Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

08 April 2016

Jum'at, 08 April 2016 === Hari Biasa Pekan II Paskah

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/


Keberanian adalah kebajikan moral yang membuat tabah dalam kesulitan dan tekun dalam mengejar yang baik. Ia meneguhkan kebulatan tekad, supaya melawan godaan dan supaya mengatasi halangan-halangan dalam kehidupan moral. Kebajikan keberanian memungkinkan untuk mengalahkan ketakutan, juga ketakutan terhadap kematian dan untuk menghadapi segala pencobaan dan penghambatan. Ia juga membuat orang reIa untuk mengurbankan kehidupan sendiri bagi suatu hal yang benar. "Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku" (Mzm 118:14). "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yoh 16:33). (Katekismus Gereja Katolik, 1808) 


Tuhan, Engkau telah menebus kami dengan darah-Mu, dari tiap suku, bahasa, rakyat dan bangsa; dan Engkau telah menjadikan kami raja dan imam bagi Allah Bapa, alleluya. 
(Why 5:9-10)


Doa 


Allah Bapa yang perkasa, Engkau menghendaki Putra-Mu menderita di salib untuk mengenyahkan kuasa musuh dari kami. Semoga abdi-abdi-Mu, kelak memperoleh rahmat kebangkitan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.


Bacaan dari Kisah Para Rasul (5:34-42)

"Para rasul bergembira karena mereka dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus."


Pada waktu itu para rasul sedang diperiksa oleh Mahkamah Agama Yahudi. Maka seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta supaya para rasul itu disuruh keluar sebentar. Sesudah itu ia berkata kepada sidang, "Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! Sebab dahulu telah muncul Si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa, dan ia mempunyai kira-kira empat ratus pengikut; tetapi ia dibunuh, lalu cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah Si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap; tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." Nasihat itu diterima. Sesudah itu para rasul dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus. Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah umat dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.



Mazmur Tanggapan
Ref. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, diam di rumah Tuhan seumur hidupku.
Ayat. (Mzm 27:1.4.13-14; Ul:4b)


  1. Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
  2. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, satu inilah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait-Nya.
  3. Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 4:4b)

Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:1-15)

"Yesus membagi-bagikan roti kepada orang banyak yang duduk di situ, sebanyak mereka kehendaki."


Pada waktu itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mukjizat-mukjizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika itu Paska, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya, dan melihat bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus, "Di manakah kita akan membeli roti, sehingga mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya, "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja!" Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya, "Di sini ada seorang anak, yang membawa lima roti jelai dan mempunyai dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus, "Suruhlah orang-orang itu duduk!" Ada pun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ; demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya, "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih, supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mukjizat yang telah diadakan Yesus, mereka berkata, "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia!" Karena Yesus tahu bahwa mereka akan datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk dijadikan raja, Ia menyingkir lagi ke gunung seorang diri.

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

"Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja" (ay.7). Kita tahu bahwa satu dinar itu upah pekerja sehari (lih. Mat 20:2). Coba saja Anda kalikan dua ratus dengan besar upah buruh sehari, apakah bisa digunakan untuk makan lima ribu orang laki-laki. Dengan kata lain, satu dinar (upah sehari) dimakan untuk 25 orang. Anda sendiri membayangkan masing-masing orang mendapat berapa, atau mendapat apa? Belum dihitung ibu-ibu dan anak-anaknya.

Ternyata, Yesus bisa mempergandakan lima roti jelai dan dua ekor ikan. Dan pada akhirnya masih ada sisa dua belas bakul penuh potongan-potongan dari kelima roti jelai itu. Siapa yang tidak akan kagum? Namun, saya tidak ingin mengajak Anda untuk berhenti pada soal "kagum, heran, tercengang" atau yang lainnya. Dari kisah pergandaan roti ini, saya ingin mengajak Anda untuk tetap bersyukur dengan yang kita miliki atau dengan yang kita dapatkan. Kalau kita mengatakan "kurang", tentu akan kurang. Kalau kita mengatakan "cukup" tentu tidak akan berlebihan. Sebenarnya, kalau kita semua mau bersyukur dan berbagi kepada saudara-saudari kita yang berkekurangan, dunia ini tidak akan ada orang yang kelaparan.

