagilah air itu ke sebelah sini dan ke sebelah sana . Lalu Elisa menyeberang.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai kalian semua yang berharap kepada Tuhan.
Ayat. (Mzm 31:20.21.24)
- Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kaulakukan di hadapan manusia bagi orang yang berlindung pada-Mu.
- Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah.
- Kasihilah Tuhan, hai semua orang yang dikasihi-Nya! Tuhan menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang yang congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)
"Bapamu yang melihat yang tersembunyi, akan mengganjar engkau."
Dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda, "Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di depan orang supaya dilihat. Sebab jika demikian, kalian takkan memperoleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah tangan kirimu tahu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kalian berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan di tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya.' Tetapi jikalau engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kalian berpuasa, janganlah muram mukamu, seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.' Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Di masa lampau, saya yakin bahwa saya telah melakukan kekeliruan ketika saya merasa diri hebat karena paroki saya menjadi paroki pengumpul dana Aksi Puasa Pembangunan (APP) terbanyak dibandingkan dengan paroki-paroki yang lain. Selanjutnya kekeliruan itu saya tambahkan dengan mengumumkannya ke hadapan umat lalu mengajak mereka bertepuk-tangan..... dan mereka pun bertepuk-tangan dengan meriah... dan hati saya pun berbunga-bunga. Ada sesuatu yang keliru? Ada! Sungguh merupakan suatu kekeliruan bila saya mengajak umat berbangga sebagai pengumpul dana APP terbanyak hanya demi popularitas umat paroki. Kekeliruan yang dapat memupuk ‘semangat’ kesombongan dan kemunafikan. Kesombongan dan kemunafikan yang membawa kita semakin jauh dari buah-buah pertobatan yang diperjuangkan secara khusus melalui pendalaman iman dalam masa prapaskah.
Dua perikop Injil tentang hal memberi sedekah dan hal berpuasa yang Yesus ajarkan, mengajak kita untuk terhenyak sesaat bila memberi sedekah dan berpuasa yang kita lakukan selama ini bertujuan untuk mencari pujia. Siapa saja dapat tergelincir melalui aksi-aksi yang sebenarnya baik, namun terjebak dalam motivasi-motivasi dangkal karena dilakukan demi popularitas. Yesus mengajarkan kepada kita untuk melakukan sesuatu yang berbalik dari keinginan dipuji, yaitu bersedekah dan berpuasa kita jalankan sebagai perayaan ungkapan pujian dan syukur. Sebuah ungkapan pujian dan syukur yang tentunya lahir dari hati yang telah disentuh oleh kasih dan pengorbanan-Nya yang menyelamatkan kita. Pada tingkat ini kita akan terbebas dari keinginan untuk mencari pujian yang sifatnya duniawi belakan, karena tanpa Tuhan bertindak lebih dahulu, hidup dan karya kita tidak berarti apa-apa.
Apakah ada cara bagi kita agar terbebas dari keinginan mendapatkan pujian atas usaha-usaha baik yang kita lakukan? Tentu ada. Masuklah dalam kesunyian. Penghargaan yang Yesus berikan kepada murid-murid setelah usai melaksanakan tugas perutusan bukanlah berupa hingar-bingar pujian sebagaimana yang kita mengerti melainkan berupa ajakan untuk menuju ke tempat yang sunyi agar mereka dapat beristirahat. Beristirahat ala Yesus bukanlah tidur-tiduran melainkan berdoa dalam keheningan. Dalam keheningan doa kita dapat melihat makna yang jelas dari semua perbuatan baik yang telah kita lakukan. Dalam keheningan doa, kita pun memohon – seperti Elisa meminta dua bagian dari roh Elia – agar Roh Tuhan diam dalam diri kita dan senantiasa menerangi langkah kita untuk semakin menemukan tujuan sejati dari tugas perutusan sebagai murid Kristus: Pujian dan kemuliaan hanya bagi Tuhan.
Dua perikop Injil tentang hal memberi sedekah dan hal berpuasa yang Yesus ajarkan, mengajak kita untuk terhenyak sesaat bila memberi sedekah dan berpuasa yang kita lakukan selama ini bertujuan untuk mencari pujia. Siapa saja dapat tergelincir melalui aksi-aksi yang sebenarnya baik, namun terjebak dalam motivasi-motivasi dangkal karena dilakukan demi popularitas. Yesus mengajarkan kepada kita untuk melakukan sesuatu yang berbalik dari keinginan dipuji, yaitu bersedekah dan berpuasa kita jalankan sebagai perayaan ungkapan pujian dan syukur. Sebuah ungkapan pujian dan syukur yang tentunya lahir dari hati yang telah disentuh oleh kasih dan pengorbanan-Nya yang menyelamatkan kita. Pada tingkat ini kita akan terbebas dari keinginan untuk mencari pujian yang sifatnya duniawi belakan, karena tanpa Tuhan bertindak lebih dahulu, hidup dan karya kita tidak berarti apa-apa.
