Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

15 Februari 2015

Renungan Harian -Minggu, 15 Februari 2015



Im 13:1-2.45-46 | Mzm 32:1-2.5.11 | 1 Kor 10:31-11:1 | Mrk 1:40-45


Lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.

Sekali peristiwa, seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus. Sambil berlutut di hadapan Yesus ia memohon bantuanNya, katanya, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.

Yesus menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras, "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Yesus tinggal di luar kota di tempat-tempat yang sepi, namun orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru.


Renungan 

Setelah menyembuhkan orang kusta itu, Yesus tidak menyuruhnya pergi mandi tetapi meminta dia untuk memperlihatkan diri kepada imam. Ada tujuan luhur di dalam suruhan ini, yakni agar setiap orang yang menyaksikan peristiwa itu, jika di masa mendatang juga mengalami karunia Tuhan, haruslah diutamakan rasa syukur kepada Tuhan. Dengan memperlihatkan diri kepada imam, ia sekaligus diarahkan untuk bersyukur kepada Allah atas rahmat kesembuhan yang telah ia terima melalui Yesus.

Orang yang bersyukur adalah orang yang selalu menyadari bahwa ia hanya berarti dan selamat dalam hidupnya, karena belas kasih dan cinta Allah semata-mata. Cinta Allah dapat dialami melalui sesama manusia dan melalui kelimpahan isi alam yang dinikmati setiap saat. Ia pun akan tetap menyadari bahwa, sebetulnya Allah sudah begitu murah hati dengan menyediakan segalanya kepada manusia, karena itu sebetulnya manusia harus bersyukur bukannya hanya meminta dan menuntut, seolah-olah Allah tidak peduli lagi dengan hidup manusia.

Dalam kehidupan sebagai orang beriman, kita mempunyai kebiasaan untuk memper-sembahkan intensi syukur dalam misa kudus, setelah sukses dalam suatu pekerjaan, sembuh dari penyakit, hari ulang tahun, luput dari bahaya yang mengancam nyawa, kelahiran seorang anak, dan sebagainya. Semua kebiasaan ini merupakan pantulan dari hati yang memiliki hutang budi kepada Allah, yang telah menyatakan perlindungan-Nya kepada kita. Orang yang senantiasa memelihara rasa syukur adalah dia yang membiarkan Allah menjadi fondasi hidupnya.


Apakah anda sering bersyukur dalam hidup atau lebih banyak menuntut?
Apakah anda mengalami kehadiran Allah dalam setiap rencana dan tugasmu?