Nabi berkata, “Ya Tuhan, dengan tongkat-Mu gembalakanlah umat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri. Mereka terpencil, mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka merumput di Basyan dan Gilead seperti pada zaman dahulu kala. Perlihatkanlah kepada kami tindakan-tindakan ajaib seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir. Adakah Allah lain seperti Engkau, yang mengampuni dosa-dosa dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan oleh sisa-sisa milik-Nya sendiri, yang tidak murka untuk selama-lamanya, melainkan berkenan pada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham sebagaimana telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.9-10.11-12; Ul: 8a)
- Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!
- Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
- Tidak terus-menerus Ia murka, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
- Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (Luk 15:18)
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa".
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:1-3.11-32)
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka. “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya, ‘Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku.’ Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu, lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskan harta miliknya, timbullah bencana kelaparan di negeri itu, dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu.
Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: ‘Betapa banyak orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa; aku tidak layak lagi disebut anak Bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa.’ Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Ayah itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya, “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, dan pakaikanlah kepadanya; kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.’ Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang. Ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semua itu. Jawab hamba itu, ‘Adikmu telah kembali, dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatkan kembali anak itu dengan selamat’. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya, ‘Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.’ Kata ayahnya kepadanya, ‘Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali’.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Tujuh abad sebelum kedatangan Yesus, Nabi Mikha setia mengkritik bangsa Israel yang kerap jatuh dalam dosa, bahkan menubuatkan kehancuran Samaria dan Yerusalem. Namun, seperti nabi lainnya, ia melihat melampaui hukuman, bahwa keinginan dan rencana Allah bagi umat-Nya adalah pengampunan bukan hukuman, kehidupan bukan kematian. Ia meramalkan kelahiran Mesias yang datang untuk menyayangi kita, menghapus semua kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir laut (bdk. Mi. 7:19). Sosok Mesias itu ditampilkan Yesus dalam figur bapak yang murah hati; ia melupakan kelakuan anak-anaknya di masa lampau dan selalu siap menerima, memaafkan mereka tanpa syarat.
Kita harus yakin bahwa setiap kali berbalik kepada-Nya dengan penuh sesal dan tobat, Allah pasti memberi pengampunan. Kasih pengampunan itu harus diteruskan dengan semakin mudah pula memaafkan sesama yang bersalah kepada kita.
Banyak orang mengira bahwa Tuhan itu pribadi yang suka mengingat-ingat dosa manusia, mengadili dan menghukum pendosa. Hal ini yang membuat orang enggan datang kepada Tuhan dan mohon ampun kepada-nya karena merasa tidak ada gunanya. Tuhan tidak akan mengampuni dosanya yang banyak itu. Ini yang membuat para pendosa merasa putus asa karena peluang untuk bertobat tertutup baginya.
Apakah Tuhan seperti itu? Ternyata tidak demikian. Dalam Injil mengenai Bapa yang berbelas kasih, Allah digambarkan sebagai Bapa yang menerima kembali secara penuh anaknya yang pergi menghambur-hamburkan harta miliknya untuk berfoya-foya. Ketika didapati anaknya yang bungsu pulang karena hartanya telah habis, Ia tidak memarahi, menghukum, menuntut apa pun dan tidak mengungkit-ungkit kesalahannya. Ia malahan merangkul dan menciumnya. Ketika anaknya menyatakan penyesalan dan ketidak layakannya sebagai anaknya, Bapa tersebut tidak mau mempedulikan kata-kata anak bungsunya. Sebaliknya, Ia malah menyuruh hambanya untuk menyiapkan jubah terbaik, cincin dan sepatu untuk dikenakan pada kakinya. Setelah itu Ia menyuruh hambanya untuk menyembelih lembu tambun untuk menyambut kedatangan anaknya itu, karena anaknya itu telah mati dan menjadi hidup kembali. Ia telah hilang dan didapat kembali.
Hal ini menandakan bahwa Tuhan mau menerima orang berdosa secara tulus, penuh dan tanpa syarat apa pun. Ia juga tidak pernah mengingat-ingat kesalahan orang yang sudah diampuni-Nya. Bagi Tuhan, yang sudah ya sudah. Yang penting memulai kehidupan yang baru.
Oleh karena itu, kita tidak perlu takut untuk datang kepada Tuhan dan mengakui dosa kita dengan rendah hati. Kalau kita sungguh menyesal atas segala dosa kita dan mohon ampun atas dosa-dosa kita, Tuhan akan mengampuni dosa-dosa kita itu. Ia akan menerima kita kembali sebagai anak-Nya.
