Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

30 April 2016

Minggu, 1 Mei 2016 == Hari Biasa Pekan VI Paskah


Liturgi Sabda haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mendorong umat untuk merenung. Oleh karena itu, setiap bentuk ketergesa-gesaan yang dapat mengganggu permenungan harus sungguh dihindari. Selama Liturgi Sabda, Sangat cocok disisipkan saat hening sejenak, tergantung pada besarnya jemaat yang berhimpun. Saat hening ini merupakan kesempatan bagi umat untuk meresapkan sabda Allah, dengan dukungan Roh Kudus, dan untuk menyiapkan jawaban dalam bentuk doa. Saat hening sangat tepat dilaksanakan sesudah bacaan pertama, sesudah bacaan kedua, dan sesudah homili. 

Beritakanlah kabar sukacita supaya didengar, siarkanlah sampai ke ujung bumi: Tuhan telah menebus umat-Nya, alleluya. 


Doa 

Allah Bapa kami yang maha pengasih, pandanglah umat-Mu yang berhimpun dalam nama Yesus. Kami mohon agar Roh Kudus, Roh cinta kasih-Mu, mengajar kami dan mengingatkan kami akan semua ajaran cinta kasih Yesus. Maka kami akan menjalankan perintah-perintah-Mu dan satu sama lain mewujudkan cinta kasih, kedamaian dan kegembiraan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan dari Kisah Para Rasul (15:1-2.22-29)

"Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban daripada yang perlu."

Sekali peristiwa beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ, “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat-istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. Pada akhir sidang di Yerusalem rasul-rasul dan penatua-penatua beserta seluruh jemaat mengambil keputusan untuk memilih dari antara mereka beberapa orang yang akan diutus ke Antiokhia bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas. Yang terpilih yaitu Yudas yang disebut Barsabas, dan Silas. 

Keduanya adalah orang terpandang di antara saudara-saudara itu. Kepada mereka diserahkan surat yang bunyinya, “Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, serta dari saudara-saudaramu, kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tidak mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi, yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya demi nama Tuhan kita Yesus Kristus. Maka kami telah mengutus Yudas dan Silas, yang dengan lisan akan menyampaikan pesan yang tertulis ini juga kepada kamu. Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban daripada yang perlu, yakni: Kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat!”

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 822
Ref. Pujilah Allah alleluya, alleluya.
Ayat. (Mzm 67:2-3.5.6.8)

  1. Kiranya Allah mengasihani dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.
  2. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi.
  3. Kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu,. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takwa kepada-Nya. 

Bacaan dari Kitab Wahyu (21:10-14.22-23)


"Ia menunjukkan kepadaku kota kudus yang turun dari surga." 

Di dalam roh, aku, Yohanes, dibawa oleh seorang malaikat ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi. Di sana ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus, yakni Yerusalem, turun dari surga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah, dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Temboknya besar lagi tinggi, pintu gerbangnya dua belas buah. Di atas pintu gerbang itu ada dua belas malaikat, dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel. Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang, di sebelah utara tiga pintu gerbang, di sebelah selatan tiga pintu gerbang, dan di sebelah barat tiga pintu gerbang. Tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar, dan di atasnya tertulis nama kedua belas rasul Anak Domba. Di dalam kota itu tidak kulihat Bait Suci, sebab Allah, Tuhan yang Mahaesa sendirilah bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. Kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk meneranginya, sebab kemuliaan Allahlah yang meneranginya, dan Anak Domba itulah lampunya.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, gregorian, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 14:23)

Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya. 

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (14:23-29)

"Roh Kudus akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." 

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya, dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu! Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku. Sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya apabila hal itu terjadi, kamu percaya.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Apa yang kita genggam erat-erat bisa lepas pada waktunya. Genggaman sekuat apa pun, pada waktunya akan melemah. Tetapi, tangang yang selalu dilipat (berdoa) akan memberi kekuatan selama-lamanya. Melatih tangan menggenggam dan berkarya akan melelahkan jiwa dan raga. Melatih tangan dilipat akan menguatkan jiwa raga selamanya.

Semua yang dilipat dengan rapi akan membuahkan kerapian dan keindahan pada saatnya dan sesudahnya. Jika semua yang terlipat rapi dan indah itu adalah surga bagi mata, maka tangan yang dilipat rapi di hadapan Tuhan adalah surga bagi jiwa dan raga. Ketika kita berdoa dengan rindu dan tulus, Roh Kudus akan membantu kita mengalami persatuan dengan Allah. Meski kaki menginjak tanah, tetapi kerinduan dan ketulusan menuntun kita lebih dekat dengan Allah. Kesetiaan dalam doa membawa kita kepada pengalaman rohani yang indha.

Pada Minggu Paskah VI ini kita diingatkan kembali bahwa buah kesetiaan iman itu adalah salib. Buah salib adalah kematian. Buah kematian adalah kebangkitan. Buah kebangkitan adalah kesaksian. Dan buah kesaksian itu adalah berkat. Berkat apakah itu? Yang setia dalam iman, firman dan kasih akan beroleh damai dan sukacita. Inilah janji Yesus dan janji ini adalah kebenaran dan kepastian. Inilah yang dihidupi jemaat perdana dan jemaat sekarang. Inilah yang dihidupi para rasul dan para pewarta sekarang. Inilah yang dihidupi Bunda Maria dan kita, putra-putrinya, di zaman ini.

