Ul 26:16-19 |
Mzm 119:1-2.4-5.7-8 |
Mat 5:43-48
Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya.
Dalam kotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-muridNya, "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga. Sebab Ia membuat matahariNya terbit bagi orang yang jahat dan bagi orang yang baik pula, hujan pun diturunkanNya bagi orang yang benar dan juga orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya."
---ooOoo---
Ajaran Yesus yang dianggap mustahil oleh banyak orang adalah, ajakan untuk mencintai musuh. Seorang sahabat dari Libya, ketika sama-sama mengikuti program komunikasi di Kairos, Irlandia, mengatakan, bahwa Nabi Isa mengajarkan suatu nilai yang sama sekali bertentangan dengan hukum psikologis manusia. Tak mungkin kita mencintai musuh. Seorang musuh justru harus diajar dengan cara yang keras, bila perlu dicabut saja nyawanya. Seorang teman lain dari Sligo, kota asal personel group band West Life, spontan mengatakan kalau ia keliru. Ajaran Yesus itu tidak bertentangan dengan psikologi manusia, melainkan menjaga agar keutuhan rasa damai manusia tetap baik dan terawat. Damai adalah kerinduan jiwa manusia sedangkan permusuhan merupakan hal yang merusakkan ketenteraman jiwa manusia. Yesus benar; Ia tidak mengajarkan hal yang bertentangan. Perdebatan singkat ini berakhir dengan pemahaman yang baik dari teman asal Libya itu.
Yesus menghendaki agar pengikut-Nya mempunyai idealisme dalam hidup, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa. Untuk itu kita perlu terus berjuang menghargai sesama dan menyadari, bahwa Allah hadir dan berkarya dalam diri orang lain. Itu alasan mengapa tak boleh memusuhi sesama. Kalau toh terlanjur bermusuhan, Yesus mengajarkan, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."
Mencintai musuh memang tidak mudah, tetapi kalau kita berhasil memaafkan dan akhirnya mencintai musuh kita, justru membawa rasa bahagia yang tidak terukur. Dan itu akan membuka pintu maaf bagi musuh-musuh yang lain. Dengan itu kita lebih mudah memahami orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kita memang perlu mencintai musuh demi kebahagiaan hidup kita sendiri.
- Apakah anda pernah berdoa bagi seorang musuh?
- Apakah anda cukup berani untuk memohon maaf jika melakukan kesalahan?