Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

12 Februari 2015

Renungan Jumat, 13 Februari 2015: Anugerah Hawa


Pekan Biasa V; 

Kej 3:1-8; 
Mzm 32; 
Mrk 7:31-37

Dikisahkan bagaimana ular menggoda perempuan untuk memakan buah yang ada di tengah-tengah taman yang di larang Allah untuk diraba apa lagi dimakan. Perempuan tergoda memakan nya dan memberikan buah itu kepada suaminya. Sejak saat itu dunia mereka berubah karena mata mereka terbuka dan mereka menyadari bahwa mereka telanjang.

Kisah ini membuat perempuan dianggap begitu lemah terhadap godaan. Semua kesalahan dan penderitaan seolah ditanggungkan kepada perempuan karena ia terbujuk ular. Namun, kesalahan tidak bisa dilimpahkan seluruhnya kepada perempuan. Bukanlah Adam juga ada di situ pada saat ular membujuk istrinya. Tidak bisakah Adam melindungi atau menjauhkan istrinya dari bujukan ular? Mengapa Adam diam saja, bahkan ikut memakan? Tetapi kita jangan jatuh pada kebiasaan saling menyalahkan.
asih terus bekerja. Setidaknya dari kisah ini perempuan dilukiskan memiliki kemampuan “bertindak aktif” dalam mengambil risiko untuk memperoleh apa yang dianggapnya “baik” dan “sedap” (bisa dibaca “keindahan”), keinginan untuk memiliki suatu yang dapat memberikan “pengertian” (bisa dibaca “kebijaksanaan”). Bukankah anugerah ini masih terus diwariskan kepada kita se bagai keturunan Adam dan Hawa sampai saat ini?

=======


Bacaan 1  
Kej 3:1-8; 

Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.


========

Mzm 32:1-2,5-7

Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!

Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.

Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.


Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak.




Mrk7:31-37

Yesus menyembuhkan seorang tuli

Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.

Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu.

Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.

Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!

Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.

Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya.

Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."

=========================

Bacaan   : Amsal 31:10-31
Setahun : Bilangan 3-4
Nats       : Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya                            memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka                      semua. (Amsal 31:28-29)
PUJIAN UNTUK IBUKU

Saya tertarik membaca ungkapan hati Dena Dyer tentang ibunya. Ia menulis, "Ibu belum pernah ikut lari maraton, namun tengah malam ia bisa lari ke toko membeli obat ketika aku sakit. Ibu belum pernah bekerja di luar rumah, namun ia menjadikan rumah kami seperti oasis. Ibu adalah panutanku. Ibu menyeka begitu banyak air mata ketika aku menghadapi masalah dengan anak laki-laki, menenangkanku ketika aku bermimpi buruk, dan melantunkan ribuan doa untukku. Aku sudah berkali-kali memberi tahu ibu: dialah pahlawanku. Aku tersenyum senang jika orang berkata aku mirip ibuku karena aku tidak ingin mirip siapa pun di dunia ini selain ibuku."

Berapa sering anak kita memberikan pernyataan yang tulus dengan menyebut ibunya sebagai orang yang berbahagia? Bukan pernyataan yang dibuat-buat, melainkan lahir dari pengalaman anak dalam kehidupan rumah tangga, dalam melihat sikap dan perilaku seorang ibu di tengah keluarga. Penulis kitab Amsal menyebutkan bahwa istri yang takut akan Tuhan merupakan modal penting dalam rumah tangga yang berbahagia. Ia menjadi kebanggaan dan membangkitkan sukacita bagi suami dan anak-anaknya.
Sungguh besar peran seorang ibu di tengah-tengah keluarga kita. Mereka dipanggil Tuhan menjadi penolong bagi suami dan ibu bagi anak-anak mereka. Ketika badai menerpa perahu kehidupan rumah tangga, para ibu diharapkan tetap berdiri dengan iman yang teguh, mendukung sang suami dan menenangkan anak-anak. Mari kita meluangkan waktu untuk berdoa bagi para ibu. 

PEREMPUAN YANG CAKAP DAN TAKUT AKAN TUHAN