Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

22 Januari 2016

Sabtu, 23 Januari 2016 Hari Biasa Pekan II

“Doa adalah persiapan terbaik untuk Komuni Kudus. Doa adalah pengangkatan pikiran kepada Tuhan. Ketika kita berdoa, kita pergi guna menjumpai Kristus yang datang kepada kita. Jika Pencipta dan Penyelamat kita datang dari surga dengan cinta yang sedemikian besar, maka pantaslah jika kita datang menghadap Dia. Dan hal ini dapat kita lakukan ketika kita meluangkan waktu dalam doa.” 


Hai gembala Israel, pasanglah telinga, dengarkanlah kami. Bangkitkanlah keperkasaan-Mu dan selamatkanlah kami. 
(Mzm 80:2a.3b)


Doa


Allah Bapa sumber kehidupan, bagaimana kami mau menyebut nama-Mu, seandainya Yesus Mesias tidak berbicara tentang Dikau? Kami mohon, semoga Ia berkenan mendahului dan membimbing kami menuju Engkau, sumber kehidupan semua orang. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Kedua Samuel (1:1-4.11-12.19.23-27)



"Para pahlawan gugur di medan perang."

Setelah Saul mati, dan ketika Daud kembali sesudah memukul kalah orang Amalek dan tinggal dua hari di Ziklag, maka datanglah pada hari ketiga seorang dari tentara, dari pihak Saul, dengan pakaian terkoyak-koyak dan tanah di atas kepala. Ketika ia sampai kepada Daud, sujudlah ia ke tanah dan menyembah. Bertanyalah Daud kepadanya: "Dari manakah engkau?" Jawabnya kepadanya: "Aku lolos dari tentara Israel." Bertanyalah pula Daud kepadanya: "Apakah yang terjadi? Coba ceriterakan kepadaku." Jawabnya: "Rakyat telah melarikan diri dari pertempuran; bukan saja banyak dari rakyat yang gugur dan mati, tetapi Saul dan Yonatan, anaknya, juga sudah mati." Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga. Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat TUHAN dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang. Kepermaianmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan! Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa. Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu. Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu. Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan. Betapa gugur para pahlawan dan musnah senjata-senjata perang!

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Mazmur Tanggapan
Ref. Buatlah wajah-Mu bersinar, ya Tuhan, maka kami akan selamat.
Ayat. (Mzm 47:2-3.6-7.8-9)

  1. Hai gembala Israel, pasanglah telinga-Mu, dengarkan kami, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan! Engkau yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar di depan Efraim, Benyamin dan Manasye! Bangkitkanlah keperkasaan-Mu, dan datanglah menyelamatkan kami.
  2. Tuhan, Allah semesta alam, berapa lama lagi murka-Mu menyala sekalipun umat-Mu berdoa? Mereka Kauberi makan ratapan dan Kauberi minum air mata berlimpah; Engkau menjadikan kami pangkal sengketa para tetangga, dan para musuh mengolok-olok kami.
  3. Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan lagu yang paling indah! Allah merajai segala bangsa, di atas takhta-Nya yang kudus Ia bersemayam.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Kis 16:14b)

Bukalah hati kami, ya Allah, agar dapat memperhatikan sabda Putra-Mu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (3:20-21) 


"Orang-orang mengatakan Yesus tidak waras lagi."

Sekali peristiwa Yesus bersama murid-murid-Nya masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka, "Ia tidak waras lagi."

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Apakah ukuran kewarasan bagi seseorang? Apa karena bersikap yang biasa dan normal-normal saja? Apa karena mengenakan baju dengan benar? Atau karena bisa berpikir dengan logika yang benar? Adakah ukuran yang pasti? Mungkin kalau kita bertanya-tanya terus-menerus tidak akan pernah sampai pada kesimpulan batas kewarasan dan ketidakwarasan seseorang. Bacaan Injil hari ini sangat singkat, namun menimbulkan banyak pertanyaan. Bagaimana tidak, keluarga Yesus menganggap Yesus sudah tidak waras lagi. Bukankah ini sebuah pernyataan yang keras. Kaum keluarga Yesus hanya mendengar bahwa kedatangan Yesus ke sebuah rumah telah membuat rumah tersebut penuh sesak dengan orang-orang. Bahkan, untuk makan saja tidak dapat dilakukan. Tanpa alasan yang jelas, kaum keluarga Yesus menganggap kedatangan kerumunan orang ini sebagai akibat dari “ketidakwarasan” Yesus, maka keluarga Yesus berniat mengambil-Nya. Beruntung bahwa Yesus tidak digambarkan marah ketika dikatakan tidak waras oleh kaum keluarga-Nya.

Kalau boleh menarik sebuah analisis sederhana tentang apa yang telah terjadi di rumah tempat Yesus hadir, yang Yesus lakukan mungkin sedang mengajar. Kerumunan orang yang datang rupa-rupanya karena magnet “ketidakwarasan” Yesus dalam ajaran-Nya. Yesus memang selalu membawa atmosfer yang mampu menarik banyak orang untuk mendengarkan Dia mengajar. Apa yang diajarkan Yesus kebanyakan memang sering bertentangan dengan hukum Taurat, tetapi maksud sebenarnya adalah untuk menggenapi hukum Taurat. Bagaimana dengan kita, apakah kita sudah berani bersikap seperti Yesus? Meski dikatakan tidak waras, tetapi tetap mewartakan Sabda Tuhan melalui sikap hidup kita di tengah masyarakat. Semoga “ketidakwarasan” yang kita lakukan menginsipirasi lebih banyak orang untuk berbuat baik. Untuk berbagi dan berbuah bagi semua.


Ketika Yesus bersama para murid masuk ke sebuah rumah datanglah orang banyak berkerumun, sehingga makan pun mereka tidak sempat.
(Mrk 3:20)