Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

23 Maret 2017

Jumat, 24 Maret 2017 == Hari Biasa Pekan III Prapaskah, Hari Pantang

 MARKUS 12:28b-34

Bacaan dari Kitab Hosea (14:2-10)

Beginilah firman Allah, "Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami. Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi: Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayangi anak yatim." Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar. Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon. Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon. Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari pada-Ku engkau mendapat buah. Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ.

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Akulah Tuhan, Allahmu, dengarkanlah suara-Ku.
Ayat. (Mzm 81:6c.8a.8bc-9.10-11ab.14.17)
  1. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal, "Akulah yang telah mengangkat beban dari bahumu, dan membebaskan tanganmu dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau. 
  2. Aku menjawab engkau dengan bersembunyi di balik badai, Aku telah menguji engkau dekat Meriba. Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, kiranya engkau mau mendengarkan Aku! 
  3. Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah orang asing. Akulah Tuhan Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir. 
  4. Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik, dan dengan madu dari gunung batu, Aku akan mengenyangkannya.
Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)

Sekali peristiwa, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Seorang ibu pernah berbagi dalam sebuah pendalaman iman demikian, "Inti dari ajaran Kristiani sebenarnya sangatlah jelas yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Kalau orang bisa melaksanakan ini, maka dia layak disebut pengikut Kristus yang sejati." Ucapan ibu ini sudah ditegaskan oleh Yesus dalam Injil hari ini. Yesus mengatakan bahwa hukum yang terutama adalah mengasihi Tuhan Allah dan hukum yang kedua adalah mengasihi sesama manusia.

Mengasihi Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah. Kita mungkin dengan mudah dapat mengasihi Tuhan dalam situasi yang nyaman, bahagia dan menyenangkan. Tetapi, apakah kita mau tetap mengasihi Tuhan dalam situasi yang tidak menyenangkan, penuh penderitaan dan ditolak? Mengasihi Tuhan pada saat kita berada dalam musibah, penderitaan atau kegagalan merupakan pergulatan iman yang mendalam. Inilah saat dimana iman kita terhadap Tuhan sungguh-sungguh dimurnikan. Dengan belajar mengasihi Tuhan dalam siatuasi apa pun, entah itu menyenangkan atau tidak, hidup seseorang akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan hingga pada akhirnya menghasilkan buah.

Mengasihi sesama juga bukanlah sesuatu yang mudah. Mengasihi orang lain harus diawali dengan mengasihi diri sendiri. Kalau seseorang tidak bisa mengasihi dirinya sendiri, bagaimana dia dapat mengasihi orang lain? Dengan menerima diri sendiri apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kita juga pasti dapat menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Mengasihi orang yang menguntungkan dan membuat kita nyaman mungkin lebih mudah. Tetapi, apakah kita berani mengasihi orang-orang yang menderita, terlantar, tidak punya rumah dan sebagainya?

Yesus mengajak kita untuk melaksanakan hukum kasih ini, yakni mengasihi Tuhan dan sesama. Yesus sendiri telah melaksanakan hukum kasih ini dalam hidup-Nya. Dia sangat mengasihi Bapa-Nya, karena itu Ia sangat taat kepada kehendak Bapa-nya. Ia juga begitu mengasihi manusia bahkan sampai mengorbankan nyawa-Nya di kayu salib demi keselamatan manusia. 


Di tengah alur diskusi bersama orang Saduki tentang kebangkitan, Yesus memuji seorang ahli Taurat yang mampu menyimpulkan ‘Hukum Kasih’ dengan tepat, bahwa mengasihi Allah dengan segenap hati, pengertian dan kekuatan, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, adalah jauh lebih utama dari semua korban bakaran dan sembelihan. Jika hidup sungguh dikuasai oleh kasih, maka tidak perlu ada diskusi, selain mulai menjalankan Firman Allah dengan sepenuh hati. Kasih kepada Allah dan sesama harus ditempatkan sebagai nafas dan pusat hidup seorang beriman.

Salah satu bentuk kasih adalah kerelaan untuk datang dan bertobat, demikian inti nubuat Hosea. Malapetaka yang ada selama ini adalah akibat dosa yang menjauhkan kita dari kasih Allah, sehingga kembali kepada-Nya adalah satu-satunya pilihan rasional agar hidup kita kembali dipulihkan. Selama Prapaskah ini, mari kita membuka hati kepada kasih Allah yang total dan tanpa syarat, juga membuka diri bagi kasih sesama di sekitar kita.

Kalau kita ingin disebut dengan pengikut Kristus yang sejati, mari kita berjuang untuk mengasihi Tuhan dan sesama dalam hidup kita. 


Santa Katarina dari Swedia, Pengaku Iman

Katarina lahir di Ulfasa, Swedia pada tahun 1331. Ia adalah anak keempat Santa Brigita dari Swedia. Ketika berumur 13 tahun, ia menikah dengan Eggard van Kyren, seorang pemuda bangsawan Jerman. Meskipun demikian ia tetap tertarik dengan kehidupan membiara yang telah menjadi cita- citanya semenjak kecil.

Pada tahun 1349, setahun sebelum Eggard suaminya meninggal dunia, Katarina pergi ke Roma untuk mengunjungi ibunya Brigita yang sudah lama berada disana. Pertemuan dengan ibunya mengobarkan lagi panggilan hidup membiara yang di cita-cita-kannya. Tatkala suaminya meninggal, ia menggabungkan diri dalam perkumpulan yang didirikan ibunya untuk melaksanakan karya- karya cinta kasih. Tampaknya ia sungguh berbahagia dengan cara hidup ini.

Pada tahun 1373 sepeninggal ibunya, Katarina kembali ke Swedia dan berkarya di Vadstena sebagai pemimpin perkumpulan ibunya. Tahun berikutnya ia kembali lagi ke Roma. Ia berkarya disana selama lima tahun sampai waktu penggelaran ibunya sebagai Santa. Setelah itu ia kembali ke Vadstena dan berkarya disana hingga menghembuskan nafasnya pada tanggal 24 Maret 1381. Ia digelari Kudus pada tahun 1484 oleh Sri Paus Innocentius VIII.