Maria setia dalam doa dan Allah membuatnya bisa melakukan banyak hal yang mengubah kehidupan. Maria bekerja, bukan pekerja. Ia berdoa, bukan pendoa. Ia melayani, bukan pelayan. Ia mengunjungi, bukan pengunjung. Ia mengajar, bukan pengajar. Maria adalah Bunda yang setia melakukan semua itu tanpa mau diberi gelar seperti apa yang dia lakukan itu, seperti Yesus setia melakukan kehendak Bapa-Nya.

Buah tidak jauh beda dengan pohonnya. Kita semua adalah putra-putri Maria. Semoga hidup kita tidak jauh beda dengan Bunda Maria, yang selalu hidup setia. Cukuplah hanya kematian yang menjadi batas kesetiaan. Cukuplah janji Yesus yang menjadi pegangan hidup kita.

Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku, sabda Tuhan. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, Alleluya.
(Yoh 14:15-16)





Santo Yusuf Pekerja, Pelindung para Karyawan

Tradisi menuliskan pribadi Yusuf, suami Maria sebagai seorang tukang kayu di kota Nazareth. Ia seorang bangsawan yang saleh dan sederhana. Darah kebangsawanannya mengalir dari Raja Daud leluhurnya. Kesucian dan kesalehannya terlihat di dalam ketaatannya pada kehendak Allah untuk menerima Maria sebagai istrinya serta mendampingi Maria dalam membesarkan Yesus, Putera Allah yang menjadi manusia. Kesederhanaannya terlihat dalam pekerjaannya sebagai seorang tukang kayu, dan cara hidupnya yang biasa-biasa saja di dalam masyarakat.

Dalam pribadi Yusuf, pekerjaan tangan memperoleh suatu dimensi ilahi. Kerja meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Allah dan memungkinkan manusia turut serta di dalam karya penciptaan dan penyelamatan Allah. Atas dasar inilah gereja pada masa kepemimpinan Paus Pius XII menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari Raya Santo Yusuf Pekerja, sekaligus menetapkan sebagai Hari Buruh. Yusuf selanjutnya diangkat sebagai pelindung para karyawan/buruh yang bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.


Yeremia, Nabi


Yeremia lahir kira-kira pada tahun 650 sebelum Masehi di Anathoth, dekat kota Yerusalem, termasuk wilayah kerajaan Yehuda. Keluarganya adalah sebuah keluarga imam yang saleh. Panggilannya sebagai nabi di Israel diterimanya dari Allah pada tahun 627 sebelum Masehi, dalam tahun ketigabelas pemerintahan Raja Yosias (Yer1:2). Meskipun panggilan ini terjadi pada usia mudanya, namun sebenarnya Yeremia telah ditentukan Allah menjadi nabi ketika masih ada di dalam rahim ibunya (Yer1:5) untuk mewartakan sabda Allah kepada Israel, umat pilihan Allah. Tatkala Allah memanggilnya untum mengemban tugas mulia ini, ia menolak karena merasa tidak layak untuk mengemban tugas mulia itu. Tetapi akhirnya ia pun menerima panggilan itu karena Allah berjanji akan selalu menyertai dia dalam tugasnya. Yeremia adalah Nabi Israel terakhir sebelum pembuangan ke Babylonia.

Karya perutusannya sebagai nabi dimulainya pada usia mudanya (Yer1:6) sampai pada saat kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa babylonia pada tahun 587 sebelum Masehi. Selama 40 tahun karyanya, Yeremia tanpa mengenal lelah memperingatkan para penguasa bangsa dan pemimpin agama serta seluruh umat Israel akan bahaya kejatuhan mereka karena dosa-dosa Yerusalem dan Yehuda.
Selain dengan itu, Yeremia terus menerus terlibat di dalam beberapa perselisihan dan pertentangan. Ia dengan gigih melawan raja Yoakim dan Yoakin (609-507 sebelum Masehi) yang memutarbalikkan kebijakan keagamaan dari Raja Yosia. Pada masa pemerintahan Raja Sedikia (597-587 sebelum Masehi), nada pewartaannya mulai berubah. Ia tidak lagi mengeluh tentang tugas perutusannya tetapi mulai lebih sungguh-sungguh membaktikan dirinya pada tugas yang dibebankan Allah padanya. Dengan gigih ia berusaha meyakinkan Yehuda akan penguasaan bangsa Babylonia. Meskipun demikian ia tidak diterima, bahkan dituduh sebagai pengkhianat bangsanya oleh orang-orang yang menginginkan raja Sedikia bersekutu dengan Mesir dan memberontak (Yerl37:17-21). Karena itu, Yeremia mengalami penderitaan batin dan frustasi yang hebat.

