Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, – seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus – untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapak leluhur kita bahwa ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di dihadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, yang dengannya Ia akan datang untuk menyelamatkan kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang tinggal dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.” (Luk 1:67-79)
Bacaan pertama: 2Sam 7:1-5,8b-12,16; Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-5,27,29
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya dan membawa kelepasan baginya” (Luk 1:68).
Ketika malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Zakharia dan memberitahukan kepadanya bahwa istrinya yang sudah tua dan mandul itu akan mengandung, Zakharia mempertanyakan hal itu dalam keragu-raguannya: “Bagaimanakah aku tahu bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah lanjut umurnya.” Sebagai akibatnya, Zakharia dibuat menjadi bisu sampai kelahiran yang dijanjikan itu menjadi kenyataan (lihat Luk 1:18-20). Selama sembilan bulan tak berbicara, Zakharia tentunya secara berulang-ulang mengingat dan merenungkan kata-kata sang malaikat tersebut. Kita dapat membayangkan bagaimana kiranya dia merenungkan janji-janji Allah yang terdapat dalam Kitab Suci dan dalam keheningan memohon kepada Allah agar menolongnya memahami dengan lebih mendalam perihal pesan keselamatan yang telah disampaikan oleh sang malaikat.
Bacaan pertama: 2Sam 7:1-5,8b-12,16; Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-5,27,29
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya dan membawa kelepasan baginya” (Luk 1:68).
Ketika malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Zakharia dan memberitahukan kepadanya bahwa istrinya yang sudah tua dan mandul itu akan mengandung, Zakharia mempertanyakan hal itu dalam keragu-raguannya: “Bagaimanakah aku tahu bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah lanjut umurnya.” Sebagai akibatnya, Zakharia dibuat menjadi bisu sampai kelahiran yang dijanjikan itu menjadi kenyataan (lihat Luk 1:18-20). Selama sembilan bulan tak berbicara, Zakharia tentunya secara berulang-ulang mengingat dan merenungkan kata-kata sang malaikat tersebut. Kita dapat membayangkan bagaimana kiranya dia merenungkan janji-janji Allah yang terdapat dalam Kitab Suci dan dalam keheningan memohon kepada Allah agar menolongnya memahami dengan lebih mendalam perihal pesan keselamatan yang telah disampaikan oleh sang malaikat.
Akhirnya, pada akhir masa “hening”-nya, Zakharia ditransformasikan dari seorang yang meragukan Tuhan menjadi seorang pribadi yang dipenuhi dengan pujian dan adorasi bagi kemuliaan Allah. Pada waktu penyunatan Yohanes Pembaptis, Zakharia menyanyikan sebuah kidung dengan penuh sukacita, menyatakan bahwa Tuhan telah memenuhi janji-janji-Nya – tidak hanya bagi dirinya dan Elisabet, melainkan juga bagi segenap umat Allah. Sampai sekarang Kidung Zakharia (Benedictus) ini berkumandang di seluruh dunia tak henti-hentinya karena selalu didaraskan/dinyanyikan setiap kali kita mendoakan Ibadat Pagi dalam Ibadat Harian.
Allah memang sungguh luarbiasa dan menakjubkan. Ia sangat setia pada janji-janji-Nya! Kitab Suci selalu menunjuk pada pemenuhan janji-janji-Nya. Semua kerinduan dan ekspektasi dari umat seperti Zakharia mendapatkan balasan dalam diri Yesus, yang “akan akan datang untuk menyelamatkan kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang tinggal dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera” (Luk 1:78-79). Allah telah mengunjungi umat-Nya dan menganugerahkan kepada kita kebebasan dari tangan musuh, dan dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut (Luk 1:74; lihat juga 1:71).
Sebagaimana Dia telah melakukan atas diri Zakharia, Allah ingin menunjukkan kepada kita bahwa Dia setia pada janji-janji-Nya. Walaupun dipenuhi banyak kesibukan pada beberapa hari mendatang, kita tetap harus menyediakan waktu hening untuk berdoa di hadapan hadirat Tuhan dan memohon kepada-Nya untuk berbicara kepada hati kita masing-masing. Barangkali kita dapat membaca dalam suasana doa berbagai narasi dalam Injil yang berkaitan dengan Natal dan memohon kepada Roh Kudus untuk menyatakan kasih Allah bagi kita secara lebih mendalam. Anggota-anggota keluarga atau komunitas dapat berkumpul bersama untuk beberapa saat berdoa guna merenungkan belas kasih Allah kepada kita semua.
Allah memang sungguh luarbiasa dan menakjubkan. Ia sangat setia pada janji-janji-Nya! Kitab Suci selalu menunjuk pada pemenuhan janji-janji-Nya. Semua kerinduan dan ekspektasi dari umat seperti Zakharia mendapatkan balasan dalam diri Yesus, yang “akan akan datang untuk menyelamatkan kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang tinggal dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera” (Luk 1:78-79). Allah telah mengunjungi umat-Nya dan menganugerahkan kepada kita kebebasan dari tangan musuh, dan dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut (Luk 1:74; lihat juga 1:71).
Sebagaimana Dia telah melakukan atas diri Zakharia, Allah ingin menunjukkan kepada kita bahwa Dia setia pada janji-janji-Nya. Walaupun dipenuhi banyak kesibukan pada beberapa hari mendatang, kita tetap harus menyediakan waktu hening untuk berdoa di hadapan hadirat Tuhan dan memohon kepada-Nya untuk berbicara kepada hati kita masing-masing. Barangkali kita dapat membaca dalam suasana doa berbagai narasi dalam Injil yang berkaitan dengan Natal dan memohon kepada Roh Kudus untuk menyatakan kasih Allah bagi kita secara lebih mendalam. Anggota-anggota keluarga atau komunitas dapat berkumpul bersama untuk beberapa saat berdoa guna merenungkan belas kasih Allah kepada kita semua.
Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 868
Ref. Kerelaan Tuhan hendak kunyanyikan selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 89:4-5.16-17.27.29; Ul: 2)
Ref. Kerelaan Tuhan hendak kunyanyikan selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 89:4-5.16-17.27.29; Ul: 2)
- Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, hendak menuturkan kesetiaan-Mu turun-menurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya kesetiaan-Mu tegak seperti langit.
- Engkau berkata, "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Aku hendak menegakkan anak cucumu untuk selama-lamanya, dan membangun takhtamu turun-menurun."
- Dia pun akan berseru kepada-Ku, "Bapa-kulah Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku." Untuk selama-lamanya Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia, dan perjanjian-Ku dengannya akan Kupegang teguh.
DOA:
Bapa surgawi, bukalah hati kami lebih lebar lagi agar dapat menerima pembebasan/pelepasan dan kasih-Mu. Datanglah mengunjungi kami dan angkatlah kegelapan hati kami serta rasa khawatir dan takut kami, sehingga dengan demikian terang-Mu dapat bercahaya dalam diri kami dan membimbing kami ketika berjalan bersama-Mu.
Amin.