Kalau Tuhan begitu berbelas kasih kepada kita orang berdosa, kita hendaknya bersikap demikian juga kepada orang lain. Kita tidak mengingat-ingat kesalahannya melainkan mau mengampuni dan memberinya kesempatan untuk bertobat. Hanya dengan demikian, kita dapat menjadi saluran berkat kasih Tuhan bagi sesama yang berdosa.
Santo Syrillus dari Yerusalem, Uskup dan Pengaku Iman
Syrillus lahir di Yerusalem kira- kira pada tahun 315 dan meninggal disana pada tanggal 8 Maret 386. Ia ditahbiskan menjadi imam oleh Santo Maksimus, Uskup Yerusalem. Ia juga diangkat sebagai katekis khusus untuk para calon permandian (Katekumen). Untuk membantu imam- imam dan katekis lainnya, ia menulis sebuah buku pelajaran agama. Buku Katekismus ini merupakan buku pelajaran agama pertama yang secara ringkas menguraikan credo Para Rasul dan Sakramen- sakramen.
Sesudah menerangkan tentang sifat- sifat Allah yang Maha Esa, Syrillus menulis: Pengetahuan terbesar mengenai Allah adalah mengakui cinta kasih Nya dengan iman dan mengenal kebenaran Nya. Penjelasannya tentang Ekaristi Kudus tegas dan terang. Ia menulis: oleh karena Kristus sendiri telah memberkati roti persembahan sambil berkata ˜Inilah Tubuh Ku, siapakah yang berani bersaksi terhadap kebenaran ini? Dan setelah mengucap berkat atas roti, Ia mengambil anggur, memberkatinya sambil berkata Inilah Darah Ku siapa lagi yang masih bersangsi terhadap kebenaran ini dengan berkata ini bukanlah Darah Nya?
Sepeninggal Uskup Maksimus, Syrillus terpilih sebagai Uskup Yerusalem pada tahun 350. Awal karyanya sebagai Uskup di Yerusalem pada tahun 350. Awal karyanya dimulai dengan suatu penampakan ajaib di langit: sebuah salib besar tampak di langit dengan cahaya yang berkilau- kilauan meliputi puncak Kalvari hingga taman zaitun. Penampakan ini menandakan penderitaan yang akan dialaminya sebagai seorang Uskup.
Seperti Uskup- uskup lainnya pada masa itu, Syrillus juga beberapa kali dikejar dan diusir dari wilayah keuskupannya karena perlawanannya terhadap ajaran sesat Arianisme. Ia baru mulai memimpin gereja Yerusalem dengan tenang hingga kematiannya pada tahun 386 setelah kematian Kaisar Valentinus.
Santo Anselmus dari Lucca, Uskup
Anselmus lahir di Mantua, Italia pada tahun 1036.Kisah masa mudanya tidak banyak diketahui. Masa tuanya seluruhnya di abdikan pada kepentingan perkembangan gereja dan penyebaran iman. Anselmus yang dikenal sebagai keponakan Paus Alexander II (1061- 1073) ini menjadi pembantu terdekat Paus Gregorius VII (1073- 1085) dalam kampanye penyelesaian semua masalah dan keonaran di kalangan imam- imam.
Pada tahun 1073, Paus Gregorius VII menunjuk dia sebagai Uskup dioses Lucca. Ia ditahbiskan oleh Paus Gregrorius VII pada tanggal 23 Oktober 1074. Dalam kepemimpinannya Anselmus berusaha mengatur tata tertib hidup para imam di keuskupannya. Usahanya tidak disambut baik oleh para imam, karena aturan- aturan ciptaannya dirasa terlalu keras. Karena itu, Anselmus meninggalkan istananya dan pergi ke istana Matilda, seorang pangeran Wanita dari Ruscany di Cannosa, Italia. Selama berada disana, Anselmus menjadi pembimbing rohani dan penasehat politik bagi Matilda.
Karena pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang hukum Kanonik, Sri Paus Gregorius VII menugaskan Anselmus menyusun sebuah risalat guna melawan praktek pentahbisan kaum awam, dan mengumpulkan kanon- kanon tempo dulu yang menghukum praktek ini serta praktek- praktek lainnya yang tidak sah. Risalah Anselmus itu sangat mendukung kedudukan Gregorius VII dalam masyarakat.
Santo Salvator OFM, Pengaku Iman
Salvator hidup antara tahun 1530- 1567. Bruder ini menjalani mati raga keras dan bersikap rendah hati. Ia di karunia kemampuan menyembuhkan orang sakit. Karena tamu yang datang berbondong- bondong itu mengganggu hidup biara, maka ia sering disuruh ganti tempat.