Walaupun ia menderita, ia tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah. Cintanya akan Allah dan keakraban hubungannya dengan Allah ini mendorong dia untuk mendalami lebih jauh teologi tradisional Israel tentang Perjanjian. Imannya itu berdasar pada pengetahuan yang mendalam akan Perjanjian Cinta Allah dengan Israel, umat pilihanNya, yang memperkenankan Israel mengambil bagian dalam kekudusanNya. Dalam perjanjian Cinta itu, Allah menuntut dari Israel ketaatan penuh pada kehendakNya sebagaimana diwahyukan di dalam perintah-perintahNya dan dinyatakan melalui nabi-nabiNya. Menolak mengakui kebaikan dan cinta Allah yang diwahyukan adalah dosa. Dan dosa bagi Israel adalah perbuatan melawan kesucian perkawinan antara Allah dan bangsa Israel (Yer2:20,25). Dosa mengakibatkan pengadilan Allah atas Israel untuk memurnikan mereka. Yeremia menyadari bahwa pengadilan Allah merupakan tahap awal pengampunan dan pembaharuan batin yang radikal.

Dalam pewartaannya tentang malapetaka yang akan terjadi atas Israel, Yeremia menubuatkan suatu ‘Sisa Kecil”, suatu kelompok kecil umat yang tetap setia pada Allah (Yer23:3,4; 30:10; 11; 31:10-14). Sisa Kecil ini adalah benih harapan dimasa yang akan datang, kepadanya Allah mencurahkan pengampunan dan belaskasihanNya, dan dengannya Allah mengadakan suatu perjanjian Baru (Yer31:31-34). Allah akan menciptakan bagi Israel suatu hubungan spiritual yang baru dan mendalam, dan akan menuliskan hukumNya di dalam hati mereka serta tinggal di dalam hati mereka.

Yeremia dengan tekun membantu perkembangan Sisa Kecil Israel yang saleh dari suku Yehuda ini karena mereka dengan sabar menantikan tibanya hari Tuhan yang menyelamatkan. Penderitaan Yeremia yang demikian hebat menjadikan dia sebagai tokoh lambang bagi Yesus Kristus. Yeremia, yang hidup penuh penderitaan, namun tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah yang mengutusnya, menjadi lambang gambaran Hamba Yahweh yang menderita sebagaimana diramalkan Yesaya.


Santo Peregrinus Laziosi, Pengaku Iman


Peregrinus Laziosi lahir di kota Forli, Italia pada tahun 1260. Ia menaruh kebencian besar kepada Gereja Katolik. Ia pun termasuk salah seorang yang memusuhi Sri Paus di Roma. Dengan sifatnya yang keras dan kasar, ia melancarkan serangan terhadap Gereja Katolik di wilayah Romagna. Awal kehidupannya sebagai ‘manusia baru’ dalam iman Kristiani bermula dari tindakannya yang brutal terhadap Pastor Filipus Benizi (1225-1285). 


Diceritakan bahwa pada suatu kesempatan khotbah dalam rangka misi perdamaian yang dirancangakan oleh Sri Paus, Pastor Filipus ditinju hingga roboh oleh Peregrinus. Tetapi Pastor yang saleh ini tidak memberikan suatu perlawanan balik kepada Peregrinus. Ia bahkan bangkit dan berdoa bagi Peregrinus serta memaafkan dia.

Sikap Pastor Filipus ini menyentuh hati Peregrinus yang keras membatu itu. “Belum pernah aku menjumpai orang seperti dia ini”, kata Peregrinus dalam hatinya. Lalu ia berlutut di hadapan pastor Filipus dan meminta maaf atas perlakuan kasarnya itu. Semenjak itu ia bertobat dan bertekad menjalani suatu kehidupan baru dengan doa dan matiraga. Rahmat Tuhan semakin hebat mempengaruhi hidupnya. Pada suatu hari, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dan menyuruh dia pergi ke Siena. Di Siena ia diterima oleh Pastor Filipus sebagai salah seorang anggota Ordo Servit Santa Maria.

Di dalam ordo ini Tuhan melaksanakan rencana-Nya atas diri Peregrinus. Pada suatu hari Peregrinus jatuh sakit. Ia diserang penyakit kanker ganas pada kakinya. Dokter yang merawatnya menganjurkan agar kakinya di potong demi menyelamatkan nyawanya. 

Sebelum ia tidur malam, ia berdoa kepada Tuhan Yesus Tersalib hingga tertidur. Dalam mimpinya, ia melihat Yesus mengulurkan tanganNya dari atas salib dan menyentuh kakinya yang sakit itu. Ketika bangun dari tidur, didapatinya kakinya sudah sembuh. Peristiwa ajaib ini semakin mengokohkan imannya akan kebenaran ajaran gereja.

Rahmat kesembuhan ini mengobarkan semangatnya untuk tetap membaktikan dirinya kepada Tuhan dan Gereja dengan menjadi imam. Selama 62 tahun ia berkarya dengan penuh semangat diperkuat oleh doa dan matiraga yang mendalam. Ia meninggal dunia pada tahun 1345 dan diangkat gereja sebagai pelindung para penderita sakit bernanah dan kanker.