Ironis, memang. Ada orang yang meninggal karena kekurangan makan atau kelaparan. Tetapi juga ada orang yang meninggal karena "kebanyakan" makan. Dari pengalaman ini, bila kita mau meneruskan apa yang dibuat oleh Yesus, yaitu bersyukur dan berbagi, tentu tidak ada orang yang tidak mendapat makanan.

Marilah kita menjadi peka terhadap lingkungan sekitar kita. Siapakah saudara-saudariku yang membutuhkan uluran tanganku? Siapakah yang "kelaparan"? Tidak hanya kekurangan makan, namun juga mereka yang dikucilkan, dijauhi, yang tidak mempunyai harapan (putus asa), yang tidak pernah diperhitungkan. Mereka itu wakil orang-orang yang "lapar". Kitalah yang harus memberi mereka makan. Tuhan memberkati.


Kristus, Tuhan kita diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita, alleluya.
(Rm 4:25)


Doa 

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, kami bersyukur karena telah menerima jaminan keselamatan abadi. Kami mohon, perkenankanlah kami mengerahkan segala upaya agar dapat mencapainya. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


Ekaristi adalah jaminan yang paling aman dan tanda yang paling jelas bahwa harapan besar akan surga baru dan dunia baru, di mana terdapat keadilan, Bdk. 2 Ptr 3:13. akan terpenuhi. Setiap kali misteri ini dirayakan, "terlaksanalah karya penebusan kita" (LG 3) dan kita memecahkan "satu roti..., obat kebakaan, penangkal racun, sehingga orang tidak mati, tetapi hidup selama-lamanya dalam Yesus Kristus"   


Yesus adalah pusat mukjizat pergandaan roti dan ikan. Ia melihat banyak orang datang kepada-Nya dan Ia berinisiatif memberi mereka makan. Orang Israel pun teringat akan sosok Musa, nabi yang pernah memberi manna kepada nenek moyangnya (bdk. Kel.16). Namun, penginjil Yohanes memberi catatan bagi kita bahwa mukjizat ini adalah tanda yang memperlihatkan kebesaran Yesus: melalui Perjamuan Paskah bersama para rasul, Ia memberikan Tubuh dan Darah-Nya sebagai manna baru, dan melalui sengsara-wafat-kebangkitan-Nya, Ia memimpin umat manusia keluar dari perbudakan dosa dan maut menuju keselamatan dan kehidupan sejati. Yesus adalah ‘Nabi yang akan datang’ (baca: Mesias yang dijanjikan berabad-abad lamanya), yang ‘berasal dari Allah’ (Kis. 5:39).


Santo Redemptus de Ferento, Uskup dan Pengaku Iman

Redemptus adalah Uskup Ferento. Ia mendapat penglihatan bahwa Italia terancam bahaya. Tidak lama kemudian suku Lombard membanjiri dan merusak negara itu. Ia meninggal dunia pada tahun 587.


Santo Edesius, Martir
Edesius lahir di Propinsi Lysia, Asia Kecil pada tahun 265. Sejak usia mudanya, ia menaruh perhatian dan minat besar pada filsafat yang pada waktu itu masih mencakup ilmu agama, ilmu falak, ilmu alam dsb. Pengetahuannya yang luas itu membawa dia kepada iman akan kebenaran ajaran Kristus. Sesudah dipermandikan, ia terus menambah ilmunya dengan tekun belajar. Ketika Kaisar Galerius melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen, Edesius tampil sebagai pembela kebenaran agama Kristen di hadapan pemimpin-pemimpin negara dan para hakim. Oleh karena itu, ia ditangkap dan menjalani hukuman kerja paksa di tambang-tambang negeri Palestina. Dari Palestina, ia pindah ke Mesir. Disana pun ia menyaksikan penganiayaan terhadap umat Kristen oleh penguasa-penguasa Aleksandria. Semua peristiwa penganiayaan itu membuat dia tertarik pada renungan tentang sengsara Yesus dan terhadap kata-kata St. Yohanes dalam suratnya yang pertama: "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita" (1 Yoh 3:16)

Terdorong oleh imanya, Edesius dengan berani membela orang-orang Kristen yang dianiaya itu. Dengan berani menerangkan keluhuran iman Kristen serta memprotes perlakukan bengis terhadap para penganut agama Kristen. Karena itu, sekali lagi ia ditangkap, disiksa lalu dibuang ke laut. Ia mati sebagai seorang martir, bukan hanya karena mempertaruhkan imannya tetapi juga karena cinta kasih terhadap sesamanya.