Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

29 Maret 2017

Kamis, 30 Maret 2017 == Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Yohanes 5:31-47


Bacaan dari Kitab Keluaran (32:7-14)


Di Gunung Sinai Allah berfirman kepada Musa, “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak perilakunya. Begitu cepat mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka. Mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah serta mempersembahkan kurban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” Lagi firman Tuhan kepada Musa, “Telah Kulihat bangsa ini, dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk! Oleh sebab itu biarkanlah murka-Ku bangkit terhadap mereka, dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.” Lalu Musa mencoba melunakkan hati Tuhan, Allahnya, dengan berkata, “Mengapakah Tuhan, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu, dan menyesallah akan malapetaka yang hendak kaudatangkan kepada umat-Mu. Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.” Dan menyesallah Tuhan atas malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umatku.
Ayat. (Mzm 106:19-20.21-22.23)
  1. Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka menukar Yang Mulia dengan patung sapi jantan yang makan rumput.
  2. Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang besar di tanah Mesir; yang melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di tanah Ham, dan perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi laut Teberau.
  3. Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan-Nya, tidak mengetengahi di hadapan-Nya, untuk menyurutkan amarah-Nya, sehingga Ia tidak memusnahkan mereka.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya, beroleh hidup yang kekal.     
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (5:31-47)
  
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang Yahudi, “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar. Ada yang lain yang bersaksi tentang Aku, dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes, dan ia telah bersaksi tentang kebenaran. Tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Yohanes adalah pelita yang menyala dan bercahaya, dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku supaya Aku melaksanakannya. Pekerjan itu jualah yang sekarang Kukerjakan, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Dialah yang bersaksi tentang Aku! Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-Kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup kekal. Tetapi walupun Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku, dan kamu tidak menerima Aku. Jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, karena kamu menerima hormat seorang dari orang lain tetapi tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa yang kepadanya kamu menaruh pengharapan. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab Musa telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulis oleh Musa, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Aku katakan?”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Dalam masyarakat kita, juga dalam lingkup Gereja, siapa yang berbicara itulah yang menentukan. Yang dibicarakan hal yang sama, tetapi kalau itu dikatakan oleh Presiden akan berbeda gema dan wibawanya, dengan jika itu dikatakan oleh seorang pejabat kelurahan atau pamong desa. Begitu pula di lingkup Gereja, atas hal yang sama jika yang membicarakan Pastor Parokinya umat tentu akan mendengarkan dan lebih mantap daripada yang berbicara pengurus lingkungannya. Selalu begitu. Jabatan seseorang menentukan pula kadar wibawa yang disampaikannya.

 Pengantar itu cocok untuk mengawali renungan tentang tokoh Musa dalam bacaan pertama hari ini. Ketika Musa tidak segera turun dari gunung Sinai, umat Israel berdosa karena mereka membuat anak lembu tuangan lalu menyembahnya. Tuhan Allah murka dan berniat memusnahkan bangsa yang jahat ini, bangsa yang tidak setia. Maka Allah bersabda kepada Musa, "Biarkanlah murka-Ku bangkit terhadap mereka, dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar." Di sini Musa diberi tawaran indah dan menarik: Allah membinasakan umat Israel keturunan Abraham, Ishak dan Yakub ini dengan suatu bangsa dari keturunan Musa sendiri. Namun, di sini kita dapat melihat kebesaran hati Musa sebagai pemimpin bangsa Israel. Musa justru berdoa untuk melunakkan hati Tuhan. Dengan segala perkataan yang disampaikan, Musa mencoba untuk meyakinkan Tuhan betapa tidak baiknya membinasakan bangsa ini, terlebih Musa tahu bahwa Tuhan itu aslinya penuh kerahiman dan belas kasihan. Dan musa tepat, hati Tuhan luluh dan melunak. Dia tidak jadi membinasakan umat Israel berkat doa dan permohonan Musa, pemimpin bangsa Israel saat itu.