Apakah ada cara bagi kita agar terbebas dari keinginan mendapatkan pujian atas usaha-usaha baik yang kita lakukan? Tentu ada. Masuklah dalam kesunyian. Penghargaan yang Yesus berikan kepada murid-murid setelah usai melaksanakan tugas perutusan bukanlah berupa hingar-bingar pujian sebagaimana yang kita mengerti melainkan berupa ajakan untuk menuju ke tempat yang sunyi agar mereka dapat beristirahat. Beristirahat ala Yesus bukanlah tidur-tiduran melainkan berdoa dalam keheningan. Dalam keheningan doa kita dapat melihat makna yang jelas dari semua perbuatan baik yang telah kita lakukan. Dalam keheningan doa, kita pun memohon – seperti Elisa meminta dua bagian dari roh Elia – agar Roh Tuhan diam dalam diri kita dan senantiasa menerangi langkah kita untuk semakin menemukan tujuan sejati dari tugas perutusan sebagai murid Kristus: Pujian dan kemuliaan hanya bagi Tuhan.
Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus memberikan penekanan pada tiga hal penting dalam membangun relasi dengan diri sendiri, sesama dan Tuhan, yakni: puasa, sedekah, dan doa.
Pertama, praktik berpuasa atau mati raga berkaitan erat dengan upaya meningkatkan kualitas hidup pribadi. Berpuasa dan matiraga merupakaan kesempatan bagi kita untuk mengolah diri dengan mematikan virus egoisme dan kecenderungan badaniah yang tidak sejalan dengan nilai-nilai keimanan. Praktik berpuasa juga menekankan bahwa tubuh kita itu mulia karena Roh Tuhan bersemayam memberikan napas kehidupan. Kedua, bersedekah/derma. Bersedekah menuntut setiap orang untuk keluar dari dirinya dan menjumpai orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan. Ini adalah wujud solidaritas terhadap sesama, teristimewa kepada mereka yang berkekurangan dan menderita. Bersedekah mengungkapkan dimensi sosial dari iman itu sendiri. Pada titik ini, bersedekah lahir dari rasa cinta dan kesadaran akan yang lain sebagai saudara, dan bukan ajang untuk mempertunjukkan kelebihan atau kekayaan. Ketiga adalah doa. Doa merupakan sarana membangun relasi dan komunikasi dengan Allah. Dengan berdoa, manusia senantiasa berjumpa dan mengalami kasih Allah. Melalui doa, manusia senantiasa membuka diri terhadap Allah dan membiarkan Roh Allah senantiasa berkarya dalam dirinya. Dengan ini manusia dibebaskan dari sikap sombong dan merasa diri sebagai ”Tuhan” bagi dirinya sendiri.
Kamu ingin Tuhan memberimu banyak rahmat? Seringlah mengunjungi Dia dalam Sakramen Mahakudus
Vitus, Modestus dan Kresensia hidup pada awal abad ketiga pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus. Riwayat hidup mereka diketemukan dalam buku Hieronomianum, karangan Santo Hieronimus, yang mengisahkan riwayat para martir. Diceritakan bahwa Vitus, Modestus dan Kresensia adalah martir-martir dari propinsi Lucania, Italia Selatan. Kemungkinan mereka lahir di Sisilia. Relikiu mereka yang masih ada sampai sekarang pernah diserahkan kepada Santo Denis di Paris tahun 775. Dari sana relikiu mereka dibawa ke Corvey atau New Corbie di Saxony pada tahun 836. Di Jerman ada kebaktian khusus untuk menghormati mereka sebagai martir. Mereka dihormati sebagai pelindung para penderita saraf epilepsi dan gigitan binatang liar, serta pelindung para penari dan aktor.
Vitus adalah putera tunggal Hylas, seorang senator dari Sisilia. Ia menjadi penganut agama Kristen sejak kecilnya. Permandiannya sebagai orang Kristen dilakukan tanpa sepengatahuan orang tuanya. Ia sudah menjadi orang suci dalam usianya yang muda itu. Dengan doa-doanya ia membuat banyak mukjizat dan mempertobatkan banyak orang kafir dan orang berdosa.
