Banyak gereja mengeluh kesulitan mendapatkan pemimpin untuk menjadi gembala di gereja mereka. Tamatan sarjana Alkitab atau Teologi banyak, tetapi mendapatkan pemimpin rohani sangat sulit. Tentu mencari akar penyebabnya tidak mudah. Namun banyak yang menunjuk “pabrik”nya yaitu sekolah teologi. Sekolah teologi atau seminari sering dijadikan sasaran atau kambing hitam atas kesulitan mendapatkan pemimpin rohani. Pada satu sisi mungkin saja benar di mana pembinaan di sekolah teologi hanya berfokus kepada persoalan intelektual belaka dan tidak melakukan pendidikan yang sungguh-sungguh mengikuti teladan yang Yesus berikan secara nyata. Masalahnya bagaimana menciptakan pemimpin rohani? Sekolah teologi bukan satu-satunya yang harus ditimpakan kesalahan. Namun semua pihak bertanggung jawab, dalam hal ini diri pribadi pemimpin orang itu, gereja di mana dia menjadi anggota dan mengutusnya, dan juga tentunya sekolah teologi. Bila pemimpin itu sendiri tidak mau dibentuk oleh Kristus dan Firman, maka sulit bagi kita untuk mendapatkan kualitas pemimpin rohani yang diharapkan. Gereja juga bertanggung jawab melakukan pembinaan dan melatih dalam melayani dan tidak memberikan rekomendasi bila calon ini masih diragukan komitmen pelayanannya. Dan akhirnya sekolah teologi bertanggung jawab membentuk calon pemimpin secara menyeluruh dan bukan hanya intelektualnya saja belajar tentang Tuhan.
Namun pemimpin rohani itu sebenarnya seperti apa? Tentu jawabannya kompleks dan banyak. Namun khusus dalam bagian ini penulis akan memaparkan secara singkat lima prinsip pemimpin yang rohani dan yang harus dihidupi pemimpin. Ini ditulis oleh Chris Larson, di mana menurut penulis kelima prinsip pemimpin rohani ini terinspirasidari kehidupan seorang tokoh hamba Tuhan yang sangat dikenal di dunia yaitu Dr. John MacArthur (teolog, pengkotbah dari tradisi Reformed Injili). Kelima prinsip pemimpin rohani itu adalah:
- Pemimpin rohani adalah orang yang memimpin dan menuntun kehidupan orang lain dengan Firman Tuhan, yaitu yang menjadikan Alkitab adalah Firman Tuhan. Dia menolak bentuk-bentuk kepemimpinan yang memakai berbagai bentuk tekanan dan pengaruh yang bukan dari Firman Tuhan. Dia tidak memakai cara kasar dan kotor untuk memimpin. Perhatiannya adalah mengajarkan Firman Tuhan secara akurat, dan memperlihatkan kehidupan yang tunduk kepada otoritas Firman Tuhan.
- Pemimpin rohani menginspirsasikan kasih sayang kepada orang yang dipimpinnya karena mereka belajar Kristus dari sang pemimpin dan melihat Kristus di dalam pemimpinnya. Mereka mengikuti dia karena dia mengikuti Kristus. Dan mereka mengasihi dia karena dia mengasihi mereka di dalam Kristus. Rasul Paulus menyimpulkan roh dari pemimpin yang benar ketika dia menulis, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus (1 Kor 11:1). Versi NKJV mengatakan: “Imitate me, just as I also imitate Christ”. Di sini Paulus sebagai pemimpin minta pengikutnya meniru dia sebagaimana dia meniru Kristus. Dan jangan pernah ragu akan apa yang Firman Tuhan katakan untuk ditiru. Banyak bagian Alkitab menjadikan Kristus sebagai teladan untuk diikuti, di mana penekanannya kepada kerendahan hati.
- Pemimpin rohani siap menjadi pemimpin yang tidak populer. Dari sejak raja Israel yaitu Ahab yang menuduh Elia dengan mengatakan: "Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?", membuktikan bahwa kesetiaan kepada Firman Tuhan seperti Elia tidak akan membawa popularitas bagi mayoritas pengikut.Dr. MacArthur secara jelas mengatakan, ‘You cannot be faithful and popular, so take your pick (Kamu tidak bisa bersamaan setia dan populer, pilihlah).’ Pencarian terhadap popularitas adalah sesuatu yang bersifat jangka pendek dan tidak berusia lama. Sukses itu bukan kekayaan, kuasa, kemapanan, popularitas, dan semua hal yang dunia sebutkan tentang sukses. Sukses sejati adalah melakukan kehendak Allah walaupun ada harga yang harus dibayar.
- Pemimpin rohani harus bangkit dan memiliki kesadaran akan adanya bahaya zaman. Tidak semua pemimpin Kristen memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami zaman seperti yang diberikan kepada Bani Isakhar. Firman Tuhan berkata: “Dari bani Isakhar orang-orang yang mempunyai pengertian tentang saat-saat yang baik (understanding of the times), sehingga mereka mengetahui apa yang harus diperbuat orang Israel” (1 Taw 12:32). Ada dalam periode sejarah gereja di mana pemimpin melakukan kesalahan serius dalam bagaimana Kristus diberitakan. Ada juga tanda-tanda zaman yang salah dibaca, sehingga melahirkan pemimpin yang keliru dalam memahami akhir zaman ini. Ada pula pemimpin yang membiarkan pengajarannya menjadi sangat sekuler dan mengikuti prinsip-prinsip dunia dengan alasan mengikuti tren zaman. Pemimpin rohani yang sejati akan bangkit memberikan tuntunan yang Allah berikan.
- Pemimpin rohani tidak akan menuntun pengikutnya untuk fokus kepada dirinya sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin, dia sendiri secara pribadi berhutang segalanya kepada Kristus. Sebagai seorang berdosa, dia melihat ada suatu kebutuhan untuk hidup dalam roh pertobatan dalam seluruh kehidupannya. Dia menyadari ada jarak dan kontras apa yang ada dalam dirinya dan berita yang dikotbahkannya. Itu sebabnya pemimpin harus menyadari bahwa kalaupun dia berhasil, itu karena Tuhan. Paulus berkata: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami “ (2 Kor 4:7). Terpilihnya seseorang menjadi pemimpin, itu karena Allah memilih kita dan itu semata-mata atas dasar kedaulatan-Nya dalam memilih, sehingga Dialah yang harus menerima hormat dan kemuliaan. Dia memilih kita yang lemah sehingga tidak ada pemimpin yang bisa membanggakan diri, tetapi membanggakan Tuhan, di mana kita adalah hanya alatNya.
Bagian ini disadur dari “5 Principles for Evangelical Leadership” oleh Chris Larson diambil dihttp://www.ligonier.org/blog/5-principles-evangelical-leadership/.