Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

03 Maret 2017

Sabtu, 04 Maret 2017 == Hari Sabtu sesudah Rabu Abu

 Lukas 5:27-32
Pembacaan dari Kitab Yesaya (58:9b-14)

Inilah Firman Allah, "Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan. Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan "yang memperbaiki tembok yang tembus", "yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni".  Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya Tuhan, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu.
Ayat. (Mzm 86:1-2.3-4.5-6)

  1. Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan, jawablah aku, sebab sengsara dan miskinlah aku. Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi: selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu.
  2. Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku. 
  3. Sebab, ya Tuhan, Engkau sungguh baik dan suka mengampuni; kasih setia-Mu berlimpah bagi semua orang yang berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya Tuhan, dan perhatikanlah suara permohonanku.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.

Aku tidak berkenan akan kematian orang fasik, melainkan akan pertobatannya supaya ia hidup.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (5:27-32)

Sekali peristiwa, Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.  Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."

Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan


Bacaan hari ini memperlihatkan dua tujuan pantang-puasa yang bisa direfleksikan bersama: Pertama, belajar untuk mengendalikan diri sendiri sehingga tidak semena-mena kepada sesama. Yesaya mengajak kita untuk membuka hati dan berlaku baik kepada sesama, membantu atau memberikan solusi terbaik bagi kebutuhan sesama yang menderita, sekaligus mengurangi kejahatan. Itulah yang membuat usaha mati-raga kita berkenan kepada Allah.
Kedua, memiliki sikap lepas-bebas untuk mengikuti Yesus. Lewi, si pemungut cukai, berani meninggalkan segalanya, pekerjaan dan hartanya, dan memilih untuk bergantung sepenuhnya pada kehendak dan rencana Tuhan saja. Seperti Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes, Lewi menunjukkan komitmen iman yang total kepada Sang Guru dan karya perutusan yang dipercayakan kepada mereka.
Kita tentu tidak ingin didahului oleh unta yang masuk melalui lubang jarum. Prapaskah melatih kita untuk selalu bersyukur atas berkat Tuhan dalam hidup ini. Rasa syukur itu membantu kita bersikap ugahari karena tahu bahwa apa yang ada pada kita adalah titipan Tuhan untuk dioptimalkan bagi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.


Santo Kasimirus, Pengaku Iman 

Putra kedua Kasimir III, Raja Polandia dan maharaja Lithuania ini, lahir pada tahun 1461. Keluarganya tergolong saleh dan taat agama. Ibunya, Elisabeth dari Austria, mendidik dia menurut tata cara hidup kerajaan dan hidup Kristiani yang berlaku pada masa itu. Setelah menanjak remaja, pendidikannya diserahkan kepada Yohanes Longinus. Kasimirus berkembang dewasa menjadi seorang putra Raja yang berhati mulia, murah hati, sopan dan ramah dalam pergaulan dengan sesamanya. Ia disenangi banyak orang terutama teman-temannya sebaya. Kecuali itu, pendidikan itu berhasil menanamkan dalam dirinya sikap yang tepat dan terpuji tersemarakan dan kemewahan duniawi. Bahwasannya semua kemewahan dan hormat duniawi itu bersifat sia-sia dan bisa saja menjerumuskan manusia kedalam keserakahan dan ingat diri. 

Sikap itu terbukti kebenarannya, tatkala ia terlibat dalam suatu perkara politik yang terjadi di kerajaan Hongaria. Banyak bangsawan Hongaria tidak suka akan Matias, rajanya. Mereka datang kepada Kamisirus dan memohon kesediannya untuk menjadi raja mereka. Kamisirus mengabulkan permohonan itu dan segera berangkat ke Hongaria. Mendengar hal itu, Raja Matias menyiapkan sepasukan prajurit untuk melawan kerajaan Polandia. Tetapi perang tidak terjadi karena campur tangan Paus. 

Dengan malu, Pangeran Kamisirus pulang ke Polandia. Peristiwa ini menyadarkan dirinya akan kesia-siaan hormat duniawi. Maka mulai saat itu ia meninggalkan cara hidupnya yang mewah dan kehormatan duniawi, lalu memusatkan perhatiannya pada doa, puasa dan tapa. Banyak waktunya di habiskan untuk berdoa. Pagi-pagi sekali ia sudah berdiri di depan pintu gereja untuk mengikuti perayaan Misa Kudus dan mendengarkan Kotbah. Ia juga lebih banyak memperhatikan kepentingan kaum kafir miskin dengan membagi-bagikan harta kekayaannya. Cinta kasih dan hormatnya kepada Bunda Maria sangat besar. "Omni die hic Mariae" ("Mengasihi Maria, kini dan selalu") adalah semboyannya. 
Semua usahanya untuk memusatkan diri pada doa, tapa dan puasa membuat dia menjadi seorang beriman yang saleh. Ia menjadi orang kesayangan warganya, terutama kaum miskin di kota itu. Ia meninggal dunia pada tanggal 4 Maret 1484 karena penyakit sampar. Seratus dua puluh tahun kemudian, kuburnya di Katedral Wein di buka kembali dan relikuinya dipindahkan ke sebuah kapela. Tubunya masih tampak utuh dan menyebarkan bau harum. Tulisan doanya "Mengasihi Maria, kini dan selalu"masih terletak rapi di kepalanya. Hal ini menunjukkan bahwa devosinya kepada Maria merupakan suatu persembahan yang berkenan di hati Maria. 

Santo Lusius, Paus dan Martir 

Lusius memangku jabatan Paus menggantikan Paus Cornelius pada tanggal 25 Juni 253. Ia diasingkan selama aksi penganiayaan umat Kristen di bawah pemerintahan Kaisar Gallus, dan baru kembali ke Roma setelah Gallus meninggal dunia.

Ketika berada di Roma, ia menerima sepucuk surat dari Santo Siprianus, Uskup Kartago. Di dalamnya Saprianus memuji keberanian Lusius untuk menghadapi aksi penganiayaan umat. Bersama Saprianus, Lusius menggalakkan karya kariatif untuk orang-orang Kristen yang dipenjarakan. Bagi orang-orang ini, Paus Lusius menetapkan bahwa setelah menerima pengampunan, mereka harus diberkati dan diperbaharui keanggotaannya dalam gereja. 
Lusius ditentang oleh Novatianus,seorang imam berkebangsaan Roma yang mengangkat dirinya sebagai Paus tandingan selama masa kepemimpinan Paus Cornelius (251-253).

Novatianus menolak pengampunan kepada orang-orang Kristen yang mutrad selama masa penganiayaan. Oleh Lusius, pandangan Novatianus dianggap suatu bidaah. 
Lusius meninggal dunia pada tanggal 5 Maret 254. Jenazahnya dimakamkan di pekuburan para Paus di katakombe Santo Kalikstus, di jalan Appia.