Karena cara hidupnya dan segala yang terjadi melalui doa-doanya dianggap menambah keharuman nama orang-orang Kristen, maka Valerianus membujuk Hylas supaya memaksa anaknya untuk melepaskan imannya akan Kristus. Namun segala bentuk bujukan sang ayah tidak berhasil mematahkan keteguhan iman Vitus. Valerianus yang berkuasa terpaksa menempuh jalan berani tanpa memperhatikan lagi kedudukan Hylas sebagai senator. Pertama-tama Valerianus menempuh cara halus dengan membujuk Vitus. Ia memberikan janji-janji muluk kepada Vitus. Tetapi pendirian Vitus tidak tergoncangkan. Melihat sikap keras Vitus ini, Valerianus meningkatkan tindakannya dengan mengancam dan menakut-nakuti Vitus. Ancaman-ancaman ini pun tidak mempan. Akhirnya Vitus ditangkap dan disiksa dengan keji. Namun semua penyiksaan atas dirinya tidak mampu menggoyahkan pendirian dan keteguhan imannya.
Oleh campur tangan Allah, Vitus berhasil meloloskan diri dari Sisilia bersama dua orang pengasuhnya: Modestus dan Kresensia. Seorang Malaikat menuntun perahu yang mereka tumpangi menuju Lucania. Di Lucania mereka mewartakan Injil kepada penduduk setempat. Kemudian mereka pergi ke Roma. Disana Vitus menyembuhkan putera Kaisar Diokletianus. Meski demikian, Diokletianus memaksanya untuk menyembah berhala. Pemaksaan ini ditolak Vitus dengan tegas.
Oleh karena itu, bersama Modestus dan Kresensia, Vitus disiksa dengan berbagai cara. Mereka dimasukkan ke dalam bak air yang mendidih dan kemudian dilemparkan ke sarang singa. Tetapi Tuhan tetap melindungi hamba-hamba-Nya. Singa-singa ganas itu tidak berbuat apa-apa terhadap mereka., bahkan sebaliknya menjilat-jilat kaki mereka. Melihat semua kejadian ajaib itu, mereka segera diikat dan ditarik oleh kuda sepanjang jalan-jalan kota, hingga tubuh mereka terkoyak-koyak. Ketika itu terjadilah angin taufan yang menghancurkan kuil berhala serta menewaskan banyak orang di kota itu. Mereka kemudian diselamatkan oleh seorang malaikat Tuhan di Luciana. Akhirnya mereka terbunuh pada tahun 303.
Santa Germana Cousin, Perawan Kudus
Germana Cousin lahir pada tahun 1579. Ayahnya seorang petani di desa Pibrak, Prancis. Ibunya meninggal dunia sewaktu ia masih bayi. Kemungkinan karena ditinggal mati ibunya sejak kecil, Germana selanjutnya bertumbuh besar sebagai seseorang yang tidak sehat badannya. Badannya lemah karena sakit paru-paru yang menimpanya, dan tangan kanannya yang lumpuh. Penderitaan ini semakin hebat tatkala ayahnya menikah lagi. Ia sungguh dianaktirikan oleh istri kedua ayahnya. Ia diperlakukan bukan sebagai anak, tidak diperbolehkan bergaul dengan adik-adiknya, tempat tidurnya dikandang domba atau disudut bawah tangga rumah, dibiarkan kedinginan dan kelaparan. Padahal sehari-harinya ia dengan tekun menjaga domba-domba ayahnya.
Meski hebat penderitaan yang ditanggungnya, hatinya yang hampa kasih sayang duniawi manusia diisi Tuhan dengan cinta kasih dan penghiburan Ilahi. Germana yang sehari-harinya bertugas menjaga domba-domba dipadang rumput, rajin merayakan Misa Kudus dan rajin berdoa setiap hari. Apabila tidak ada orang yang menggantikannya menjaga domba-dombanya, ia meninggalkan saja domba-domba itu di padang rumput agar bisa menghadiri perayaan Misa Kudus untuk menyambut Tubuh Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan akan memelihara dia dari segala yang jahat. Selain rajin berdoa dan mengikuti perayaan Misa Kudus, ia juga rajin mengumpulkan anak-anak sekolah dan bercerita kepada mereka tentang Yesus dan Bunda Maria.
