Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

22 Februari 2015

Renungan === Minggu, 22 Februari 2015

Renungan, 22 Februari 2015: Bertobatlah dan Percayalah pada Injil

Bertobatlah dan Percayalah pada Injil

Secara khusus dalam Masa Prapaskah ini, kita diingatkan untuk tidak tinggal tetap dalam dosa, atau tidak tinggal tetap dikuasai setan dan roh-roh jahat. Kita harus melaksanakan seruan Yesus: “Bertobatlah dan percaya pada Injil!”

Minggu Prapaskah I: Kej 9:8-15; Mzm 25; 1Ptr 3:18-22; Mrk 1:12-15

Penginjil Markus menulis: “Segera sesudah itu, Roh memimpin Yesus ke padang gurun. Di padang gurun itu, Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai oleh Iblis” (Mrk 1:12-13). Cerita Markus tentang Pencobaan Yesus begitu singkat dibanding dengan cerita Matius (Mat 4:1-11) dan Lukas (Luk 4:1-13). Dikatakan bahwa cerita Matius dan Lukas tentang Pencobaan Yesus merupakan perluasan atau pengembangan dari cerita Markus. Dengan cerita pencobaan ini, Markus menggambarkan karya penyelamatan Yesus. Sebagai Putra Allah dan pembawa Roh Kudus (Mrk 1:10-12), Yesus mampu mengalahkan atau menghancurkan kerajaan setan dan roh-roh jahat. Habitat dari mereka ialah padang gurun.

Ada suasana perang antara Yesus dan setan, antara kekuatan baik dan kekuatan jahat. Oleh Roh Kudus, Yesus dimasukkan ke dalam suasana perang itu. Tidak seperti dalam Matius dan Lukas, isi pencobaan tidak diceritakan Markus. Markus mewartakan, Yesus mampu mengalahkan setan dan roh-roh jahat. Yesus mampu mengalahkan setan yang dilambangkan dengan binatang-binatang buas (bdk. Yes 13:21-22; Yeh 34:5,8,25). Dengan itu, Yesus mendapatkan kembali surga yang hilang oleh karena godaan setan atas Adam dan Hawa.

Dalam mengalahkan setan, Yesus dibantu malaikat-malaikat yang merupakan balatentara surgawi di pihak Allah demi melawan setan dan roh-roh jahat. Memang hasil perjuangan Yesus melawan setan dan roh-roh jahat tidak disampaikan secara jelas oleh Markus dalam perikop ini. Barulah dalam Mrk 3:27, secara jelas Markus menyatakannya.

Misteri Kerajaan Allah ini diwartakan Yesus dan pendahulu- Nya, yakni Yohanes Pembaptis. Bagi Yesus, isi pewartaan-Nya ialah Kabar Gembira (bdk. Yes 61:1-2; 40:9; 52:7). Selanjutnya, pewartaan Yesus tentang misteri Kerajaan Allah dilanjutkan Gereja, yaitu para pengikut Yesus. Yesus mewartakan Misteri Kerajaan Allah yang nampak secara penuh dan final dalam diri-Nya. Bagaimana manusia seharusnya menanggapi pewartaan Yesus ini? Manusia harus menjawabnya dengan bertobat dan percaya pada Injil.

Sejak Rabu Abu, Gereja Katolik memasuki Masa Puasa dan Masa Prapaskah. Kita sadar, seperti Adam dan Hawa, kita senantiasa dicobai setan melalui rupa- rupa cara. Tidak seperti Yesus, kenyataannya kita manusia tak mampu mengalahkan setan dan roh-roh jahat. Kita senantiasa jatuh dalam dosa.

Secara khusus dalam Masa Prapaskah ini, kita diingatkan untuk tidak tinggal tetap dalam dosa, atau tidak tinggal tetap dikuasai setan dan roh-roh jahat. Kita harus melaksanakan seruan Yesus: “Bertobatlah dan percaya pada Injil!” Dan, tanda pertobatan ialah pembaptisan. Berbeda dengan Air Bah yang membinasakan manusia berdosa, Air Baptis justru menyelamatkan kita “berkat kebangkitan Yesus Kristus yang telah naik ke surga dan kini duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia menaklukkan segala malaikat, kuasa, dan kekuatan kepada-Nya” (1Ptr 3:22).

Sesudah bertobat dan percaya pada Injil, kita sebagai pengikut Yesus tak boleh tinggal diam. Kita harus ambil bagian dalam karya pewartaan- Nya tentang pertobatan dan percaya pada Injil. Kata Paus Fransiskus dalam Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium no.15: “Yohanes Paulus II meminta kita untuk mengakui bahwa tidak boleh ada berkurangnya dorongan untuk mewartakan Injil kepada mereka yang jauh dari Kristus, karena inilah tugas pertama Gereja. Sesungguhnya, kegiatan misioner masa kini masih merupakan tantangan terbesar bagi Gereja dan tugas misioner harus menjadi yang utama”.

Apakah yang akan terjadi jika kita menangkap kata- kata ini lebih serius? Kita akan menyadari begitu saja bahwa karya misioner adalah paradigma bagi semua kegiatan Gereja. Tugas ini terus menjadi sumber sukacita besar bagi Gereja. “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita besar di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan” (Luk 15:7).

Kata Paus Benediktus XVI dalam Anjuran Apostoliknya Verbum Dei no.95: “Semangat misioner adalah tanda nyata kedewasaan Komunitas Gerejani” Semoga sebagai Gereja, kita semakin hari semakin menjadi orang Kristen dewasa, karena secara terus-menerus bertobat, percaya pada Injil, dan mewartakannya dengan setia dan berani.