Marilah kita angkat peranan doa Musa sebagai pemimpin bangsa Israel waktu itu. Doa Musa sebagai gembala atau pemimpin umat ternyata mempunyai daya tawar yang sangat tinggi di hadapan Tuhan Allah. Doa seorang pemimpin umat ternyata mempunyai posisi yang berpengaruh dan berarti di hadapan Tuhan. Doa seorang pemimpin umat itu sangat didengarkan oleh Tuhan. Pokoknya doa pemimpin umat itu punya daya tawar tinggi di depan Tuhan. Marilah kita berdoa agar para gembala kita, para Uskup dan para Pastor kita suka mendoakan kita umat mereka ini. Doa para gembala kita ini sungguh mempunyai daya tawar tinggi di hadapan Allah. Semoga para gembala kita ini tidak hanya sibuk rapat dan pertemuan-pertemuan di sana-sini, tetapi selalu mengambil waktu untuk mendoakan umatnya, sebab doa seorang gembala atau pemimpin umat itu sangat tinggi nilainya di hadapan Tuhan.  

Murka Allah bangkit atas bangsa Israel yang mengkhianati kasih-Nya. Ia ingin membinasakan bangsa yang keras hati itu, tetapi yang setia kepada-Nya, seperti Musa, akan dijadikan bangsa yang besar. Musa tampil sebagai juru damai. Ia mengingatkan Allah akan janji dan kasih-Nya kepada Abraham-Ishak-Yakub. Allah pun menyesal dan membatalkan malapetaka yang direncanakan-Nya.

Pada zaman Yesus, bangsa itu masih saja bersikeras menolak-Nya sebagai Mesias. Sekalipun pada mereka ada kesaksian Yohanes Pembaptis, Kitab Suci (Taurat dan Kitab para Nabi), Suara Bapa yang berkumandang pada saat pembaptisan di Sungai Yordan, khususnya ajaran dan aneka mukjizat yang dikerjakan Yesus, mereka tetap menolak Dia. Keras kepala dan hati yang membatu adalah tanda kesombongan seorang yang merasa benar sendiri, yang menutup diri atas sapaan kasih Allah. Mari selalu menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci agar kita semakin mengenal betapa Allah selalu mengasihi kita dalam diri Kristus, Putra-Nya.


Santo Yohanes Klimakus, Pertapa 


Kisah masa kecil dan masa muda Yohanes Klimakus kurang diketahui dengan pasti. Banyak orang menduga bahwa ia berasal dari Palestina dan telah berkeluarga sewaktu memasuki biara pertapaan di gunung Sinai. Ia dikenal sebagai seseorang yang mampu bertahan terhadap aneka macam cobaan. Ia mampu mengekang dirinya terhadap segala macam godaan. Setelah selesai masa novisiatnya selama 4 tahun, ia mengikrarkan kaulnya. Melihat kepribadiannya yang menarik, Abbas biara itu meramalkan bahwa Yohanes akan menjadi Terang Besar bagi Gereja.

Beberapa tahun setelah kaulnya, Yohanes mengundurkan diri dari pertapaan gunung Sinai itu dan memencilkan diri ke gurun pasir yang sunyi. Disana ia mempelajari riwayat para Kudus serta berbagai tulisan mereka. Usaha ini berhasil membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang bijaksana dan suci. Banyak orang yang tertarik dengan kepribadiannya yang rajin datang meminta nasehat dan bimbingannya. Ia sendiripun sangat sering mengunjungi para pertapa lain di Mesir. Tentang para pertapa Mesir itu, Yohanes berkata: Kebanyakan mereka sudah tua; rambut mereka sudah putih termakan usia; kulit mereka berkerut keriput; tetapi wajah mereka ceria dan memancarkan kebijaksanaan hidup yang mendalam; keramahan dan kegembiraan mereka membuat saya senang berada diantara mereka; hati mereka tertuju kepada Allah dalam kepolosan dan kemurnian.

Dalam usia 70 tahun, Yohanes dipilih sebagai Abbas di tempat pertapaan di Gunung Sinai. Ia menulis sebuah buku mengenai kesempurnaan hidup Kristiani, yang terkenal selama berabad - abad. Pada hari- hari menjelang kematiannya, ia mengundurkan diri ketempat sunyi untuk berdoa dan bertapa. Ia meninggal pada tahun 649. 


Santa Roswita, Pengaku Iman

Roswita hidup antara tahun 935- 1000. orang tuanya yang kaya itu memasukan dia dalam biara Gandersheim di Jerman untuk dididik oleh suster- suster di biara itu. Mereka berharap anaknya bisa memperoleh pendidikan yang baik. Sesudah dewasa, Roswita memutuskan untuk menjadi suster di biara itu. Suster Roswita pandai menggubah syair dan mengarang buku- buku roman dan buku-buku keagamaan.