Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

23 Februari 2015

Renungan Ziarah Batin ==== Senin, 23 Februari 2015

Renungan Senin, 23 Februari 2015: Pasti Bisa!




Bacaan I      : Im. 19:1-2.11-18

Mazmur       : 19:8.9.10.15; R: Yoh 6:64b
Bacaan Injil : Mat. 25:31-46



Yesus  berkata kepada murid-murid-Nya: ”Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)

Renungan

Mother Teresa dari Calcutta mengatakan,”Mereka yang tidak diinginkan dan tidak dicintai ...mereka yang berjalan di dalam dunia tanpa ada satu pun yang memperhatikan. Pernahkah kita pergi untuk menemui mereka? Pernahkah kita mengenal mereka? Pernahkah kita mencoba untuk menemukan mereka?” Sebuah ajakan praktis untuk mencintai sesama terutama kepada mereka yang sering kita abaikan. Beliau adalah pelaksana Sabda yang sejati, terutama Sabda Kasih yang sering kita hafal dan banggakan sebagai orang Kristen.



 Dalam Kitab Imamat, Allah mengingatkan umat-Nya akan betapa pentingnya menghormati dan mencintai sesama manusia, sebab manusia itu citra Allah. Manusia harus menghormati kekudusan Allah melalui cinta kepada sesama, terutama terhadap mereka yang miskin, cacat dan menderita. Yesus melalui khotbah tentang pengadilan terakhir mengungkapkan: ”Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25: 40).
Siapa pun sesama itu dan bagaimana saja keadaan hidup mereka, entah berdosa, cacat dan berkekurangan, kita semua sama di hadapan Allah. Kasih mengasihi antara sesama bukan lagi sebagai seruan pengandaian melainkan suatu keharusan hidup.


Tuhan, bantulah aku agar mampu mencintai semua orang terutama mereka yang miskin dan terlupakan melalui perbuatan-perbuatanku yang nyata. 
Amin.
==================

Pasti Bisa!



Pekan I Prapaskah; Im 19:1-2.11-18; Mzm 19; Mat 25:31-46

Ada enam kebutuhan kasih, yang ditunjukkan Yesus dalam ajaran Penghakiman Terakhir, yaitu makanan, minuman, tumpangan, pakaian, perawatan, dan kunjungan. Setiap orang pasti mampu memberi enam kebutuhan itu, tanpa harus belajar. Bagi si pemberi, keenam kebutuhan itu mungkin tak seberapa, namun bagi si penerima, keenam kebutuhan itu sering menentukan masa depan mereka. Masalahnya, apakah hal itu disadari?

Yesus bicara tentang hati. Kita memiliki martabat kemanusiaan yang bercorak self giving love, ‘kasih pemberian diri’, demikian St Yohanes Paulus II. Kasih itu punya dua corak. Yang satu, subjeknya Allah, dan yang lain subjeknya diri sendiri. Yesus datang untuk membuat kasih setiap orang menjadi kasih dari Allah, seperti kata Paulus, “Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Rom 5:5).

Ukuran Allah inilah yang akan dipakai untuk menilai hidup kita. Bukan hanya terhadap yang sudah diperbuat, tapi juga terhadap yang gagal kita lakukan. Cukuplah contoh dari para gadis yang mo¯ rós (Yun. bodoh) pada Mat.25:8, yang tak mampu menangkap realitas, atau dari para hamba yang okne¯ rós (Yun. malas) pada Mat.25:26, yang mudah mundur karena tak siap. Jika ‘berbuat sesuatu’ itu selalu memberi dampak, demikian pula ‘tidak berbuat sesuatu’ juga memiliki konsekuensi.