Germana meninggal dunia pada tahun 1601 tatkala berusia 22 tahun. Peristiwa kematiannya tak diketahui siapapun termasuk anggota keluarganya. Pagi-pagi sekali ia ditemukan di atas tempat tidurnya di bawah tangga rumah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Kematiannya merupakan saat Allah menyatakan kesucian dirinya. Pada malam kematiannya, dua orang imam yang ada di daerah itu melihat pawai besar gadis-gadis menuju rumah Germana. Gadis-gadis ini kembali bersama dengan seorang temannya yang bermahkotakan bunga-bunga. Keesokan harinya, kabar kematian Germana sampai kepada imam-imam. Peristiwa ajaib ini adalah peristiwa pertama yang ditunjukkan Allah untuk menandakan kesucian Germana kepada orang disekitarnya.
Selama 43 tahun tak ada peristiwa luar biasa yang terjadi diatas kubur Germana. Ketika seorang anggota keluarganya meninggal dunia, kuburan keluarga itu dibuka lagi. Betapa heran orang-orang yang datang ke kubur Germana. Mereka mendapati tubuh Germana masih terbaring dalam keadaan utuh dan segar. Sejak itu banyak terjadi mukjizat di kubur Germana. Pada tahun 1867 Germana dinyatakan kudus oleh karena kesabarannya menanggung penderitaan sebagai anak tiri.
Beata Paola Gambara Costa, Pengaku Iman
Paola lahir di Brescia, Italia pada tahun 1473 dari sebuah keluarga kaya-raya. Semenjak kecil ia sudah tertarik pada hal-hal kerohanian yang menjadi kewajiban imannya. Pada usia 12 tahun, ia menikah dengan Ludoviko Cantonio Costa, seorang pemuda bangsawan. Ia amat rajin berdoa, merayakan Ekaristi serta penuh cinta kepada suaminya. Tuhan menganugerahkan kepadanya kecukupan dalam kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari sebagaimana dialami oleh Nabi Eliza, dan semangat kedermawanan seperti Santa Elisabeth Hunggaria. Ia menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus dan banyak melakukan tanda-tanda heran. Paola wafat pada tanggal 31 Januari 1515 pada usia 42 tahun.
Santo Vladimir, Pengaku Iman
Raja Santo Vladimir I adalah Pangeran Kristen pertama dari negara Kiev, Rusia Selatan (Slavia Timur). Ia memerintah dari tahun 980 sampai 1015. Cucu Santa Olga (+969) ini dihormati sebagai santo pelindung Rusia. Ia lahir di Kiev kira-kira pada tahun 956. Semenjak masa kecilnya, ia dididik dan dibersarkan dalam lingkungan dan adat istiadat kafir. Olga neneknya terus menerus mempengaruhi dia agar menjadi Kristen.
Sepeninggal ayahnya, Pangeran Sviatoslav dari Kiev (964-972), Vladimir terlibat dalam pertikaian hebat dengan kedua adiknya laki-laki untuk memperebutkan hak kepemimpinan atas negara Kiev. Pada tahun 980 ia mengambil ahli ibukota Kiev, dan memaksakan kekuasaannya pada kedua saudaranya. Pada waktu itu, ia tampil sebagai seorang penentang keras misionaris-misionaris Kristen pertama yang menyelusup masuk ke dalam wilayah Kiev dari Bulgaria, sebuah negara Kristen Slavia lainnya. Namun perlakuannya yang kejam terhadap para misionaris itu berakhir tatkala pada tahun 988 ia menikah dengan Anna yang beragama Kristen. Anna adalah puteri Raja Basilius II dari Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium. Atas tuntutan Anna, Vladimir bersedia dipermandikan menjadi Kristen.
Semenjak itu, ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengkristenkan seluruh rakyat dan mendirikan gereja-gereja, antara lain Katedral Tiches di Kiev. Untuk maksud luhur itu, ia mendatangkan banyak rahib dari Yunani. Di atas semuanya itu ia berusaha mempertemukan kebiasaaan-kebiasaan dan hukum-hukum negara Kiev, Rusia. Ia menciptakan kesatuan politis di seluruh negeri dengan mengangkat 12 puteranya menjadi gubernur di berbagai wilayah kerajaan.
Vladimir meninggal dunia pada tanggal 15 Juli 1015 di Berestovoe, Rusia. Dua orang puteranya, yaitu Boris (atau Romanus) dan Gleb (atau David) dibunuh sebagai martir pada waktu terjadi pemberontakan dari orang-orang kafir.