Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Jawab Yesus kepada mereka, “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?” Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata, “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapa kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.” Lalu mereka menjawab Yesus, “Kami tidak tahu.” Yesus pun berkata kepada mereka, “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Mat 21:23-27)
Bacaan pertama: Bil 24:2-7,15-17a; Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4-9
Para pemuka bangsa/agama Yahudi telah menunjukkan rasa benci mereka terhadap Yesus secara terbuka, dan mereka mencari kesempatan untuk menangkap Dia dan kemudian mengeksekusinya. Namun niat buruk mereka sementara itu tidak dapat diwujudkan oleh karena mereka merasa takut, karena sang Rabi dari Nazaret itu sedang naik daun dan memang sedang popular-populernya di mata publik. Orang-orang jahat ini mempunyai dua alternatif:
Para pemuka agama/bangsa Yahudi itu begitu pengecut untuk menjawab pertanyaan Yesus karena mereka telah disudutkan. Mereka hanya memperbincangkannya di antara mereka sendiri. Jika mereka mengatakan bahwa kuasa Yohanes Pembaptis berasal dari surga/Allah, maka Yesus akan balik bertanya: “Kalau begitu, mengapa kamu tidak percaya kepadanya?” Apabila mereka menjawab bahwa kuasa Yohanes Pembaptis bukan berasal dari Allah, maka rakyat/orang banyak akan merajam mereka dengan batu karena memfitnah Yohanes Pembaptis. Oleh karena itu mereka berkata: “Kami tidak tahu” (Mat 21:27). Lalu Yesus pun berkata kepada mereka, “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu” (Mat 21:27).
Bacaan pertama: Bil 24:2-7,15-17a; Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4-9
Para pemuka bangsa/agama Yahudi telah menunjukkan rasa benci mereka terhadap Yesus secara terbuka, dan mereka mencari kesempatan untuk menangkap Dia dan kemudian mengeksekusinya. Namun niat buruk mereka sementara itu tidak dapat diwujudkan oleh karena mereka merasa takut, karena sang Rabi dari Nazaret itu sedang naik daun dan memang sedang popular-populernya di mata publik. Orang-orang jahat ini mempunyai dua alternatif:
- mereka harus mendiskreditkan Yesus dahulu sebelum menangkap-Nya; atau
- secara diam-diam/rahasia mereka menghabiskan nyawa-Nya sebelum publik sadar akan hal itu.
Para pemuka agama/bangsa Yahudi itu begitu pengecut untuk menjawab pertanyaan Yesus karena mereka telah disudutkan. Mereka hanya memperbincangkannya di antara mereka sendiri. Jika mereka mengatakan bahwa kuasa Yohanes Pembaptis berasal dari surga/Allah, maka Yesus akan balik bertanya: “Kalau begitu, mengapa kamu tidak percaya kepadanya?” Apabila mereka menjawab bahwa kuasa Yohanes Pembaptis bukan berasal dari Allah, maka rakyat/orang banyak akan merajam mereka dengan batu karena memfitnah Yohanes Pembaptis. Oleh karena itu mereka berkata: “Kami tidak tahu” (Mat 21:27). Lalu Yesus pun berkata kepada mereka, “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu” (Mat 21:27).
Yesus tidak puas dengan kemunafikan kaum elit Yahudi tersebut. Apabila mereka adalah pengecut-pengecut, maka Yesus menunjukkan bahwa diri-Nya bukanlah seorang pengecut yang munafik. Orang-orang yang suka mengajukan pertanyaan jebakan kepada Yesus pada masa itu dikenal sebagai orang-orang berhikmat walaupun mereka tidak lebih daripada kaum munafik yang pengecut. Yesus memberi tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan menjebak dari para lawan-Nya, tidak dengan kemarahan atau kepahitan, melainkan dengan penuh hikmat dan kasih yang berasal dari relasi-Nya yang intim dengan Bapa-Nya di surga seperti dikatakan-Nya sendiri ketika bersaksi tentang diri-Nya: “Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran” (Yoh 5:20). Kehidupan doa Yesus dan perhatian-Nya yang mendalam tentang pimpinan Roh Kudus merupakan sumber kasih-Nya, hikmat-Nya, dan kekuatan-Nya.
Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus, tidak ada seorang pun dari kita yang kebal terhadap penolakan, tuduhan, atau pengejaran serta penganiayaan selagi kita mengikuti jejak Yesus. Akan tetapi, melalui kematian dan kebangkitan-Nya, kita dijadikan-Nya “ciptaan baru” dan dibawa semakin dekat lagi dengan hati Bapa surgawi. Dengan mencari keintiman yang lebih mendalam dengan Tuhan melalui doa-doa, liturgi – teristimewa Ekaristi, dan juga pembacaan serta permenungan sabda Allah dalam Kitab Suci, maka kita pun belajar untuk menanggapi berbagai komentar negatif, kritik negatif, dan pertanyaan menjebak dari para lawan kita – dengan kasih dan hikmat Allah sendiri. Sekarang, selagi kita memohon kepada Allah untuk diberikan hikmat-Nya dan hati yang dipenuhi kasih, kita membuka diri kita bagi kuasa Roh Kudus yang dapat mentransformasikan itu, sehingga kita pun dapat menjadi semakin serupa dengan Yesus, yang selalu berbicara tentang kebenaran dengan penuh kasih.
Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus, tidak ada seorang pun dari kita yang kebal terhadap penolakan, tuduhan, atau pengejaran serta penganiayaan selagi kita mengikuti jejak Yesus. Akan tetapi, melalui kematian dan kebangkitan-Nya, kita dijadikan-Nya “ciptaan baru” dan dibawa semakin dekat lagi dengan hati Bapa surgawi. Dengan mencari keintiman yang lebih mendalam dengan Tuhan melalui doa-doa, liturgi – teristimewa Ekaristi, dan juga pembacaan serta permenungan sabda Allah dalam Kitab Suci, maka kita pun belajar untuk menanggapi berbagai komentar negatif, kritik negatif, dan pertanyaan menjebak dari para lawan kita – dengan kasih dan hikmat Allah sendiri. Sekarang, selagi kita memohon kepada Allah untuk diberikan hikmat-Nya dan hati yang dipenuhi kasih, kita membuka diri kita bagi kuasa Roh Kudus yang dapat mentransformasikan itu, sehingga kita pun dapat menjadi semakin serupa dengan Yesus, yang selalu berbicara tentang kebenaran dengan penuh kasih.
Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 845
Ref. Tuhan adalah kasih setia, bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya
Ayat. (Mzm 25:4bc-5ab.6-7c.8-9)
Ref. Tuhan adalah kasih setia, bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya
Ayat. (Mzm 25:4bc-5ab.6-7c.8-9)
- Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.
- Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa-dosaku pada waktu muda, dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu.
- Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.
DOA:
Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Tanpa Engkau kami tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh Roh Kudus-Mu, transformasikanlah hati kami dan tariklah kami agar dapat menjadi semakin dekat dengan Bapa surgawi. Biarlah Roh Kudus-Mu membimbing kami, memimpin kami, memberdayakan kami agar dapat hidup sehari-hari dengan cara yang senantiasa menyenangkan hati-Mu.
Amin.